Piala Dunia Qatar, Suporter Negara Lain Diminta Waspada Flu Unta

Kamis, 8 Desember 2022 11:54 WIB

Sejumlah suporter timnas Inggris berkumpul bersama di Doha, Qatar, 11 November 2022. Aksi para suporter ini untuk mendukung timnas Inggris yang akan bertanding dalam laga Piala Dunia 2022 nanti. REUTERS/John Sibley

TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia Qatar 2022 sudah menjelang akhir dengan laga pertandingan yang disuguhkan semakin menegangkan. Banyak orang yang terbang ke Qatar demi melihat tim kesayangan atau hanya ingin melihat langsung, tak peduli negara mana yang bertanding.

Acara yang mengundang kerumunan ini tidak hanya dibayang-bayangi pandemi Covid-19 yang belum benar-benar selesai, tapi ada juga virus corona penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS). Umum dikenal sebagai 'Flu Unta', MERS adalah penyakit pernapasan yang jarang namun parah, bisa lebih mematikan daripada Covid-19.

Kemungkinan wabah virus yang lebih mematikan di Piala Dunia telah ditandai oleh PARA pakar kesehatan yang didukung WHO. Hal ini berdasarkan sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal New Microbes and New Infections. Isinya memperingatkan bahwa sekitar 1,2 juta penggemar sepak bola berisiko terjangkit MERS.

Pakar penyakit mendaftarkan MERS sebagai salah satu dari delapan 'risiko infeksi' potensial yang secara teoritis dapat muncul selama empat minggu turnamen itu digelar. Sedangkan, Covid-19 dan cacar monyet atau mpox disebut sebagai dua ancaman yang paling mungkin terjadi.

Lima risiko infeksi lainnya adalah cacar, hepatitis A, hepatitis B, diare palancong, dan vector-borne diseases seperti leishmaniasis, malaria, dengue, dan rabies. Khusus untuk flu unta atau MERS , jurnal mengutip data epidemiologis dari Qatar yang menunjukkan kejadian 28 kasus atau1,7 per satu juta populasi.

Advertising
Advertising

Catatan dari CDC Eropa ada sedikitnya dua kasus MERS dilaporkan di Qatar pada Januari-Mei tahun ini, setelah kasus sebelumnya didata pada Februari 2020. Pada dua kasus di awal tahun ini tersebut, seorang di antaranya meninggal dengan riwayat kontak dengan unta.

Baca juga: Gantikan Teknologi VAR di Piala Dunia Qatar, Apa Itu SAOT?

Suporter Bola Diminta tak Kontak dengan Unta

Patricia Schlagenhauf, profesor bidang epidemiologi dari University of Zürich, Swiss, dan timnya mengatakan peringatan berlaku untuk Qatar dan juga negara-negara tetangga. Untuk diketahui, Qatar berbatasan dengan Arab Saudi, tempat MERS pertama kali dilaporkan satu dekade lalu.

“Penyakit juga dapat diekspor ke negara lain, seperti Inggris dan AS, karena banyaknya penggemar yang pergi ke Qatar untuk menonton turnamen,” kata Patricia yang juga Co-Director di WHO Collaborating Centre for Travellers' Health.

Inggris misalnya, pernah mencatat lima kasus MERS, terakhir pada seorang pelancong dari Timur Tengah pada Agustus 2018. Adapun saat ini ada sekitar 5.000 penggemar Inggris, juga Wales, diyakini menuju ke negara Arab itu untuk babak penyisihan grup. Mereka hanya merupakan sebagian kecil dari 1,2 juta pendukung yang ditargetkan berduyun-duyun ke Qatar untuk menyaksikan Piala Dunia pertama yang digelar di dunia Arab tersebut.

Unta telah diketahui menjadi inang alami dari virus tersebut, yang berasal dari keluarga yang sama dengan virus penyebab pandemi Covid-19. Karena itu, demi mencegah adanya masalah kesehatan, sudah ada rekomendasi agar semua pelancong ke wilayah itu menghindari kontak dengan jenis mamalia ini.

"Mereka juga harus menghindari minum susu unta atau air kencing atau makan daging unta yang belum dimasak dengan benar," kata tim ilmuwan penyakit menular di belakang peringatan terbaru.

Siapapun yang kembali ke Inggris dengan gejala MERS, seperti pilek atau flu, diminta untuk mencari nasihat medis dan membagikan riwayat perjalanan mereka sebagai pengendalian dan pengujian infeksi. Menurut data, sekitar 35 persen dari mereka yang terkena MERS meninggal.

WEATHER, DAILY MAIL, ECDC


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

8 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

11 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

22 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya