Kebakaran Puluhan Rumah di Manggarai Akibat Petir, Ini Saran Peneliti BRIN

Minggu, 18 Desember 2022 14:29 WIB

Petugas BPBD DKI Jakarta memberikan bantuan logistik untuk korban kebakaran di RW 01 Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu, 17 Desember 2022. Dok. BPBD DKI Jakarta.

TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran besar terjadi di Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan, Sabtu, 17 Desember 2022, sekitar pukul 15.00 WIB. Perwira piket pemadam kebakaran yang bertugas saat itu, Sutaka, mengatakan situasi di lokasi kebakaran hujan deras disertai petir dan angin.

Petir menyambar antena TV di salah satu rumah warga atas nama Hj. Nafisah dan terjadi penyalaan. Lalu warga melapor ke RT setempat, lalu melapor ke pemadam kebakaran Kecamatan Tebet,” ujar Sutaka, Sabtu.

Menurut catatannya, 12 rumah tinggal dan 40 rumah kontrakan dengan bangunan semi permanen yang padat hunian terdampak kebakaran. Pemadam mengerahkan 28 unit mobil dan 140 personel untuk memadamkan api tersebut.

Petir Penyebab Kebakaran

Menurut Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer dari BRIN, kemungkinan terkena sambaran petir memang kecil, tetapi perlu diwaspadai terutama terhadap infrastruktur yang vital ataupun yang mengancam jiwa manusia.

"Walaupun demikian, sambaran petir yang cukup kuat dapat menyebabkan lonjakan listrik yang dapat menimbulkan gangguan listrik, merusak peralatan elektronik, bahkan percikan api yang dapat mengakibatkan kebakaran,” ujarnya, Minggu, 18 Desember 2022. Ia memberi saran untuk menghindari menempatkan barang yang mudah terbakar di dekat konduktor atau peralatan listrik yang berpotensi tersambar petir.

Advertising
Advertising

Selain itu, Didi menyarankan untuk memastikan perlindungan dengan penangkal petir yang memenuhi standar, surge protection device atau alat pelindung lonjakan listrik, kesiapan peralatan pemadam kebakaran, dan juga segera berlindung di tempat yang sesuai apabila ada potensi petir di sekitar kita.

"Untuk di wilayah pemukiman yang padat, penangkal petir mungkin dapat dibangun secara kolektif untuk mengurangi biaya,” tambahnya. "Api kebakaran akan lebih mudah dikendalikan apabila masih kecil, sehingga kesiapan peralatan pemadam kebakaran akan sangat membantu dan perlu lebih diperhatikan. Kita juga perlu lebih waspada terhadap potensi kebakaran ketika banyak terjadi petir di sekitar kita."

Keadaan di Angkasa

Indonesia merupakan salah satu wilayah penghasil awan dan hujan terbesar di dunia, dan tentunya juga sangat berpotensi menghasilkan petir. Petir dihasilkan oleh proses konveksi atmosfer dan updraft atau udara naik ke atas yang kuat, sehingga menimbulkan friksi/gesekan yang menyebabkan butir-butir air atau es di dalam awan menjadi bermuatan listrik.

Perbedaan potensial/tegangan listrik yang tinggi antara awan dan permukaan Bumi dapat menyebabkan lompatan muatan listrik atau ionisasi di udara yang disebut sebagai kilat/petir, yang menghantarkan energi yang sangat besar dalam waktu yang sangat singkat.

Menurut Didi, pada saat ini hampir seluruh wilayah Indonesia sedang mengalami pertumbuhan awan dan curah hujan yang tinggi, termasuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini karena pada bulan Desember wilayah Indonesia, terutama di bagian selatan sedang mengalami musim penghujan, di mana angin yang lembap dari Samudra Pasifik mengalir ke arah selatan.

Selain itu, wilayah Indonesia pada saat ini masih dalam kondisi La-Nina, di mana suhu permukaan laut di wilayah Indonesia sedang hangat, sehingga banyak menghasilkan uap air yang mendorong terjadinya konveksi, pertumbuhan awan dan hujan, yang akan berlangsung terus hingga awal tahun 2023.

Fenomena Kota Besar

Sebagai kota besar, Jakarta mengalami apa yang disebut sebagai fenomena Urban Heat Island atau Pulau Panas Perkotaan, yang disebabkan perubahan tata guna lahan. Fenomena ini mendorong terjadinya proses konveksi di atas perkotaan.

Demikian pula posisi Jakarta yang berada di wilayah pesisir mendorong terjadinya proses konveksi yang disebabkan oleh siklus angin darat dan laut yang bertemu di wilayah pesisir dan mendorong udara ke atas.

Petir biasanya menyambar obyek di permukaan Bumi, terutama yang bersifat konduktor yang paling dekat, misalnya logam, terutama yang bersifat lancip, sehingga gedung-gedung tinggi, pohon, termasuk jaringan listrik atau antena sangat terancam oleh sambaran petir. Karena itu, perlu dilindungi oleh penangkal petir dengan grounding berupa saluran listrik ke Bumi yang baik. “Wilayah perumahan tentunya tidak lepas dari risiko sambaran petir, walaupun rumah yang bertingkat tinggi ataupun terisolasi di ruang terbuka biasanya lebih berisiko,” jelasnya.

Baca:
Prediksi Cuaca Hari Ini, BMKG: Hujan Disertai Petir di 9 Kota Besar

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

5 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

8 jam lalu

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Kamis pagi ini, 9 Mei 2024, dimulai dari artikel prakiraan cuaca BMKG kemarin.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

21 jam lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Melanda Sejumlah Kota Besar Dipicu Bibit Siklon 91W, Waspadai Banjir Rob

1 hari lalu

Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Melanda Sejumlah Kota Besar Dipicu Bibit Siklon 91W, Waspadai Banjir Rob

Potensi awan hujan di sekitar bibit siklon tropis, sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi atau konvensi.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

2 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

2 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

2 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Kebakaran Tiga Kapal di Muara Baru, Tiga ABK Tewas

2 hari lalu

Kebakaran Tiga Kapal di Muara Baru, Tiga ABK Tewas

Tiga kapal di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara mengalami kebakaran dan menewaskan tiga anak buah kapal yang tak sempat menyelamatkan diri

Baca Selengkapnya

Rayakan HUT Ke-105 Damkar, Bupati Sukabumi:Tingkatkan Layanan

2 hari lalu

Rayakan HUT Ke-105 Damkar, Bupati Sukabumi:Tingkatkan Layanan

Sepanjang 2023 DPKP mengatasi 579 kebakaran dan 517 non-kebakaran 517.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

3 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya