Beberapa Fakta Mengenai Pembunuhan, Salah Satunya Pembunuh Tak Harus Psikopat
Reporter
Ryzal Catur Ananda
Editor
Dwi Arjanto
Jumat, 27 Januari 2023 21:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Pembunuhan menjadi topik yang populer belakangan ini. Salah satunya pasca terungkapnya kasus pembunuhan berantai Wowon Serial Killer. Kasus ini terungkap setelah polisi menyelidiki kasus satu keluarga meninggal keracunan di Bantargebang, Bekasi pada Kamis, 12 Januari 2023.
Lawrence R. Samuel, seorang peneliti dari Amerika, melihat kembali kasus-kasus kematian tidak wajar, salah satunya pembunuhan, di New York City, New Jersey, dan Long Island antara tahun 1920 dan 1970. Penelitiannya menggunakan surat kabar pada zaman yang sama.
Baca : Lima Mantan Polisi Memphis Didakwa dalam Kasus Pembunuhan Tyre Nichols
Dilansir dari Psychology Today, tujuan dari penelitiannya adalah mencoba menceritakan kembali kematian untuk membantu melihat kematian, meski tragis, sebagai hal yang normal dalam kehidupan. Selain itu, ia juga mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang mengapa orang-orang Amerika kegandrungan media dan hiburan yang berhubungan dengan kematian, seperti film, buku, dan lainnya.
Hasil dari Keserakahan Terhadap Uang
Menurut Samuel, pembunuhan sering kali merupakan hasil dari sebuah keserakahan. Keserakahan untuk mendapatkan uang dengan segala cara menjadikan kegiatan kriminal sebagai latar belakang yang umum.
Hal ini dapat terlihat selama “Prohibition Era” atau Era Larangan pada 1920–1930 di Amerika. Pada era ini perselisihan terkait bisnis ilegal terkadang mengakibatkan seseorang terkena kekerasan.
Emosi yang Kuat
Namun, kejahatan seperti tadi hanyalah sebagian dari alasan dari pembunuhan. Pembunuhan sering kali merupakan hasil dari emosi yang kuat terkait dengan peristiwa tertentu dan relasi yang dekat.
Samuel menemukan bahwa kecemburuan, kemarahan, balas dendam, cinta, benci, dan perasaan yang intens lainnya dapat membuat orang melakukan hal-hal buruk. Namun, terdapat hal-hal lain yang memicu pembunuhan terjadi, seperti dendam antara mitra bisnis, kekerasan dalam rumah tangga, alkohol, dan kepemilikan senjata.
Pembunuh Tak Harus Seorang Psikopat atau Sosiopat
Samuel menemukan bahwa sejumlah pembunuhan melibatkan orang-orang yang sepenuhnya biasa. Temuan ini menunjukkan bahwa seseorang tidak harus menjadi psikopat atau sosiopat untuk membunuh.
Temuan Samuel selaras dengan David Buss. Buss menemukan bahwa sebagian besar orang Amerika tidak hanya berpikir untuk melakukan pembunuhan, tetapi melangkah lebih jauh dengan merencanakannya. Survei yang dilakukan terhadap 5000 orang menunjukkan 91 persen pria dan 84 persen wanita pernah berpikir untuk membunuh seseorang.
Secara Biologis, Manusia Cenderung Melakukan Kekerasan di Situasi Tertentu
Masih dari Psychology Today, ahli saraf Douglas Fields, menyatakan bahwa manusia secara biologis cenderung melakukan kekerasan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini, kekerasan dianggap sebagai mekanisme pertahanan alami terhadap ancaman yang dirasakannya. Penelitian Fields menunjukkan bahwa semua orang mampu melakukan kekerasan, termasuk melakukan pembunuhan, saat kelangsungan hidupnya terancam.
RYZAL CATUR ANANDA SANDHY SURYA
Baca juga : Mengapa Polisi Belum Bisa Umumkan Hasil Autopsi 2 Korban Wowon Serial Killer?
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.