Roket H3 Baru Jepang Gagal pada Uji Terbang Pertama, Satelit DAICHI-3 Hilang

Rabu, 8 Maret 2023 19:22 WIB

Roket andalan baru Jepang, kendaraan peluncuran H3, lepas landas dari Tanegashima Space Center pada 7 Maret 2023. (Kredit gambar: JAXA via YouTube)

TEMPO.CO, Jakarta - Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) meluncurkan roket H3 baru dari Tanegashima Space Center pada Selasa, 7 Maret 2023, pukul 10:37 waktu Jepang. Pada saat 5 menit dan 27 detik setelah lepas landas, sebuah perintah dikirim ke roket untuk pemisahan dan penyalaan tahap kedua.

Tepat setelah tujuh menit penerbangan, komentator peluncuran di JAXA's livestream di YouTube mencatat bahwa kecepatan roket turun dan pengapian tahap kedua tidak dapat dikonfirmasi.

Pengontrol misi tidak lama kemudian mengeluarkan perintah penghancuran roket dan mengakhiri penerbangan uji pertamanya lebih awal. "Perintah penghancuran telah dikirimkan ke kendaraan peluncuran, karena tidak ada kemungkinan untuk mencapai misi," tulis subtitle pada livestream JAXA.

Sebenarnya, ini adalah percobaan kedua H3 pada peluncuran debutnya. Percobaaan pertama H3 yang dijadwalkan pada 16 Februari 2023 terpaksa batal. Berdasarkan hasil pelacakan JAXA, ditemukan adanya masalah dengan sistem kelistrikan yang memasok daya ke mesin LE-9 tahap pertama roket.

Pada bagian atas roket terdapat Advanced Land Observing Satellite-3 (ALOS-3), juga dikenal sebagai DAICHI-3. Satelit ini sebenarnya ditugaskan menuju orbit sinkron Matahari 669 kilometer di atas Bumi. Satelit dirancang untuk memberikan gambar beresolusi tinggi dari Jepang dan daerah lain dalam jalur selebar 70 kilometer dengan resolusi setajam 0,8 meter.

Advertising
Advertising

Peluncuran yang gagal terjadi setelah satu dekade pengembangan yang dilakukan bersama oleh JAXA dan Mitsubishi Heavy Industries. Masalah dalam menyiapkan mesin oksigen cair hidrogen-cair LE-9 mengakibatkan penundaan yang signifikan untuk peluncuran pertama.

H3 memiliki tinggi 57 atau 63 m, tergantung pada panjang dua fairing muatan yang dapat digunakan untuk setiap misi. “Roket tersebut mampu mengirimkan 4 ton atau lebih ke orbit sinkron Matahari setinggi 500 kilometer dan 6,5 ton atau lebih ke orbit transfer geostasioner,“ berdasarkan data pada halaman spesifikasi JAXA .

Roket H3 membawa dua pendorong samping propelan padat, tetapi roket tersebut dapat dibundel dengan empat pendorong untuk meningkatkan daya dukungnya. Penerbangan uji hari Senin juga hanya menggunakan sepasang mesin LE-9, sementara varian roket yang lebih mampu menggunakan tiga LE-9.

Peluncur baru itu sebenarnya akan menggantikan roket H-IIA, sebuah kendaraan peluncuran pekerja keras Jepang saat ini. Roket lama yang diperkirakan akan melakukan penerbangan terakhirnya pada tahun 2024.

“H3 dirancang untuk fleksibilitas tinggi, keandalan tinggi, dan kinerja biaya yang lebih baik daripada H-IIA,” menurut JAXA. Roket itu menghadapi tantangan di pasar peluncuran internasional, setelah munculnya Falcon 9 SpaceX yang dapat digunakan kembali, yang telah membuktikan dirinya sangat andal dan hemat biaya.

Meskipun demikian, perkembangan terakhir di tempat lain telah menciptakan peluang untuk H3, menurut Marco Aliberti, rekan senior di European Space Policy Institute (ESPI) di Wina.

“Pemutusan roket Rusia dari pasar ini, dikombinasikan dengan tidak adanya penawaran Eropa yang bersaing, membuka beberapa kemungkinan baru bagi peluncur Jepang, yang secara historis absen dari pasar komersial,” kata Aliberti.

Yui Nakama, seorang peneliti tamu di ESPI dari Universitas Tokyo, mencatat bahwa pemerintah Jepang memutuskan untuk memperluas fasilitas peluncuran roket domestik secara signifikan pada Mei 2022 untuk mengatasi kekurangan kapasitas peluncuran global setelah invasi Rusia ke Ukraina.

H3 perlu membuktikan dirinya dapat diandalkan setelah lepas landas. Ia membutuhkan dukungan dalam bentuk pemerintah Jepang memesan peluncur untuk misi. Salah satu sumber misi adalah kebutuhan keamanan Jepang.

“Pengoperasian H3 yang stabil akan memberikan kontribusi yang signifikan bagi keamanan Jepang,” kata Nakama. “Salah satu tujuan utama H3 adalah untuk mempertahankan otonomi, yang bertujuan untuk mengoperasikan kendaraan peluncuran intinya sendiri yang memenuhi misi pemerintah terutama keamanan nasional.”

Mengingat pengaruh Cina yang berkembang di kawasan Indo-Pasifik, maka pertahanan ruang angkasa telah muncul sebagai agenda utama yang patut diperhatikan. “Melihat lebih jauh ke depan, H3 berpotensi memainkan peran penting dalam aspirasi Jepang untuk kapasitas peluncuran berawak,” kata Aliberti.

SPACE

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

9 jam lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

22 jam lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

1 hari lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

1 hari lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

2 hari lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

2 hari lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

2 hari lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

2 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya