Sejarah Letusan Gunung Agung dan Karakteristik Letusannya

Jumat, 17 Maret 2023 11:12 WIB

Kawah Gunung Agung menyemburkan lahar di Karangasem, Pulau Bali, 29 Juni 2018. (AP Photo)

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 17 Maret 1963, Gunung Agung meletus hebat. Langit siang Bali seketika berubah menjadi gelap. Seperti yang telah dimuat Tempo, material vulkanik berupa aerosol sulfat terbang hingga 14.400 kilometer. Akibat letusan ini suhu bumi turun sekitar 0,4 derajat celcius.

Abu belerang dari letusan Gunung Agung juga bersebaran hingga seluruh dunia. Abu vulkanik dari letusan Gunung Agung juga menyebabkan pencemaran air. Pada saat itu, air sudah tak layak minum hingga berakibat kekurangan air. Hewan piaraan, seperti sapi, mati bergelimpangan. Hingga letusan Gunung Agung berhenti pada tahun 1964, setidaknya sekitar 1.900 orang meninggal dunia akibat letusan ini. Namun, letusan ini bukanlah satu-satunya letusan Gunung Agung.

Letusan lain Gunung Agung

Dilansir dari laman resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Agung telah beberapa kali meletus. Sejak tahun 1800, terdapat empat kali letusan Gunung Agung selain letusan tahun 1963. Letusan terbaru adalah tahun 2017 hingga 2018.

Pada 1808, Gunung Agung tercatat pernah mengalami erupsi. Letusan pada tahun 1808 ini melontarkan abu dan batu apung dengan jumlah yang luar biasa. Kemudian pada tahun 1821, terjadi sebuah erupsi normal. Namun, tidak ada keterangan lanjutan terkait erupsi Gunung Agung pada tahun 1821.

Pada tahun 1843, terjadi kembali erupsi di Gunung Agung. Erupsi kali ini didahului oleh gempa bumi. Terdapat beberapa material yang dikeluarkan pada erupsi tahun ini, yakni abu, pasir, dan batu apung. Kemudian pada tahun-tahun 1908, 1915, dan 1917 tampak tembusan fumarola di berbagai tempat di dasar kawah.

Karakter Letusan Gunung Agung

Advertising
Advertising

Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, terdapat pola erupsi yang hampir sama pada letusan-letusan Gunung Agung pada tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963. Salah satu pola yang hampir sama dari erupsi ini adalah erupsi yang bersifat eksplosif.

Erupsi yang bersifat eksplosif berarti erupsi melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik, dan abu. Kemudian, pola lain adalah efusif yang berupa aliran awan panas di puncak menuju utara.

Terdapat dua awan panas yang dihasilkan dari Gunung Agung, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi ketika letusan besar. Awan panas letusan yang terjadi ketika erupsi tahun 1963 melanda tanah seluas lebih kurang 70 kilometer persegi.

RYZAL CATUR ANANDA SANDHY SURYA
Pilihan editor : Kepercayaan dan Sederet Mitos Gunung Ggung di Bali

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Berita terkait

AIR 2024 Sukses DIgelar, Kukuhkan Pulau Peninsula Sebagai Destinasi Wisata Olahraga

9 menit lalu

AIR 2024 Sukses DIgelar, Kukuhkan Pulau Peninsula Sebagai Destinasi Wisata Olahraga

AIR 2024 mendukung kawasan Nusa Dua, khususnya Pulau Peninsula sebagai salah satu destinasi wisata olahraga menarik di Bali

Baca Selengkapnya

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

1 hari lalu

KemenKopUKM Pastikan Kebijakan Pemerintah Berpihak pada Pelaku UMKM

KemenkopUKM tidak menemukan aturan yang melarang secara spesifik warung Madura untuk beroperasi sepanjang 24 jam dalam Perda Kabupaten Klungkung

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

2 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumatera, Jawa dan Bali

3 hari lalu

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Perairan Sumatera, Jawa dan Bali

BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi gelombang tinggi di perairan seperti Sumatera, Jawa dan Bali pada 25-26 April 2024.

Baca Selengkapnya

Digelar Awal Mei, Festival Yoga BaliSpirit Festival Diharapkan Dongkrak Wellness Tourism Indonesia

4 hari lalu

Digelar Awal Mei, Festival Yoga BaliSpirit Festival Diharapkan Dongkrak Wellness Tourism Indonesia

BaliSpirit Festival 2024 menghadirkan lebih dari 150 lokakarya dalam bidang yoga, tari, pengembangan pribadi, penyembuhan dan seni bela diri.

Baca Selengkapnya

Bali Maritime Tourism Hub Harus Terintegrasi

5 hari lalu

Bali Maritime Tourism Hub Harus Terintegrasi

Pelindo harus memastikan BMTH menjadi destinasi yang membuat wisatawan mancanegara bisa tinggal lama di Bali.

Baca Selengkapnya

Tudingan Komersialisasi Tradisi Melukat untuk Delegasi WWF, Pemprov Bali Beri Tanggapan

5 hari lalu

Tudingan Komersialisasi Tradisi Melukat untuk Delegasi WWF, Pemprov Bali Beri Tanggapan

Bali memiliki banyak lokasi melukat, salah satunya yang belakangan ramai dikunjungi para pesohor dunia adalah Pura Tirta Empul.

Baca Selengkapnya

Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Ruang Tersisa Sepekan, Pendataan Masyarakat Masih Jadi PR

6 hari lalu

Masa Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Ruang Tersisa Sepekan, Pendataan Masyarakat Masih Jadi PR

BNPB mencatat masih ada pekerjaan rumah pada pendataan masyarakat yang terkena dampak bencana erupsi Gunung Ruang, Sulawesi Utara.

Baca Selengkapnya

Badan Geologi Turunkan Status Gunung Ruang dari Awas Menjadi Siaga

6 hari lalu

Badan Geologi Turunkan Status Gunung Ruang dari Awas Menjadi Siaga

Penurunan status tersebut seiring dengan menurunnya aktivitas gempa vulkanik Gunung Ruang.

Baca Selengkapnya

Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Terus Dilakukan, Letusan Masih Terjadi

6 hari lalu

Evakuasi Warga Terdampak Erupsi Gunung Ruang Terus Dilakukan, Letusan Masih Terjadi

Erupsi Gunung Ruang masih terjadi secara berkala dan menyemburkan abu vulkanik yang dapat berisiko bagi kesehatan masyarakat.

Baca Selengkapnya