Tema Hari Hutan Internasional 2023: Hutan dan Kesehatan, Bagaimana Atasi Deforestasi?

Selasa, 21 Maret 2023 19:04 WIB

Komunitas perhutanan sosial Ciwidey, Jawa Barat, Indonesia - lokasi agroforestri dengan kopi, alpukat, kismis, nanas, pisang, pinus, kayu putih dan lainnya. UNEP/Taufany Eriz

TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 21 Maret sebagai Hari Hutan Internasional pada 2012 untuk merayakan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya semua jenis hutan. Negara-negara didorong untuk melakukan upaya lokal, nasional dan internasional untuk menyelenggarakan kegiatan yang melibatkan hutan dan pohon, seperti kampanye penanaman pohon.

Penyelenggaranya adalah Forum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hutan dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), bekerja sama dengan Pemerintah, Kemitraan Kolaboratif untuk Hutan, dan organisasi lain yang relevan di bidang ini.

Melansir dari awarnessday, Hari Hutan Internasional 2023 dirayakan dengan tema "Hutan dan Kesehatan", yang menyerukan untuk memberi, bukan hanya menerima, dengan menyadari bahwa hutan yang sehat akan menghasilkan manusia yang sehat.

Hutan pada dasarnya banyak memberikan manfaat untuk kesehatan manusia, baik fisik maupun mental. Hutan melindungi daerah aliran sungai dan mengeratkan tanah sehinga mengurangi erosi, membantu menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya air. Hutan secara tidak langsung berguna sebagai filter alami dengan menyerap dan memurnikan air.

Selain itu, bermain dihutan juga dipercaya dapat mengurangi tikat stres dan kecemasan seseorang, hutan juga merupakan tempat yang bagus untuk berolahraga.

Advertising
Advertising

Menyadari pentingnya hutan dan turut serta menjaganya adalah kewajiban kita semua karena hutan adalah rumah bagi banyak sekali spesies tumbuhan dan hewan, termasuk tumbuhan yang banyak memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Banyak masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitaran hutan yang sudah lama memakai tanaman untuk kesehatannya.

“Diperkirakan sekitar 820 juta orang hidup di hutan tropis dan savana di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagian besar dari orang-orang ini bergantung pada barang dan jasa hutan untuk penyediaan makanan, bahan bakar kayu, bahan bangunan, obat-obatan, pekerjaan, dan penghasilan”, kata Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) di Indonesia dan Timor-Leste.

Selain itu, diketahui bahwa jutaan pemilik hutan di negara maju mendapat manfaat dari sejumlah besar petak hutan kecil yang mereka kelola. Ketika petani kecil yang mempraktikkan agroforestri dimasukkan dalam jumlah orang yang dapat dianggap bergantung pada hutan, angka totalnya mencapai sekitar 2,5 miliar. Peran hutan dalam kesehatan populasi ini sangat penting. Hutan menyediakan pangan, penghidupan, dan peluang penghasilan yang berkontribusi pada ketahanan pangan dan gizi.

Selanjutnya: Mengatasi ancaman hutan di Indonesia

<!--more-->

Komunitas perhutanan sosial Ciwidey, Jawa Barat, Indonesia – lokasi agroforestri dengan kopi, alpukat, kismis, nanas, pisang, pinus, kayu putih dan lainnya. UNEP/Taufany Eriz

Mengatasi ancaman terhadap Hutan Indonesia

Indonesia merupakan salah satu kawasan hutan tropis terluas di dunia, dengan luas sekitar 95 juta hektare. Kawasan hutan ini tersebar di banyak pulau di negara itu dan mencakup separuh wilayah negara secara keseluruhan. Hutan Indonesia adalah rumah bagi banyak spesies tumbuhan dan hewan, termasuk Harimau Sumatera, Orangutan, dan Badak Jawa yang statusnya adalah hewan langka dan sudah sangat terancam punah.

Lalu, hutan Indonesia sudah menghadapi banyak ancaman yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Ancaman tersebut datang akibat deforestasi, penebangan liar, dan kebakaran hutan yang didorong oleh ekspansi pertanian, penebangan, dan aktivitas pertambangan.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia, luas hutan negara menurun sekitar 6,02 juta hektare antara tahun 2000 dan 2020. Tetapi, laju deforestasi menurun secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dari 2021 hingga 2022 deforestasi bersih adalah 113.000 hektare, yang terendah selama lebih dari 30 tahun.

Pemerintah Indonesia tentunya sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi deforestasi dan melindungi hutan. Ini mencakup moratorium permanen atas izin baru untuk konversi hutan primer dan lahan gambut, dan program nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan degradasi hutan (dikenal sebagai REDD+). Namun, terlepas dari upaya ini, deforestasi dan degradasi hutan terus menjadi tantangan lingkungan yang signifikan di seluruh dunia.

“Hutan telah memberi kita begitu banyak. Kita perlu memberi kembali ke hutan kita. Pandemi Covid-19 telah memberi kita pengingat penting, bahwa manusia, hewan, dan lingkungan saling berhubungan erat. Jadi, dengan bekerja sama dengan pemerintah, FAO akan bekerja menghadapi tantangan untuk berkontribusi membuat hutan Indonesia lestari. Hutan yang sehat sangat penting bagi kesehatan kita. Keberadaan hutan yang sehat tak tergantikan,” Rajendra, menambahkan.

Pilihan Editor: Dunia Kehilangan Hutan Setiap Tahun Lebih dari Setengah Pulau Sulawesi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

1 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

4 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

4 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

5 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

9 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

10 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

19 hari lalu

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

Temuan individu baru badak Jawa menambah populasi satwa dilindungi tersebut di Taman Nasional Ujung Kulon. Beragam ancaman masih mengintai.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

19 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

Selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan mudik lebaran, 11 stasiun pemantau kualitas udara Jakarta dan sekitarnya mencatat membaiknya level ISPU.

Baca Selengkapnya

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

19 hari lalu

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

Pergerakan pengguna Commuter Line Jabodetabek juga masih terpantau di stasiun-stasiun yang terletak di kawasan pusat perbelanjaan atau sentra bisnis.

Baca Selengkapnya

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

20 hari lalu

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

Sampah di Depok diprediksi bertambah hingga 180 ton dari hari biasa pada malam Lebaran. Muncul dari pasar tumpah.

Baca Selengkapnya