Perubahan Iklim, Begini Kondisi di IKN dan Wilayah Lain Akan Berubah ke Depannya

Kamis, 30 Maret 2023 07:15 WIB

Pemandangan umum pembangunan bendungan Intake Sepaku, yang akan memasok air bersih untuk ibu kota baru Indonesia yang diproyeksikan Ibu Kota Negara Nusantara, di Sepaku, provinsi Kalimantan Timur, 6 Maret 2023. Masyarakat Adat Balik Menolak Penggusuran Situs-Situs Sejarah Leluhur, Menolak Program Penggusuran Kampung di IKN dan Menolak Relokasi. REUTERS/Willy Kurniawan

TEMPO.CO, Bandung - Musim di wilayah Indonesia telah mengalami perubahan intensitas, bukan lagi pergeseran. Menurut peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, Kalimantan mengalami perubahan yang signifikan dari kondisi kering. Termasuk wilayah Ibu Kota Negara (IKN) di Penajam Paser, Kalimantan Timur.

“Di wilayah IKN perubahan keringnya lebih besar,” kata Erma dalam webinar Hari Peringatan Meteorologi Dunia yang diselenggarakan Institut Teknologi Sumatera pada 27 Maret 2023.

Dia menuturkan, perubahan iklim di Kalimantan berbeda di tiap wilayah. Di bagian utara termasuk Pontianak dan sekitarnya disebutnya akan menjadi lebih basah. ”Ini sampai 2050 kemungkinan yang bisa terjadi,” ujar Erma.

Merujuk data lembaga penelitian riset atmosfer di Eropa, per Januari 2023 telah terjadi kenaikan suhu 1,2 derajat Celsius di Bumi yang proyeksinya pada 2035 bisa terus naik sampai 1,5 derajat. Menurut Erma, kenaikan suhu 0,3 derajat sudah menimbulkan banyak konsekuensi. “Dampak tiap wilayah atau negara akan berbeda-beda,” ujarnya.

Di Indonesia, dari hasil studi terbaru peneliti lain yang dipublikasi 2022, Erma mengungkapkan, musim hujan di Indonesia sudah lebih panjang secara klimatologis daripada biasanya. Sementara di daerah lain ada yang mengalami peningkatan hari-hari kering berdasarkan data 30 tahun terakhir yang digunakan untuk mengkalkulasi klimatologis terbaru.

Advertising
Advertising

Adapun hasil riset timnya yang akan dikirim ke jurnal internasional, Erma menambahkan, berupaya merinci informasi sebelumnya dengan membagi wilayah monsunal menjadi tiga di bagian selatan Indonesia. Kalkulasinya dari data selama 19 tahun. ”Kami fokus di selatan karena tempatnya sentra pangan dan penduduk terbanyak,” ujarnya.

Kotak pertama yang memanjang dari pertengahan Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi diketahui punya durasi hujan lebih panjang 49 hari. Kotak kedua melingkupi wilayah Lampung dan barat hingga tengah Pulau Jawa. “Lampung hingga Jabodetabek punya ciri khas cuaca musim hujan yang sama dan hari keringnya juga,” kata Erma. Durasi hujannya lebih lama 12 hari dari klimatologi yang seharusnya.

Konsekuensi hari-hari kering yang lebih sering terjadi pada musim hujan yang lebih panjang itu adalah hujan ekstremnya meningkat. Erma dan timnya membuktikan di wilayah kotak satu dan dua terjadi hujan ekstrem yang frekuensinya meningkat terutama selama musim hujan.

Sementara pada wilayah ketiga dari Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Timur, curah hujan ekstrem meningkat saat musim kemarau. Artinya menurut Erma, semakin banyak hujan di musim kemarau di wilayah tenggara Indonesia.

Pilihan Editor: Penipuan Mendompleng Pelaporan SPT Pajak, Waspada Modus 'Handphone Kamu'


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Waskita Karya: 2 Proyek IKN Rampung, Kebut 10 Proyek Lagi hingga Semester I 2024

24 menit lalu

Waskita Karya: 2 Proyek IKN Rampung, Kebut 10 Proyek Lagi hingga Semester I 2024

Waskita Karya telah merampungkan 2 dari 12 proyek IKN yang tengah dibangun.

Baca Selengkapnya

Seloroh Basuk Hadimuljono soal Starlink Bakal Uji Coba di IKN: HP Saya Masih Nokia

8 jam lalu

Seloroh Basuk Hadimuljono soal Starlink Bakal Uji Coba di IKN: HP Saya Masih Nokia

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono belum mengetahui lebih lanjut soal rencana Starlink uji coba di IKN.

Baca Selengkapnya

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

11 jam lalu

Cerita Pemuda Asal Bandung Gunakan Starlink: Unlimited dan Lebih Stabil

Melalui situs resminya, Starlink mematok harga layanan internet sebesar Rp 750 ribu per bulan.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

11 jam lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Cek Kesiapan IKN Menjelang Upacara 17 Agustus, Basuki Tinjau Istana Kepresidenan hingga Reservoir

11 jam lalu

Cek Kesiapan IKN Menjelang Upacara 17 Agustus, Basuki Tinjau Istana Kepresidenan hingga Reservoir

Menteri Basuki tiba di area pembangunan reservoir IKN sekitar pukul 16.25 WITA.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

12 jam lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

13 jam lalu

Kepala Bappenas: Pembangunan IKN Sudah 80,82 Persen

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa menyatakan bahwa pembangunan IKN sudah mencapai 80,82 persen per 25 April 2024.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

13 jam lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

17 jam lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

17 jam lalu

Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.

Baca Selengkapnya