Tim Robot ITS Raih 3 Gelar Juara di Kompetisi Mesin Terbang Singapura
Reporter
Nabiila Azzahra
Editor
Devy Ernis
Kamis, 6 April 2023 21:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim robot terbang dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Bayucaraka, berhasil meraih tiga gelar juara dalam ajang Singapore Amazing Flying Machine Competition (SAFMC) 2023 di Singapura pada awal April lalu.
Pilot utama Bayucaraka ITS Martin Adytia mengatakan SAFMC merupakan kompetisi mesin terbang terbesar di Singapura. Kompetisi ini diselenggarakan dengan kerja sama Kementerian Pertahanan Singapura. “Kompetisi ini terbagi menjadi delapan kategori. Tim Bayucaraka ITS sendiri mengikuti kategori Semi-Autonomous (D1) dan Autonomous (D2),” ujarnya dilansir dari laman ITS pada Kamis, 6 April 2023.
Kali kedua mengikuti kompetisi ini, Bayucaraka ITS mengirimkan tiga tim di divisi Vertical Take Off and Landing (VTOL). Melalui tiga tim tersebut, Bayucaraka akhirnya menyabet tiga gelar juara sekaligus. “Kami berhasil memborong juara 1 kategori Autonomous (D2), serta juara 2 dan juara 5 kategori Semi-Autonomous (D1),” kata Martin.
Mahasiswa teknik elektro tersebut mengatakan bahwa dobrakan inovasi pada robot yang diperlombakan menjadi kunci dimenangkannya kompetisi ini. Untuk kategori Semi-Autonomous (D1), tim Bayucaraka menciptakan alat kontrol berupa perangkat yang dapat dipakai bernama Exokinesis. “Alat itu didesain menggunakan sensor sudut dan tombol-tombol untuk menggerakkan dua drone sekaligus,” terangnya.
Tak hanya itu, pada kategori Autonomous (D2), tim bimbingan Rudy Dikairono ini juga menyuguhkan inovasi baru. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan inovasi pada algoritma misi agar drone dapat menyelesaikan misi dengan cepat dan presisi. “Kami juga menyuguhkan baterai hotswap, di mana sistem drone tidak perlu dimatikan apabila bertukar ke baterai baru,” paparnya.
Melewati Berbagai Tahap
Berbagai tahapan harus dilalui oleh tim ITS untuk menjadi juara. Tiga pekan sebelum dilaksanakan kompetisi, mereka diharuskan mengirim video terkait progres tim serta uji coba drone dalam melakukan misi. Selanjutnya, pada hari diselenggarakannya kompetisi, mereka juga diharuskan melakukan presentasi.
Dalam sesi presentasi, Martin dan tim memaparkan secara rinci fitur drone, kreativitas, strategi, serta hal yang dipelajari kepada dewan juri. Di samping itu, tim Bayucaraka juga menunjukkan drone yang akan digunakan serta alat kontrolnya kepada juri. Setelah itu, barulah memasuki tahap kompetisi guna menyelesaikan misi.
Misi yang harus diselesaikan pada tiap kategori kompetisi pun berbeda. Di kategori Semi-Autonomous (D1), 2 tim ITS harus menjalankan misi menerbangkan drone dalam lintasan tertentu sambil membawa bean bag yang harus dijatuhkan pada kotak 3x3 meter di ujung lintasan. Tim yang dapat membentuk garis vertikal, horizontal, atau diagonal terlebih dahulu dinobatkan sebagai pemenang.
Sementara itu, pada kategori Autonomous (2D), setiap tim diberi waktu 45 menit untuk melakukan persiapan dan uji coba misi. Dalam rentang waktu tersebut, tim dibebaskan melakukan misi apa saja untuk memperoleh poin. Tim ITS memutuskan untuk menerbangkan dua drone bersamaan sambil membawa nampan berisi bola, yang kemudian dijatuhkan pada corong di area dropzone.
Pada tahap penilaian akhir, mahasiswa asal Batam itu mengungkapkan bahwa pemenang pada setiap kategori dipilih berdasarkan akumulasi poin tertinggi. Poin video, presentasi, dan misi akan diakumulasi sebagai nilai akhir. “Dengan akumulasi itulah, tim Bayucaraka ITS akhirnya berhasil membawa pulang tiga gelar juara,” tuturnya.
Meskipun memakan waktu kurang lebih empat bulan dan kesulitan mencari lokasi indoor yang tepat untuk melakukan uji coba, hal itu tak menjadi penghalang bagi tim robot terbang ITS. Dengan kegigihannya, tim Bayucaraka ITS pun berhasil mengharumkan nama almamater dan bangsa. “Diharapkan ke depannya, tim Bayucaraka ITS bisa mempertahankan juara yang didapat dan bisa menerapkan inovasi teknologinya di luar kompetisi,” katanya.