Wajah Feminin atau Maskulin Tentukan Siapa yang Jadi Presiden  

Reporter

Editor

Rabu, 29 April 2009 14:20 WIB

Wajah feminin atau maskulin mempengaruhi pemilih menentukan siapa yang pantas memimpin dalam berbagai situasi.
TEMPO Interaktif, London: Ciri seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik mungkin terpahat pada wajahnya, namun siapa di antara pria atau perempuan itu yang terpilih tampaknya ditentukan oleh kondisi negara tersebut. Untuk melihat apakah karakteristik wajah mempengaruhi pemilihan seorang presiden atau kepala negara, Brian Spisak dan Mark Van Vugt di University of Kent, Inggris, memanipulasi foto-foto wajah pria dan wanita di komputer untuk membuat tampang mereka terlihat lebih maskulin atau feminin.
Mereka menanyai 118 sukarelawan untuk memilih salah satu di antaranya sebagai seorang pemimpin dalam berbagai skenario. Merreka diminta memilih pemimpin mana yang cocok selama masa perang; ketika harus menjaga perdamaian di antara dua kelompok; selama periode transisi; untuk memelihara stabilitas setelah bencana alam; dan ketika negara itu menghadapi risiko perang sipil.
Para peneliti juga mengubah wajah pria dan wanita itu agar tampak lebih muda atau lebih tua, dan bertanya kepada 145 sukarelawan untuk memilih seorang pemimpin dalam skenario serupa.
Dalam masa negara dilanda peperangan, para sukarelawan lebih menyukai pemimpin berwajah maskulin atau lebih tua, sebaliknya mereka memilih wajah feminin ketika pemeliharaan perdamaian antar kelompok menjadi prioritas. Yang menarik, urusan gender sama sekali tak dihiraukan para sukarelawan, perempuan berwajah maskulin mendapat lebih banyak dukungan dibandingkan pria yang berwajah feminin pada masa perang, begitu pula sebaliknya.
"Ini menunjukkan bahwa klasifikasi tradisional yang mengkotak-kotakkan pria dan wanita bukan isyarat relevan seperti yang kita bayangkan selama ini," kata Spisak dalam pertemuan European Human Behaviour and Evolution Association di St Andrews, Inggris, awal April.
Studi sebelumnya telah memberi petunjuk bahwa para pemilih lebih menyukai pemimpin bertampang maskulin di masa perang, karena tipe wajah ini diasosiasikan dengan watak dominan dan tegas dalam mengambil keputusan, kata Alexander Todorov dari Princeton University. "Yang baru di sini adalah baik maskulinitas atau femininitas, yang secara alami berkorelasi dengan gender, masih mempengaruhi pengambilan keputusan bahkan ketika tidak dikaitkan dengan gender."
Spisak dan Van Vugt juga menemukan bahwa paras muda lebih disukai pada masa transisi dan stabilitas, dengan perempuan muda sebagai pilihan teratas.
Spisak yakin karakteristik wajah kemungkinan besar telah memainkan peran dalam pemlihan presiden Amerika Serikat yang lalu, meski ada faktor lain yang juga terlibat di dalamnya. "Obama lebih mudah dijual," katanya. "Dia kandidat yang relatif lebih muda, dan dia berpegang pada pesan perubahan dan peralihan. Jika McCain mengampanyekan pesan perang yang lebih kuat dan konsisten, mungkin dia memiliki peluang yang lebih baik untuk menang."
TJANDRA DEWI | NEWSCIENTIST

Berita terkait

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

27 Desember 2021

Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang

Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.

Baca Selengkapnya

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

22 Desember 2021

DPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024

Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.

Baca Selengkapnya

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

27 Maret 2017

Setya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019  

Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.

Baca Selengkapnya

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

22 Maret 2017

Gagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019

Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini

Baca Selengkapnya

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

16 Januari 2017

Tiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses

RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.

Baca Selengkapnya

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

10 September 2015

Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?

Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.

Baca Selengkapnya

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

28 Oktober 2014

Jokowi Tak Butuh, Relawan Bakal Membubarkan Diri

Sampai saat ini mereka masih menunggu kepastian dari Jokowi.

Baca Selengkapnya

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

13 Oktober 2014

Jokowi Dilantik, Relawan Jokowi-JK Berevolusi

Relawan Jokowi-JK turut mengontrol realisasi program pemerintah di pedesaan.

Baca Selengkapnya

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

9 Oktober 2014

Fahri: Koalisi Pro-Prabowo Tidak Berencana Pilpres MPR  

"Enggak ada agenda itu. Makanya, tidak perlu ditanyakan,"
kata


Fahri Hamzah soal agenda mengubah pemilihan presiden dari



langsung menjadi lewat MPR.

Baca Selengkapnya

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

30 September 2014

Giman Membawa Ratusan Pesan untuk Jokowi

Dalam perjalanannya, pria yang kesehariannya berjualan kue putu keliling itu membawa buku catatan yang berisi ratusan pesan ditulis tangan.

Baca Selengkapnya