Peneliti Ungkap Penyebab Gelombang Panas Eropa dan Kondisi Aman di Indonesia

Jumat, 21 Juli 2023 08:25 WIB

Seorang pria merendam kepalanya di air mancur Piazza del Popolo saat cuaca panas menyerang, di Roma, Italia, 18 Juli 2023. Peringatan merah atau red alert cuaca telah dikeluarkan untuk 16 kota di Italia akibat suhu panas ekstrem. REUTERS/Remo Casilli

TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara Eropa seperti Italia, Spanyol, Prancis, Jerman, dan Polandia dilaporkan mengalami gelombang panas dengan suhu diperkirakan melebihi 48°C. Hal yang sama terjadi di wilayah lain, seperti di Amerika, Mediterania, Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa negara di Asia seperti Cina dan Jepang.

“Pada bulan Juli ini wilayah Eropa memang sedang mengalami musim panas dan kadang-kadang fenomena gelombang panas dapat terjadi,” ujar peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Didi Satiadi lewat pesan singkat, Kamis, 20 Juli 2023.

Tangkapan layar dari satelit Sentinel-3, tambah Didi, memperlihatkan suhu permukaan yang relatif tinggi di sebagian wilayah Spanyol, Italia dan bagian utara Afrika.

Gelombang Panas

Didi mengatakan bahwa gelombang panas merupakan fenomena suhu ekstrem yang bertahan selama beberapa hari di suatu tempat. Gelombang panas disebabkan oleh sistem tekanan tinggi yang menyebabkan udara bergerak ke bawah atau subsidence sehingga udara panas di tempat tersebut cenderung terperangkap, kira-kira seperti di dalam oven.

Advertising
Advertising

Di wilayah tekanan tinggi, udara cenderung turun dan terkompresi sehingga meningkatkan suhu. Udara yang turun juga berfungsi sebagai kubah penutup (lid) sehingga udara panas terperangkap di wilayah tersebut.

Gelombang ini biasanya terjadi di daerah subtropis dan berkaitan dengan sistem tekanan tinggi yang disebabkan oleh gelombang atmosfer yang dikenal sebagai gelombang Rossby. Fenomena pulau panas perkotaan atau urban heat island berpotensi meningkatkan dampak dari gelombang panas.

Dia menambahkan bahwa data satelit Sentinel-3 pada 19 Juli menunjukkan wilayah Eropa umumnya berada dalam sistem tekanan tinggi, kelembaban rendah, tutupan awan minimal, dan suhu yang relatif tinggi, sehingga potensi terjadinya gelombang panas cukup besar di wilayah ini. “Terlebih lagi, gelombang panas saat ini terjadi bersamaan ketika dunia menghadapi fenomena El Nino sehingga dampak yang terjadi berpotensi menjadi lebih kuat lagi,” jelasnya.

Faktor Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

Selain itu, gelombang panas yang terjadi di Eropa dan wilayah lainnya pada saat ini kemungkinan besar juga diperparah oleh fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Menurut badan PBB IPCC (Intergovernmental Panel for Climate Change), fenomena pemanasan global dan perubahan iklim sangat mungkin akan meningkatkan frekuensi dan intensitas dari fenomena gelombang panas yang terjadi di Bumi.

Peningkatan suhu rata-rata bumi akibat perubahan iklim meningkatkan kandungan energi panas di atmosfer, intensitas siklus hidrologi, kejadian ekstrem dan bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, siklon, tornado, dan lainnya.

Dengan demikian, gelombang panas yang terjadi di sebagian wilayah Eropa saat ini kemungkinan disebabkan oleh efek musim panas, terperangkapnya panas oleh sistem tekanan tinggi, dan diperparah oleh dampak dari perubahan iklim yang semakin meningkat. WMO (World Meteorological Organization) memperkirakan suhu rata-rata bumi di awal bulan Juli 2023 ini merupakan suhu tertinggi yang tercatat hingga saat ini.

Keadaan Indonesia

Indonesia berada di wilayah tropis khatulistiwa yang merupakan wilayah tekanan rendah serta tidak dipengaruhi secara langsung oleh gelombang Rossby. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya fenomena gelombang panas di Indonesia relatif kecil.

Di wilayah tekanan rendah seperti Indonesia, udara dan uap air cenderung bergerak ke atas menghasilkan banyak pertumbuhan awan dan dan turunnya hujan. Karena itu, panas yang ada di permukaan dan lapisan atmosfer bawah akan dipindahkan ke lapisan atmosfer atas dan disebarkan sehingga panas tidak akan mudah terperangkap.

Selain itu, wilayah benua maritim Indonesia dikelilingi oleh lautan yang merupakan penyerap panas yang baik. Walaupun wilayah Indonesia cenderung lebih aman terhadap fenomena gelombang panas, namun dampak dari gangguan, variabilitas dan perubahan iklim perlu diwaspadai, seperti meningkatnya risiko bencana banjir, rob, longsor, angin kencang, kekeringan, karhutla dan lainnya.

ESA | PHYS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

9 menit lalu

Amerika Serikat Tengah Waspada FLiRT Subvarian Covid-19 Baru

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, subvarian Covid-19 dari SARS-CoV-2 disebut FLiRT kini menjadi varian dominan di AS.

Baca Selengkapnya

Kota di Eropa yang Paling Banyak Memiliki Destinasi untuk Pecinta Seni

23 jam lalu

Kota di Eropa yang Paling Banyak Memiliki Destinasi untuk Pecinta Seni

Sebuah penelitian menyusun daftar kota di Eropa yang memiliki banyak destinasi untuk penggemar seni

Baca Selengkapnya

Revisi UU Polri, Peneliti BRIN Soroti Potensi Kecemburuan di Internal Polisi

1 hari lalu

Revisi UU Polri, Peneliti BRIN Soroti Potensi Kecemburuan di Internal Polisi

Peneliti BRIN Sarah Nuraini Siregar menanggapi potensi kecemburuan di internal polisi akibat revisi UU Polri yang dapat memperpanjang masa jabatan aparat penegak hukum tersebut.

Baca Selengkapnya

Revisi UU Polri Perpanjang Usia Pensiun Polisi, Ini Kata Peneliti BRIN

1 hari lalu

Revisi UU Polri Perpanjang Usia Pensiun Polisi, Ini Kata Peneliti BRIN

Peneliti BRIN menanggapi mengenai revisi UU Polri yang bisa memperpanjang jabatan polisi.

Baca Selengkapnya

3 Destinasi Terbaik di Eropa untuk Berburu Aurora Borealis

2 hari lalu

3 Destinasi Terbaik di Eropa untuk Berburu Aurora Borealis

Sepanjang tahun 2024, peluang melihat aurora borealis akan semakin meningkat di beberapa destinasi tertentu

Baca Selengkapnya

Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

2 hari lalu

Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN mengembangkan alat deteksi dini penyakit tanaman teh berbasis pembelajaran mesin.

Baca Selengkapnya

Hindari Kerumunan Wisatawan Ini Waktu Terbaik Mengunjungi Malaga

2 hari lalu

Hindari Kerumunan Wisatawan Ini Waktu Terbaik Mengunjungi Malaga

Waktu terbaik untuk menjelajahi Malaga adalah musim semi dan musim gugur, untuk hindari kerumunan musim panas.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

3 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Peneliti Khawatir Berang-berang di DAS Ciliwung Terancam Punah, Kotorannya Mengandung Bioplastik

3 hari lalu

Peneliti Khawatir Berang-berang di DAS Ciliwung Terancam Punah, Kotorannya Mengandung Bioplastik

Berang-berang semakin sulit ditemukan di Sungai Ciliwung.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

4 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya