Daftar Burung Terancam Punah Dalam IUCN Red List Kian Panjang

Reporter

Editor

Senin, 18 Mei 2009 13:04 WIB

lear's macaw-IUCN

TEMPO Interaktif, New York:Evaluasi terakhir terhadap status burung-burung liar di dunia mengungkapkan kian banyak spesies yang terancam punah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tak kurang dari 192 jenis burung kini masuk dalam kategori Critically Endangered, kategori ancaman tertinggi, dalam IUCN Red List of Threatened Species tahun 2009. Jumlah itu naik dua kali lipat dibandingkan tahun 2008.

Riset yang dilakukan oleh BirdLife International menemukan 12 persen, atau 1.227 spesies burung, yang dapat diklasifikasikan sebagai burung yang terancam punah secara global. Kabar baiknya, spesies tersebut dapat diselamatkan jika langkah konservasi segera dijalankan. “Hasil riset ini sungguh amat mengkhawatirkan, karena jumlah burung yang amat terancam punah pada daftar IUCN Red List terus meningkat meski inisiatif pelestarian di berbagai belahan dunia berlangsung sukses,” kata Simon Stuart, kepala komisi penyelamatan spesies di IUCN.

Spesies yang baru saja ditemukan di Colombia, burung Gorgeted Puffleg (Eriocnemis isabellae), adalah pendatang baru pada daftar merah IUCN tersebut, dan diklasifikasikan sebagai spesies Critically Endangered. Habitat puffleg, sejenis kolibri berwarna kemilau, di hutan berawan di pegunungan Pinche di barat daya Kolombia hanya tersisa 1.200 hektar dan setiap tahun luas habitat itu berkurang delapan persen karena rusak dirambah manusia untuk ditanami coca.

Burung Sidamo Lark (Heteromirafra sidamoensis), dari Dataran Liben di Ethiopia, yang semula berada dalam kategori Endangered atau terancam punah, kini menjadi Critically Endangered atau sangat terancam punah. Burung itu berada dalam bahaya karena menjadi burung daratan Afrika pertama yang terancam punah karena perubahan fungsi lahan.

Nasib malang juga dialami salah satu burung finch Galapagos, Medium Tree-finch (Camarhynchus pauper). Bertepatan dengan perayaan 200 tahun Charles Darwin, burung finch tersebut dikategorikan sebagai spesies Critically Endangered. Burung itu semakin sulit ditemukan sejak masuknya lalat parasit ke kepulauan itu.

“Secara global, banyak hal yang terus memburuk, namun tahun ini ada beberapa cerita konservasi yang benar-benar sukses, yang dapat memberi harapan bagi kita dan menunjukkan jalah untuk kikta tempuh,” kata Dr Leon Bennun, Direktur Kebijakan dan Sains di BirdLife.

Keprihatinan para pecinta lingkungan tak sekadar pada kian jarangnya burung langka, melainkan juga makin sulitnya menjumpai burung yang sebelumnya memenuhi angkasa. Di bagian timur Amerika Utara, burung layang-layang Chimney Swift (Chaetura pelagica) dengan cepat menghilang dari langit. Dalam sepuluh tahun terakhir, hampir 30 persen populasi spesies itu menurun di seluruh kontinen, sehingga para ahli ornithologi memindahkan burung itu dari kategori Tidak Mengkhawatirkan menjadi Hampir Terancam.

“Di seluruh Afrika, burung mangsa yang dulu berlimpah ruah kini juga menghilang pada laju yang merisaukan, akibatnya spesies simbolis seperti Bateleur (<I>Terathopius ecaudatus</I>) dan Elang Martial (<I>Polemaetus bellicosus</I>) kini ditempatkan pada kategori terancam yang lebih tinggi,” kata Jez Bird, Global Species Programme Officer di BirdLife. “Penurunan ini tercermin pada banyak spesies, di setiap benua.”

Namun tidak semua spesies burung menghadapi masa depan yang suram. Di Brasilia, Macaw Lear (<I>Anodorhynchus leari</I>) statusnya membaik, dari Critically Endangered menjadi Endangered. Jumlah burung paruh bengkok biru yang memperoleh namanya dari penyair terkemuka Inggris itu bertambah empat kali lipat berkat kerjasama antara sejumlah LSM nasional maupun internasional, pemerintah Brasilia dan pemilik tanah setempat.

Di Selandia Baru, kategori Petrel Chatham (<I>Pterodroma axillaris</I>) juga berubah dari Critically Endagered menjadi Endangered setelah upaya pelestarian yang dilancarkan Departemen Konservasi Selandia Baru. Di Mauritius, burung Mauritius Fody (<I>Foudia rubra</I>) selamat dari ancaman kepunahan setelah translokasi dan pengembangan populasi baru di pantai bebas dari pemangsa. Burung memesona itu kini diklasifikasikan sebagai Endangered, sedikit membaik dari Critically Endangered.

Upaya pelestarian serupa kini tengah dilakukan terhadap 32 spesies Critically Endangered yang tengah ditangani program BirdLife Preventing Extinctions Programme. “Baik burung camar dan fody mengalami tekanan dari invasi spesies lain yang diintroduksi ke dalam ekosistemnya,” kata Dr Stuart Butchart, koordinator Indikator dan Riset Global BirdLife. “Penanggulangan masalah ini adalah salah satu dari 10 aksi penting yang dibutuhkan untuk melindungi burung tersebut dari kepunahan tetapi untuk mencapai tujuan itu kami memerlukan banyak sumber daya. Perubahan yang terjadi dalam IUCN Red List tahun ini memberitahu kita bahwa kita masih bisa mengubah status burung tersebut. Yang diperlukan adalah keinginan untuk bertindak.”

TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY | IUCN

Berita terkait

4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya

4 Desember 2023

4 Desember 2023 Hari Apa? Ini Informasinya

Tanggal 4 Desember 2023 hari apa? Hari besar yang diperingati berkaitan tentang perlindungan satwa liar dan TNI AD, ini penjelasan selengkapnya.

Baca Selengkapnya

Hari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati

11 Agustus 2023

Hari Konservasi Alam, Belantara Ajak Generasi Muda Kampanye Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Inovasi bioteknologi untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati sudah sangat diperlukan.

Baca Selengkapnya

Peran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari

23 Desember 2022

Peran Besar Perempuan Dalam Konservasi Alam yang Perlu Disadari

Perempuan ternyata punya peran besar dalam konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

1 Juni 2022

Wisata Alam ke Pulau Curiak, Belajar tentang Bekantan dan Tanam Buah Rambai

Tim SBI dan ULM didukung pemerintah daerah serta sektor lainnya berkomitmen mengembangkan wisata alam minat khusus Pulau Curiak.

Baca Selengkapnya

Ikon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang

30 Maret 2022

Ikon Wisata Great Barrier Reef Australia Terancam Pemutihan Terumbu Karang

Kehidupan terumbu karang sepanjang 500 kilometer di Great Barrier Reef tersebut mulai kehilangan warna.

Baca Selengkapnya

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan

26 Maret 2022

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Resmikan Pembukaan Orchidarium Ranu Darungan

Orchidarium Ranu Darungan dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata minat khusus, seperti penelitian anggrek dan flora lain serta pemantauan burung.

Baca Selengkapnya

NTT Jadi Tuan Rumah Hari Konservasi Alam Nasional pada Agustus 2021

12 Februari 2021

NTT Jadi Tuan Rumah Hari Konservasi Alam Nasional pada Agustus 2021

Hari Konservasi Alam Nasional digelar di Taman Wisata Alam Laut Teluk Kupang dan Pantai Lasiana di Kota Kupang, NTT.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Terancamnya Pulau Siberut, Galapagos Asia

13 Oktober 2020

Terancamnya Pulau Siberut, Galapagos Asia

Pulau Siberut yang ada di Kepulauan Mentawai terancam karena eksploitasi hutan.

Baca Selengkapnya

Wildlife Photography, ini Tips Pentingnya

2 Juli 2020

Wildlife Photography, ini Tips Pentingnya

Gusti Wicaksono, wildlife photographer muda berbagi tips memotret hidupan alam liar. Gusti membicarakannya di acara Obrolan Online Tempo Institute.

Baca Selengkapnya