Pemasangan Teleskop Baru Observatorium Nasional Timau di NTT Tunggu Teknisi Jepang

Selasa, 26 September 2023 13:06 WIB

Cermin sekunder dan penyangganya telah terpasang dalam kubah Observatorium Nasional Timau, Nusa Tenggara Timur. (Foto: Abdul Rachman/BRIN)

TEMPO.CO, Jakarta -Pemasangan cermin teleskop Observatorium Nasional Timau di Nusa Tenggara Timur belum rampung. Dari tiga jenis bagian cermin yang akan digunakan, cermin utama dan ketiga belum dipasang. “Semua kepingan cermin sudah ada di dalam kubah tinggal dipasang teknisi dari Jepang,” kata Abdul Rachman, Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang-Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Senin, 25 September 2023.

Menurutnya dalam Dialog Obrolan Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa secara daring itu, baru cermin sekunder atau kedua yang sudah terpasang. Adapun cermin utama dengan diameter 3,8 meter menggunakan 18 bagian keping kaca yang akan disusun melingkar seperti piring besar. Cermin tersier atau ketiga dipasang dekat cermin utama, sementara cermin sekunder dipasang tergantung dan berhadapan dengan cermin utama serta tersier.

Berbeda dengan teleskop klasik yang berbentuk tabung silinder disertai alat optik, teropong utama di Observatorium Nasional Timau berdesain unik. Tiga cermin teropong dikelilingi oleh rangka segi enam dengan struktur seperti sarang laba-laba. Beratnya kurang dari 20 ton. Busur vertikal di bagian bawah teleskop menjadi bagian kunci pergerakan ketinggian atau altitude untuk pengamatan benda langit.

Teleskop di Timau itu merupakan kembaran dari teropong Okayama Observatory yang berafiliasi dengan Kyoto University, Jepang. Teleskop Seimei namanya, selesai dipasang pada 2017-2018. Menurut Abdul Rachman, keunggulan dari teleskop itu adalah walau ukurannya besar tapi sanggup bergerak lincah pada dua sumbu azimuth dan elevasi. “Sekitar 3-4 derajat per detik pergerakan maksimalnya,” kata dia.

Kecepatan bergerak itu menurutnya seperti teleskop yang lebih kecil dengan ukuran lensa berdiameter 50 sentimeter. “Sehingga nanti ketika digunakan akan lebih sedikit waktu yang terbuang untuk mengamati banyak benda,” ujarnya. Pada tahap pertama atau teleskop generasi pertama, rencananya akan segera dipasang sensor optik dan kamera infrared atau Near Infrared Camera.

Advertising
Advertising

Perangkat itu akan membantu pengamat atau astronom untuk bisa mengamati secara simultan obyek langit dalam tiga panjang gelombang yang berbeda. Hasilnya berupa foto citra obyek benda langit yang diamati. “Kami harapkan bisa mendapat gambar yang bagus,” ujarnya. Selain itu juga untuk fotometri atau mengamati kecerlangan bintang atau galaksi termasuk juga perubahannya berdasarkan periode waktu tertentu.

Teleskop di Timau menurut Abdul Rachman, juga akan diarahkan untuk mengamati planet-planet yang memiliki potensi kehidupan. Planet seperti itu sekarang sudah ditemukan ratusan hingga ribuan jumlahnya. “Itu salah satu target pengamatan karena dimungkinkan dengan ukuran teleskop yang besar untuk mengamati benda redup.”

Pilihan Editor: Kemendikbudristek Akan Tutup Museum Nasional hingga 1 Tahun ke Depan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

3 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

12 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

BMKG Ingatkan Masyarakat NTT Potensi Kebakaran Lahan Akibat Angin Kencang Kering

1 hari lalu

BMKG Ingatkan Masyarakat NTT Potensi Kebakaran Lahan Akibat Angin Kencang Kering

BMKG ingatkan masyarakat NTT soal potensi kebakaran lahan akibat angin kencang yang bersifat kering hingga 13 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

1 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

2 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

2 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

2 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

3 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

3 hari lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

3 hari lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya