BRIN Ungkap Potensi Limbah Lignoselulosa untuk Bahan Baku Bioetanol

Reporter

Antara

Editor

Erwin Prima

Rabu, 1 November 2023 17:18 WIB

Pabrik Bioetanol PTPN X di Mojokerto, Jatim. (ANTARA/Eric Ireng.)

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan limbah biomassa lignoselulosa dapat dimanfaatkan menjadi bioetanol yang mampu mendukung penyediaan energi bersih di Indonesia.

Periset Kimia Maju BRIN Yanni Sudiyani dalam seminar bertajuk materi lokal untuk mendukung net zero emission di Jakarta, Rabu, 1 November 2023, mengatakan pemanfaatan limbah biomassa memiliki potensi yang ketersediaannya terukur.

"Selulosa sebagai material lokal dapat dimanfaatkan untuk biofuel khususnya untuk bioetanol. Limbah lignoselulosa terdiri dari komponen selulosa dan hemiselulosa yang apabila sepertiga saja dimanfaatkan diperoleh 11,37 juta ton bioetanol," kata Yanni.

Indonesia memiliki limbah biomassa lignoselulosa yang melimpah berupa jerami padi sebanyak 45,6 juta ton, sekam padi 60,04 juta ton, tongkol jagung 28,02 juta ton, bagas tebu 1,34 juta ton, dan pelepah sawit 52,33 juta ton.

Yanni mengatakan semua potensi itu siap digunakan tanpa perlu membuka lahan baru, sehingga hutan bisa tetap lestari tanpa perlu khawatir dengan aktivitas pembabatan.

Advertising
Advertising

Kebijakan energi nasional versi 2014, imbuhnya, pemerintah memproyeksikan kebutuhan 6,99 juta ton bioetanol untuk menggantikan bensin. Jumlah itu bisa dipenuhi dengan mengubah biomassa lignoselulosa menjadi bioetanol.

"Selain limbah lignoselulosa di darat, kita juga dapat memanfaatkan bahan selulosa yang ada di laut berupa makroalga mengingat Indonesia sebagai negara maritim," ujar Yani.

Ada banyak jenis makroalga yang dapat dimakan, tetapi ada pula yang tidak enak rasanya. Makroalga yang tidak dikonsumsi manusia bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi bersih pengganti bensin.

Makroalga mengandung polisakarida, protein, dan polifenol yang menjadi bahan baku alternatif untuk biomassa lignoselulosa. "Total produksi makroalga saat ini sangat melimpah apabila dikonversi menjadi biofuel, maka Indonesia tidak kekurangan (energi)," ucap Yanni.

Ketua Majelis Profesor Riset BRIN Gadis Sri Haryani mengatakan kegiatan pemanfaatan material lokal untuk mendukung netralitas karbon di Indonesia merupakan langkah yang sangat tepat, penting, serta berpotensi untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Konsep material lokal mengacu pada pengurangan pengguna sumber daya dan energi yang ada di Indonesia, sehingga mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil. Pada akhirnya akan mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari proses transportasi dan produksi.

"Selain itu, pengembangan industri material lokal juga dapat menciptakan lapangan kerja baru baik itu sektor manufaktur, pertanian, dan jasa. Hal ini dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dan mengurangi kemiskinan," pungkas Gadis.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

10 jam lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

12 jam lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

15 jam lalu

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

Sampah antariksa saat ini sekitar 24.000. Peneliti BRIN melakukan studi soal potensi jatuhnya ke wilayah Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

1 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

1 hari lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

2 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

3 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

3 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

3 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

4 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya