Kritik COP28 oleh WRI Indonesia, Global Stocktake Jadi Isu Utama

Jumat, 15 Desember 2023 19:39 WIB

An activist holds a sign, at a protest during the Global Day of Action for Climate Justice, coinciding with COP28, in Edinburgh, Scotland, Britain, December 9, 2023. REUTERS/Lesley Martin

TEMPO.CO, Jakarta - World Resources Institute atau WRI mengadakan media briefing merespons hasil COP28 untuk Indonesia dan dunia. Kegiatan ini dilaksanakan WRI di Jakarta dengan mengundang para pakar di bidangnya, Jumat 15 Desember 2023.

Deputi Direktur AFOLU WRI Indonesia, Toni Haryadi mengatakan, keberhasilan COP28 tergantung pada hasil pertemuan dan komitmen para petinggi negara terhadap penanganan krisis iklim. Salah satunya adalah global stocktake.

Toni menuturkan, global stocktake adalah proses partisipatif yang terbuka, inklusif dan transparan, sesuai kesepakatan negara-negara untuk penanganan iklim. Proses global stocktake dalam Perjanjian Paris dirancang untuk mengevaluasi tanggapan global pada krisis iklim setiap lima tahun.

Stocktake perdana dijadwalkan semestinya di COP28 di Dubai Desember 2023, cara kerjanya menurut Toni dengan mengevaluasi kemajuan dunia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, membangun ketahanan terhadap dampak iklim dan mendapatkan pendanaan serta dukungan untuk mengatasi krisis iklim.

Berdasarkan target pencapaian COP28 di bagian global stocktake ini, kata Toni, artinya Indonesia harus bisa memastikan pendanaan iklim internasional terwujud sebesar 100 miliar dolar per tahun dari negara-negara maju. Selanjutnya, ada transisi energi yang akselerasi dengan memanfaatkan 716 miliar dolar dari inisiatif ICTP.

Advertising
Advertising

"Selanjutnya juga tentang memperkuat tiga hutan tropis yang ada di dunia, di antaranya di Brazil, DRC (Kongo) dan Indonesia. Untuk memastikan perekonomian baru negara-negara maju dan kolaborasi lintas negara," kata Toni saat diskusi berlangsung.

Walakin semua target yang harus dicapai di COP28 di bagian global stocktake tampak belum berjalan dengan maksimal. Sebab, ia menilai bahwa ambisi dari setiap negara masih ada dan tidak sejalan dengan cita-cita Perjanjian Paris 2015 lalu.

Padahal COP28 diharapkan bisa menjadi momen penting untuk memperbaiki arah krisis iklim yang terjadi di belahan negara di dunia ini. Salah satunya mencapai global stocktake untuk terealisasinya enam sektor, seperti mitigasi, adaptasi, sarana implementasi, penanganan kerugian dan kerusakan, tindakan tanggap darurat dan kerja sama internasional.

Climate Manager WRI Indonesia, Egi Suarga menyampaikan, hasil asesmen global stocktake telah dirilis. Dari penilaian tersebut, Indonesia tidak bisa mencapai target pada Perjanjian Paris 2015 dan perlu mengejar ketertinggalannya. "Ketertinggalan ini di bagian mitigasi, respons message dan international corporation. Hal ini menjadi pendorong pula untuk ENDC di 2040," kata Egi.

Ia menerangkan, aspek mitigasi yang diharapkan dari COP28 tidak sejalan lagi dengan Perjanjian Paris 2015. Ada pembatas yang masih terpasang di tiap-tiap negara dan tidak mencapai kesepakatan untuk mengurangi emisi di 2030. "Seharusnya, untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat celcius, secara cepat harus terjadi sebesar 43 persen pada tahun 2030, 60 persen pada 2035 dan emisi CO2 bersih pada tahun 2050," ucap Egi.

Lebih lanjut, kata Egi, hanya 52 negara yang menyampaikan rencana adaptasi nasional mereka. Indonesia tidak masuk ke daftar negara yang ikut andil di rencana adaptasi nasional ini. Sementara untuk menyampaikan komunikasi adaptasi baru 62 negara.

Kondisi seperti ini makin rumit, ditambah menurut Egi rata-rata sepertiga penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap layanan peringatan dini dan informasi iklim. Malahan, terdapat kesenjangan dalam implementasi, dukungan serta penilaian kolektif terhadap efektivitas adaptasi ini.

Melihat fenomena ini, Egi merekomendasikan para petinggi dunia yang terlibat dan memiliki tanggung jawab lebih terkait krisis iklim harus saling bantu dan mendorong transformasi multisektoral. Sebab, ada kebutuhan pendanaan yang besar. Dampak krisis iklim paling terasa oleh negara-negara berkembang di dunia, bukan negara maju.

Di lain sisi, menurut Egi, mengatasi krisis iklim juga tidak hanya bisa mengandalkan pendanaan dari negara maju, walaupun seharusnya mereka juga bertanggung jawab. Indonesia menurut Egi bisa membangun dan mengakses pendanaan sendiri dari berbagai sumber. Salah satu yang bisa dimanfaatkan adalah sektor filantropi. "Tapi tetap mendorong negara maju memenuhi komitmen mereka," ujar Egi.

Pilihan Editor: Beda Gaya Komunikasi Politik Anies, Prabowo dan Ganjar dalam Debat Capres Menurut Guru Besar UB

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Saingi Dubai, Neom di Arab Saudi Bangun Infinity Pool Sepanjang 450 Meter

21 jam lalu

Saingi Dubai, Neom di Arab Saudi Bangun Infinity Pool Sepanjang 450 Meter

Kolam megah ini disebut akan memberikan sensasi mengambang di atas air tenang yang membentang hingga ke cakrawala di Neom, Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

Nikita Willy dan Indra Priawan Bertualang di Dubai, Nikmati Wisata Budaya hingga Uji Nyali

10 hari lalu

Nikita Willy dan Indra Priawan Bertualang di Dubai, Nikmati Wisata Budaya hingga Uji Nyali

Nikita Willy dan Indra Priawan menjelajahi kekayaan budaya Emirati hingga menjajal Edge Walk dalam kampanye baru pariwisata Dubai.

Baca Selengkapnya

6 Tempat Wisata Gratis di Dubai, dari Kawasan Bersejarah hingga Danau di Tengah Gurun

11 hari lalu

6 Tempat Wisata Gratis di Dubai, dari Kawasan Bersejarah hingga Danau di Tengah Gurun

Dubai memiliki banyak pilihan untuk backpacker atau wisatawan dengan budget terbatas. Bahkan, banyak spot turis yang bisa dinikmati secara gratis.

Baca Selengkapnya

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

11 hari lalu

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

Bentuk bangunan Etihad Museum di Dubai ini unik, mirip dengan gulungan kertas yang akan mengingatkan pada Treaty of the UAE

Baca Selengkapnya

Lay Zhang Meluncurkan Video Musik Psychic

11 hari lalu

Lay Zhang Meluncurkan Video Musik Psychic

Lay EXO atau Lay Zhang telah merilis video musik solo terbaru Psychic di saluran YouTube. Video berlatar pemandangan di Dubai

Baca Selengkapnya

Dubai akan Bangun Bandara Terbesar di Dunia, Bisa Tampung 260 Juta Penumpang

11 hari lalu

Dubai akan Bangun Bandara Terbesar di Dunia, Bisa Tampung 260 Juta Penumpang

Bandara Internasional Al Maktoum akan menggantikan Bandara Internasional Dubai yang masih beroperasi saat ini

Baca Selengkapnya

Liburan Murah ala Backpacker ke Dubai, Bisa?

16 hari lalu

Liburan Murah ala Backpacker ke Dubai, Bisa?

Dubai berinvestasi menyediakan fasilitas hotel bintang dua dan bintang tiga di berbagai lokasi di seluruh kota, juga tempat-tempat wisata terjangkau.

Baca Selengkapnya

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

18 hari lalu

Lahan Sejuta Hektar untuk Padi Cina: Upaya Luhut, Keheranan Pakar IPB dan Contoh Sukses di Gurun Dubai

Menko Luhut mengatakan, Cina bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Hatta Falaj, Saluran Irigasi Kuno Bawah Tanah di Dubai

20 hari lalu

Menyusuri Hatta Falaj, Saluran Irigasi Kuno Bawah Tanah di Dubai

Hatta Falaj di Dubai mengalirkan air dari bawah pengunungan Hajar untuk kebutuhan pertanian dan minum warga di masa lalu.

Baca Selengkapnya

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

20 hari lalu

Pengeluaran Militer Global Capai Rekor Tertinggi pada 2023, Israel Naik 24 Persen

Pengeluaran militer global pada 2023 mencapai rekor tertinggi dengan angka US$2.443 miliar atau sekitar Rp39,66 kuadriliun.

Baca Selengkapnya