Riset Bioteknologi Kelautan Masih Miskin

Reporter

Editor

Selasa, 16 Juni 2009 18:51 WIB

TEMPO Interaktif, BANDUNG:—Riset bioteknologi kelautan masih miskin. Padahal olahan kekayaan biota laut Indonesia berpeluang besar menjadi obat yang handal untuk mengatasi penyakit kanker. “Nilainya bisa mencapai US $ 40 milliar jika menjadi obat atau herbal,” kata Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Hari Eko Irianto. Potensi kelautan itu diungkapkannya di hari kedua International Conference and the Environment di Aula Timur ITB, Selasa (16/6).

Isi laut yang tengah diteliti sebagai obat, diantaranya, koral, rumput laut, dan tulang rawan ikan hiu. Tulang itu, katanya, tengah dikembangkan sebagai obat kanker. Begitu pun kekayaan koral yang tersebar di laut sekitar Mentawai, Nias, juga Karimun Jawa. “Untuk obat kanker payudara dan serviks,” katanya.

Sementara ekstrak rumput laut alginate, berfungsi untuk menekan kadar gula dalam darah. Selain itu, peneliti kini sedang mencari kemungkinan biota laut untuk bahan obat penyakit tropis seperti demam berdarah.

Sayangnya, kata Hari, para peneliti Indonesia masih kekurangan alat penelitian. Nuclear Magnetic Resonance (MNR) misalnya, di negeri ini hanya ada satu di kantor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Alat itu, ujarnya, berfungsi untuk melihat sel dan fungsinya jika strukturnya diubah.

Kepala Konsorsium Bioteknologi Indonesia Bambang Prasetya juga mengeluhkan fasilitas serta dana pengembangan penelitian yang minim. Setiap tahun, peneliti di konsorsiumnya yang berasal dari 43 instansi pemerintah dan 88 perguruan tinggi se-Indonesia rata-rata menerima dana Rp 120 juta. “Minimal harusnya tiga kali lipat,” tandasnya.

Selain itu, yang menghambat kinerja peneliti adalah gaji yang berkisar Rp 2,5 juta-Rp 4 juta per bulan. Akibatnya, pengembangan hasil penelitian awal kerap mandek. “Pemerintah memang hanya menganggarkan untuk kebutuhan (penelitian) minimal,” ujar Kepala Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong itu. Agar riset berkembang, peneliti Indonesia harus menggandeng peneliti dari luar negeri.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

3 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

43 hari lalu

Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.

Baca Selengkapnya

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

43 hari lalu

Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.

Baca Selengkapnya

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

44 hari lalu

Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut

Baca Selengkapnya

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

31 Januari 2024

Dua Bulan Lagi, Stanford University Bakal Groundbreaking Pusat Ekosistem Digital di IKN

Stanford University, Amerika Serikat, merupakan salah satu universitas yang akan melakukan groundbreaking pusat ekosistem digital di IKN.

Baca Selengkapnya

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

29 Januari 2024

Tinjau Pabrik Motherboard Laptop Merah Putih, Dirjen: Riset Perlu Terhubung Industri

Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi meninjau pabrik motherboard dan menegaskan perlunya riset terhubung dengan industri.

Baca Selengkapnya

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

22 Januari 2024

Jatam: Tiga Pasangan Capres Terafiliasi Oligarki Tambang

Riset Jatam menelusuri bisnis-bisnis di balik para pendukung kandidat yang berpotensi besar merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

15 Januari 2024

Terkini: KPA Sebut PSN Jokowi Sumbang Laju Konflik Agraria Sepanjang 2020-2023, Bandara Banyuwangi Segera Layani Penerbangan Umroh

Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika menyebut Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah era Jokowi mendorong laju konflik agraria.

Baca Selengkapnya

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

28 Desember 2023

BRIN: Pangan Jadi Salah Satu Prioritas Riset 2023, Kejar Target Hilirisasi

Dominasi riset bidang pangan sejalan dengan prioritas yang diminta oleh Presiden Joko Widodo.

Baca Selengkapnya

Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

18 Desember 2023

Ratih Kumala Ceritakan Proses Kreatif Penulisan Gadis Kretek

Penulis novel Gadis Kretek Ratih Kumala menceritakan proses kreatif. Mengapa ia akhirnya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.

Baca Selengkapnya