Fenomena Bulan Purnama Serigala Tadi Malam, Sejarah dan Efeknya

Jumat, 26 Januari 2024 15:22 WIB

Ilustrasi Bulan Purnama Serigala. Foto : Space.com

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan purnama terjadi pada Jumat dinihari tadi, 26 Januari 2024, tepatnya pukul 00.53 WIB. Dalam dunia astronomi, bulan purnama adalah sebuah fenomena dan yang terjadi tadi malam memiliki nama sebagai Bulan Purnama Serigala atau Wolf Moon.

“Menurut NASA, di Amerika Serikat, bulan purnama setiap bulan memiliki nama tradisional yang dikaitkan dengan cuaca, tanaman yang sedang musim, atau hewan yang mungkin dilihat pada waktu tersebut," kata peneliti di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Farahhati Mumtahana.

Lewat keterangan tertulis yang dibagikannya hari ini, Farah menyebutkan bahwa nama-nama tradisional seperti Wolf Moon itu tercantum dalam Almanak Petani, Nama-nama bersumber dari penduduk asli di Amerika, kolonial Amerika, dan Eropa.

Farah melanjutkan, penyebutan Wolf Moon karena, menurut almanak, serigala lebih sering terdengar melolong pada Januari. Namun, Farah mengatakan, "Publik tahu bahwa serigala sebenarnya tidak melolong lebih banyak pada Januari dibandingkan bulan lainnya."


Purnama Bisa Dua Kali dalam Satu Bulan Kalender

Farah menerangkan bulan purnama terjadi setiap 29 hari. Ini berarti sebagian besar bulan mempunyai satu bulan purnama. Kalaupun mempunyai dua, bulan purnama yang kedua itu biasa disebut bulan biru.

Advertising
Advertising

Bulan purnama, terjadi saat bumi berada di antara matahari dan bulan. Bulan menjadi tampak penuh dikarenakan semua sisinya terkena sinar matahari. Belahan Bumi yang mengalami fase malam akan melihat bentuk bulan bulat sempurna.


Efek Bulan Purnama yang Terganggu

Bulan purnama akan membuat langit malam lebih terang daripada biasanya sehingga cahaya bintang-bintang terutama di sekitar bulan akan kalah. Namun, biasanya planet yang terang akan tetap terlihat, seperti Mars, Jupiter, dan Saturnus--seperti yang tampak pada Januari ini.

Farah menjelaskan, efek yang cukup umum karena fenomena bulan purnama yaitu air pasang maksimum akibat gravitasi bulan. Selain itu, kata dia bulan purnama juga biasanya mempunyai pengaruh khusus pada spesies tertentu, seperti migrasi dan perkembangbiakan.

“Karena maraknya polusi cahaya yang membuat langit sering terang benderang karena sorotan lampu, pengaruh bulan purnama pada spesies ini cukup terdampak,” ucapnya.

Pilihan Editor: Begini Cara Menyembunyikan Aplikasi di iPhone

Berita terkait

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

1 jam lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

2 jam lalu

Antisipasi Bencana Geologi, BRIN Teliti Sebaran Sesar Pemicu Gempa

Tim BRIN meneliti sejumlah kondisi geologi yang bisa memicu gempa bumi di Indonesia. Salah satunya soal Sesar Lembang dan sesar lain di sekitarnya.

Baca Selengkapnya

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

6 jam lalu

Terdapat 24.000 Sampah Antariksa, Ini Studi BRIN soal Potensi Jatuhnya ke Wilayah Indonesia

Sampah antariksa saat ini sekitar 24.000. Peneliti BRIN melakukan studi soal potensi jatuhnya ke wilayah Indonesia.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

21 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

1 hari lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

1 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

3 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

3 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

3 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

4 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya