BRIN Perkirakan Kemarau Lebih Ringan Setelah EL Nino Melemah

Minggu, 28 Januari 2024 22:37 WIB

Ilustrasi kekeringan: Warga berjalan di sawah yang kering akibat kemarau di Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. ANTARA FOTO/Fauzan/ama.

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan kemarau akibat fenomena El Nino pada tahun ini tidak akan separah tahun lalu. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, menyebut El Nino dalam fase merangkak naik pada 2023, sedangkan pada tahun ini merangkak turun. “Tetap kemarau tapi tidak ekstrem karena El Nino melemah,” ujarnya pada Ahad, 28 Januari 2024.

Penurunan El Nino tidak akan langsung, namun perlahan setelah fase puncaknya berlalu pada bulan ini. Kondisinya berbeda dengan El Nino pada 2015 yang naik dan turun dengan tajam. “Sekarang dia nggak begitu pola permainannya, berdurasi lama jadi efeknya kadang tidak begitu terasa karena tidak menunjukkan pola ekstrem,” tutur Eddy.

Di wilayah Jawa Barat, misalnya, curah hujan pada sepuluh hari atau dasarian ketiga pada Januari 2024 diperkirakan berada pada kategori menengah. Namun, berdasarkan sifat hujannya, menurut Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Barat, curah hujan pada mayoritas atau 78 persen wilayah berkategori di bawah normal. Wilayahnya meliputi Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung Raya, Garut, dan Pangandaran.

Intensitas Curah Hujan Menurun Bulan Depan

Tim BRIN juga memperkirakan curah hujan yang meningkat pada akhir 2023 akan mulai berkurang. mengatakan fenomena El Nino masih bergerak menuju masa puncaknya pada Januari 2024. “Menurut saya, puncak musim hujan sudah terjadi pada Desember,” ujar Eddy.

Advertising
Advertising

Menurut dia, tetap ada hujan pada Januari-Februari 2024, namun intensitasnya sudah berkurang. Jika tidak ada El Nino, kata Hermawan, uap air yang berasal dari kawasan Siberia bebas masuk ke Indonesia. Akibat El Nino, uap air tetap masuk tapi mencari pusat tekanan rendah. “Tadinya pusat itu di pantai utara pulau Jawa, tapi karena ada El Nino ditarik ke arah timur.”

Kondisi tersebut membuat curah hujan yang semula masih di kawasan pantai utara Jawa bergeser ke kawasan dekat ekuator. Perubahan itu menyangkut pengaruh posisi gerak semu matahari yang sudah meninggalkan bumi bagian selatan pada 22 Desember 2023—menuju ke ekuator atau katulistiwa pada 21 Maret 2024. Posisi matahari itu, menurut Eddy, ikut mempengaruhi Intertropical Convergence Zone (ITCZ) atau wilayah bertekanan rendah.

“Uap air dari utara dan selatan bertemu di zona itu,” kata dia.

Dampaknya, curah hujan kawasan barat Indonesia yang masih basah oleh musim hujan, seperti Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan, akan berkurang. Curahnya semakin habis ke timur, lhususnya di wilayah yang berada di bawah garis ekuator termasuk Pulau Jawa. “Diduga kawasan timur Indonesia lebih dulu berkurang curah hujannya,” kata Eddy. Masa kemarau diperkirakan terjadi pada Juni hingga Agustus mendatang.

Prediksi cuaca secara umum itu didapat Eddy dari berbagai sumber, seperti International Research Institute for Climate and Society Columbia University, ASEAN Specialised Meteorological Centre's (ASMC's) di Singapura. Dia juga menggunakan Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia (POAMA).

Berita terkait

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

4 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dilanda Suhu Panas yang Bikin Gerah, Sampai Kapan?

8 jam lalu

Indonesia Dilanda Suhu Panas yang Bikin Gerah, Sampai Kapan?

Suhu panas yang melanda Indonesia diperkirakan terjadi hingga Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Darat Dangkal Terjadi di Sukabumi, Ini Data dan Penjelasan BMKG

9 jam lalu

Gempa Darat Dangkal Terjadi di Sukabumi, Ini Data dan Penjelasan BMKG

Gempa darat menggetarkan wilayah Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat, pada Kamis siang, 9 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

13 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Peringatan Dini BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Badai

15 jam lalu

Peringatan Dini BMKG: Sebagian Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Badai

Potensi hujan badai di sejumlah wilayah Indonesia akibat keberadaan tiga sirkulasi siklonik dan bibit siklon tropis 91P.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

16 jam lalu

Top 3 Tekno: Prakiraan Cuaca BMKG, Penyakit Ngorok Mematikan, Sekolah Bisnis Terbaik

Top 3 Tekno Berita Terkini pada Kamis pagi ini, 9 Mei 2024, dimulai dari artikel prakiraan cuaca BMKG kemarin.

Baca Selengkapnya

BMKG: Pulau Jawa Nihil Potensi Cuaca Hujan Lebat Hari Ini

16 jam lalu

BMKG: Pulau Jawa Nihil Potensi Cuaca Hujan Lebat Hari Ini

Tak banyak faktor yang mempengaruhi cuaca di wilayah Indonesia pada hari ini, Kamis 9 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Hujan Berpotensi Kembali Hadir di Jakarta

18 jam lalu

Prediksi Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Hujan Berpotensi Kembali Hadir di Jakarta

Setelah absen beberapa lama, peringatan dini cuaca kembali diberikan BMKG untuk Jakarta pada hari ini, Kamis 9 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ancam Produksi Beras

19 jam lalu

Cuaca Panas Ancam Produksi Beras

Cuaca panas belakangan ini di satu sisi dapat meningkatkan rendemen padi, tapi di sisi lain berpotensi membuat gagal tanam dan gagal panen.

Baca Selengkapnya

BMKG Ingatkan Masyarakat NTT Potensi Kebakaran Lahan Akibat Angin Kencang Kering

1 hari lalu

BMKG Ingatkan Masyarakat NTT Potensi Kebakaran Lahan Akibat Angin Kencang Kering

BMKG ingatkan masyarakat NTT soal potensi kebakaran lahan akibat angin kencang yang bersifat kering hingga 13 Mei 2024.

Baca Selengkapnya