Selamatkan Macan Tutul Jawa, KLHK Survei Populasi dan Penyebarannya

Selasa, 27 Februari 2024 15:02 WIB

Macan tutul jawa yang sudah langka dan terancam puncah terekam kamera di kawasan hutan Gunung Sanggabuana Karawang. (ANTARA/dok Dedi Mulyadi)

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkolaborasi dengan Yayasan SINTAS Indonesia mengadakan survei populasi Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) di Pulau Jawa untuk mengetahui jumlah pasti satwa yang terancam punah tersebut.

"Survei ini menjadi sangat penting kalau kita mengingat kembali pengelolaan satwa liar itu diawali dari inventarisasi yang menyajikan data-data yang valid walaupun mungkin tidak lengkap," ujar Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK Satyawan Pudyatmoko dalam acara yang menandai dimulainya Java-Wide Leopard Survey (JWLS) di Jakarta, Selasa, 27 Februari 2024.

Satyawan mengatakan, data yang valid soal berapa individu satwa dan keberadaan mereka akan memberikan gambaran nyata tentang kondisi yang ada, sekaligus mendukung pemetaan tantangan yang ada di masing-masing lanskap.

Data yang diharapkan didapatkan, kata Satyawan, termasuk data dasar status populasi hewan dan preferensi satwa mangsa Macan Tutul Jawa. Sekaligus data biodiversitas terestrial dan sebarannya di seluruh habitat satwa liar yang tersisa di Pulau Jawa.

Sekumpulan data itu akan digunakan untuk pembaharuan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa. Survei itu sendiri rencananya akan dilaksanakan selama dua tahun.

Advertising
Advertising

Satyawan menyatakan, berdasarkan estimasinya saat ini masih ada sekitar 300-400 ekor macan tutul di Pulau Jawa. Spesies ini tergolong predator puncak dalam rantai makanan. Ia juga menyoroti kepunahan predator ini membawa konsekuensi.

Salah satu dampaknya adalah potensi terjadinya konflik antara manusia dengan hewan yang menyebar keluar habitatnya dikarenakan kelebihan populasi. "Ketika populasi naik, harus ada predator yang mengurangi populasi tersebut. Kalau tidak, ya tentu dia akan menyebar ke tempat lain," kata dia.

Satyawan mengatakan data hasil survei ini akan menjadi pembaharuan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Macan Tutul Jawa. Hal ini dilakukan guna menyelamatkan populasi spesies kucing besar ini dari kepunahan. "Kita itu lemah data, itu memang betul. Jadi saya kira nanti menjadi salah satu data yang bisa diberdayakan, baik di nasional ataupun internasional," ucapnya

Sebagai informasi, survei ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua tahun dan untuk pendanaannya didukung oleh KLHK dan mitra sektor swasta nasional.

Secara teknis, Satyawan menjelaskan, survei populasi macan tutul ini akan dilakukan dengan menggunakan 600 unit kamera pengintai yang akan dipasang oleh delapan tim gabungan survei lapang secara bergantian pada kurang lebih 1.160 stasiun pengamatan di 21 bentang alam yang meliputi 10 taman nasional, 24 suaka alam, dan 55 kawasan hutan lainnya.

Selain survei kamera pengintai, Satyawan menjelaskan, pihaknya akan mengumpulkan sampel kotoran macan tutul jawa. "Untuk mengetahui struktur populasi macan tutul jawa dan preferensi satwa mangsanya," kata dia.

Macan Tutul Jawa adalah satwa endemik Pulau Jawa yang masuk dalam kategori terancam dalam daftar IUCN Red List. Ahli biologi dan Direktur Yayasan Sintas Indonesia, Hariyo Bibah Wibisono mengatakan populasi terakhir macan tutul berada di kisaran 319 individu. "Survei ini juga sebagai bagian untuk melacak individu lainnya," ucap Bibah di kantor KLHK, Jakarta, 27 Februari 2024.

Irsyan Hasyim

Berita terkait

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

5 hari lalu

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

Seekor orangutan di Suaq Belimbing, Aceh Selatan, menarik perhatian peneliti karena bisa mengobati sendiri luka di mukanya dengan daun akar kuning

Baca Selengkapnya

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

15 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

15 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

16 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

21 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

30 hari lalu

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

Temuan individu baru badak Jawa menambah populasi satwa dilindungi tersebut di Taman Nasional Ujung Kulon. Beragam ancaman masih mengintai.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

30 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

Selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan mudik lebaran, 11 stasiun pemantau kualitas udara Jakarta dan sekitarnya mencatat membaiknya level ISPU.

Baca Selengkapnya

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

30 hari lalu

Turut Dipicu Pasar Tumpah, Tambahan Sampah H-1 Lebaran di Depok Bisa Mencapai 180 Ton

Sampah di Depok diprediksi bertambah hingga 180 ton dari hari biasa pada malam Lebaran. Muncul dari pasar tumpah.

Baca Selengkapnya

KLHK: Ada Potensi Sampah 58 Juta Kilogram dari 2 Minggu Arus Mudik dan Balik Lebaran

33 hari lalu

KLHK: Ada Potensi Sampah 58 Juta Kilogram dari 2 Minggu Arus Mudik dan Balik Lebaran

KLHK menghitung potensi sampah hingga 58 juta kilogram dari mobilitas 193,6 juta penduduk dalam periode dua minggu arus mudik dan balik Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Kena Getah Penambangan Ilegal di IKN

37 hari lalu

Kena Getah Penambangan Ilegal di IKN

KLHK menjatuhkan denda Rp 1,34 miliar kepada pemilik konsesi PT Mandiri Sejahtera Energindo di areal IKN. Penambangan diduga dilakukan pihak lain.

Baca Selengkapnya