Jarang Diperhatikan, Paparan Pewangi Ruangan Bisa Mengancam Pernafasan

Jumat, 1 Maret 2024 13:16 WIB

Bakhoor merupakan resin dari kayu gaharu. Kemenyan wangi ini biasa digunakan di rumah-rumah Dubai. Foto: @7laty.29

TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan pewangi ruangan semakin marak dijumpai di mana-mana meski mengandung senyawa kimia yang berbahaya. Potensi bahaya dari produk ini sering luput dari perhatian pemerintah. Selain itu belum banyak penelitian di Indonesia yang menguak pengaruh jangka panjang pewangi ruangan terhadap kesehatan.

Pakar Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Arief Bakhtiar, menguraikan hasil penelitian tentang pewangi ruangan. Memakai tikus sebagai objek percobaan, dia mendapati paparan pewangi ruangan dapat menyebabkan perubahan negatif pada jaringan saluran napas, khususnya pada selaput lendir.

“Dampak paparan pewangi ruangan cair pada perubahan histologi selaput lendir hidung lebih parah jika dibandingkan dengan pewangi berbentuk gel,” kata Arief melalui keterangan tertulis, Jumat, 1 Maret 2024.

Bukan berarti lebih aman, dia juga menemukan paparan pewangi ruangan versi gel atau larutan koloid setengah padat justru berpengaruh lebih buruk terhadap perubahan histologi jaringan paru jika dibandingkan pewangi.

Mengutip Multiple Chemical Sensitivity (MCS) pada 2005, Arief menyebut pengharum ruangan bekerja melalui beberapa cara, mulai dari melemahkan kemampuan saraf pembau serta melapisi hidung dengan zat berminyak tak terdeteksi Produk itu juga menutupi bau dengan aroma lain, juga mengubah komposisi bau yang tidak menyenangkan.

Advertising
Advertising

Risiko Pewangi Ruangan Terhadap Pernafasan

Pakar Unair itu menjelaskan bahwa prinsip dasar pewangi ruangan adalah ketika bahan kimianya berinteraksi dengan saluran napas. Interaksi itu menimbulkan respons peradangan atau inflamasi.

“Jika berlangsung lama dan terus menerus maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik. Pajanan bahan kimia pada sistem pernapasan akan menyebabkan iritasi, peradangan, bronkokonstriksi, dan sensitisasi,” tuturnya.

Menurut dia, beberapa penelitian di luar negeri malah menyebutkan paparan wewangian bisa membuat individu sensitif mengalami asma dan dampak kesehatan yang merugikan lainnya.

Untuk mengurangi dampak negatif pewangi ruangan, Arief menyarankan agar penggunaan wewangian buatan itu dikurangi, terutama yang berbentuk aerosol. Para konsumen sebaiknya menghentikan penggunaan jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala seperti batuk-batuk, sesak napas, atau iritasi kulit dan mata. Pemakaian pewangi alami lebih dianjurkan.

Pilihan Editor: Sudah Dipakai di Fiji, Alat Pemantau Air Laut Buatan Unpad Raih Penghargaan Inovasi

Berita terkait

7 Rekomendasi Pewangi Ruangan Tahan Lama dengan Harga Murah

13 Juni 2023

7 Rekomendasi Pewangi Ruangan Tahan Lama dengan Harga Murah

7 rekomendasi pewangi ruangan yang menghadirkan aroma segar dan menyenangkan di rumah Anda. Dari wangi bunga yang lembut hingga aroma buah yang segar.

Baca Selengkapnya

Petrichor, Aroma yang Menguar Saat Hujan

24 Februari 2022

Petrichor, Aroma yang Menguar Saat Hujan

Saat hujan muncul aroma yang menguar. Aroma hujan itu dinamai petrichor oleh para ilmuwan Australia pada 1964

Baca Selengkapnya

Penelitian Sebut Masker Efektif Kurangi Penularan Omicron

24 Desember 2021

Penelitian Sebut Masker Efektif Kurangi Penularan Omicron

Penelitian menyebut masker efektif membantu mengurangi penyebaran COVID-19 dan variannya, termasuk Omicron.

Baca Selengkapnya

Studi: Rokok Elektrik Tak Membantu untuk Berhenti Merokok

21 Oktober 2021

Studi: Rokok Elektrik Tak Membantu untuk Berhenti Merokok

Rokok elektrik menjadi populer karena para ahli medis sebelumnya menyarankan produk itu sebagai cara untuk menghindari rokok.

Baca Selengkapnya

Jenazah Covid-19 Bisa Dikubur di Pemakaman Umum, Ini Penjelasannya

22 Juli 2021

Jenazah Covid-19 Bisa Dikubur di Pemakaman Umum, Ini Penjelasannya

Ketentuan tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang jenazah Covid-19. Simak detailnya.

Baca Selengkapnya

Waspadai Risiko Penularan COVID-19 di Dokter Gigi, Bukan Lewat Liur

13 Juli 2021

Waspadai Risiko Penularan COVID-19 di Dokter Gigi, Bukan Lewat Liur

Bukan air liur yang menyebabkan risiko penularan Covid-19 kala periksa gigi. Dokter gigi memberi penjelasan.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Temukan Bukti Covid-19 Menyebar lewat Udara

17 April 2021

Ilmuwan Temukan Bukti Covid-19 Menyebar lewat Udara

Peneliti dari Universitas Oxford menemukan sejumlah bukti virus corona penyebab Covid-19 menyebar melalui udara.

Baca Selengkapnya

Efektivitas Masker Tangkal Aerosol, dari 1 hingga 3 Lapis

8 Maret 2021

Efektivitas Masker Tangkal Aerosol, dari 1 hingga 3 Lapis

Penelitian mengatakan masker dengan banyak lapisan paling efektif dalam mencegah turunan aerosol.

Baca Selengkapnya

Risiko Lepas Pakai Masker, Ini Kata Dokter

19 Oktober 2020

Risiko Lepas Pakai Masker, Ini Kata Dokter

Masih banyak orang yang kurang tepat menggunakan masker dalam berbagai kegiatan mereka. Simak risiko lepas pakai masker.

Baca Selengkapnya

Dokter Paru Bicara Airborne Covid-19: Bisa Sampai 60 Meter

19 September 2020

Dokter Paru Bicara Airborne Covid-19: Bisa Sampai 60 Meter

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Agus Dwi Santoso, mengingatkan kembali tiga mekanisme penularan Covid-19.

Baca Selengkapnya