Ada Dua Gerhana Saat Ramadan 2024, Pertanda Apa?

Reporter

Andika Dwi

Selasa, 19 Maret 2024 09:14 WIB

Ilustrasi gerhana matahari (Pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengungkap akan terjadi dua jenis fenomena gerhana pada Ramadan kali ini, 1445 Hijriah/2024 Masehi. Keduanya adalah Gerhana Bulan Penumbra pada 24-25 Maret dan Gerhana Matahari Total (GMT) pada 8 April 2024.

Meski begitu, peneliti Pusat Riset Antariksa, Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Farahhati Mumtahana, menyampaikan bahwa dua fenomena tersebut tidak dapat diamati di Indonesia karena tidak melintasi wilayah Tanah Air.

“Namun dapat dijadikan pertimbangan jika ingin merencanakan wisata atau ekspedisi mengejar gerhana,” ucap Farahhati, dilansir dari laman resmi BRIN, Senin, 18 Maret 2024.

Di sisi lain, gerhana pada bulan Ramadan kerap menjadi salah satu perbincangan publik. Pasalnya, fenomena langit di bulan suci umat Islam ini kerap dikaitkan dengan kedatangan Imam Mahdi, salah satu tanda kiamat. Meski begitu, beberapa orang lainnya menilai bahwa ini hanyalah fenomena alam biasa.

Lantas, pertanda apakah ada dua gerhana pada bulan Ramadan? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.


Tanda Dua Gerhana di Bulan Ramadan

Advertising
Advertising

Peristiwa gerhana matahari yang bertepatan dengan bulan Ramadan disebut-sebut sebagian kalangan sebagai tanda kemunculan Imam Mahdi. Ulama besar Indonesia, Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya, pun pernah menjawab pertanyaan ini.

Melansir dari laman resmi Yayasan Al Bahjah, yayasan yang dikelola oleh Buya Yahya, sang penceramah mengatakan bahwa tidak melihat keterkaitan langsung antara gerhana matahari dengan kemunculan Imam Mahdi. Menurutnya, gerhana matahari adalah fenomena alam yang dapat diprediksi dan terjadi secara teratur.

Sedangkan kemunculan Imam Mahdi sebagai tanda kiamat, menurutnya, adalah suatu hal yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Meski begitu, Buya Yahya menegaskan bahwa tanda-tanda besar kiamat seperti kemunculan Imam Mahdi memang akan terjadi.

"Tetapi, tidak ada yang mengetahui waktu pasti peristiwa tersebut terjadi," katanya sambil menambahkan, "Oleh karena itu, umat Islam harus mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir."

Dua Gerhana di Bulan Ramadan Sudah Puluhan Kali Terjadi

Faktanya pula, kemunculan dua gerhana saat Ramadan bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, dua fenomena langit ini pernah terjadi pada Ramadan 2003 silam. Melansir dari laman Nahdlatul Ulama atau NU Online, dua fenomena tersebut adalah Gerhana Bulan Total pada 9 November 2003 dan Gerhana Matahari pada 24 November 2003.

Kepala Observatorium Bosscha Lembang kala itu, Moeji Raharto, mengatakan dua gerhana saat Ramadan merupakan fenomena alam biasa. “Secara astronomi , sudah biasa terjadi,” ucap Moeji, dikutip dari laman NU Online.

Disebutkan Moeji lebih dari dua dekade lalu, fenomena alam gerhana bulan dan gerhana matahari yang datang bersamaan dengan bulan Ramadan sudah terjadi lebih dari 60 kali. Oleh karena itu, dia mengatakan masyarakat tidak perlu risau dengan isu mengenai kiamat.

Dengan demikian, disimpulkan bahwa dua gerhana di bulan Ramadan tidak memiliki pertanda apa pun karena hanya merupakan fenomena alam biasa. Adapun mengenai isu kemunculan Imam Mahdi dan hari kiamat, tugas manusia adalah mempersiapkan diri dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

RADEN PUTRI

Pilihan Editor: Studi Terbaru Sebut IKN Nusantara Terancam Kekeringan Ekstrem pada 2050

Berita terkait

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

51 menit lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

9 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

1 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

2 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

2 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

2 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

3 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

3 hari lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

3 hari lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

3 hari lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya