Tanda Kehidupan Harimau Jawa, Ditemukan Sehelai Rambut di Sukabumi

Reporter

Editor

Avit Hidayat

Minggu, 24 Maret 2024 17:28 WIB

Petugas BKSDA saat memasang kamera cctv bersensor gerakan atau camera trap di batang pohon pinggiran hutan pinus di lereng Gunung Wilis, Desa Nyawangan, Tulungagung. Pemasangan menindaklanjuti laporan penampakan harimau loreng. (Ist/foto dok)

TEMPO.CO, Jakarta - Empat peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini berhasil membuktikan adanya tanda-tanda jejak kehidupan harimau jawa atau panthera tigris sondaica. Dugaan ini muncul dari sehelai rambut—yang diduga milik harimau jawa—ditemukan di pagar pembatas kebun warga di Desa Cipeundeuy, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Raksasewu (Peneliti BRIN) atas laporan warga bernama Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip harimau jawa yang dikabarkan telah punah pada Senin malam, 19 Agustus 2019,” kata Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti seperti dikutip dari siaran pers BRIN pada Ahad, 24 Maret 2024.

Harimau jawa sejak 1980-an telah dinyatakan punah dan masuk dalam daftar merah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Ini lantaran penampakan terakhir harimau jawa di Meru Betiri Taman Nasional, Jawa Timur pada 1976. Temuan ini berbasis assestment IUCN pada 2008.

Sejak itu harimau jawa benar-benar tinggal sejarah. Setelah 43 tahun berlalu, kabar dari para peneliti BRIN yakni Wirdateti, Yulianto, Kalih Raksasewu, dan Bambang Adriyanto ini telah membuat sejarah baru. Temuan mereka dipublikasikan dalam jurnal Oryx terbitan Cambridge University Press bertajuk berjudul "Is the Javan tiger Panthera tigris sondaica extant? DNA analysis of a recent hair sample". Laporan dipublikasikan pada 21 Maret 2024.

Riset ini diawali ketika Wirdateti membuktikan jejak asam deoksiribonukleat atau DNA harimau jawa pada sehelai bulu yang ditemukan Ripi Yanuar Fajar. BRIN lantas melaukan serangkaian analisis terhadap DNA yang dilakukan secara komprehensif. Setelah lima tahun bekerja, Wirdateti bersama timnya menyimpulkan bahwa sampel rambut harimau di Sukabumi tersebut positif sesuai dengan DNA panthera tigris sondaica.

Sehelai bulu itu dipastikan masuk dalam kelompok dengan spesimen harimau jawa yang dikoleksi oleh Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930. Dugaan yang tak kalah meyakinkan adalah, temuan bekas cakaran mirip harimau di Sukabumi. Bukti-bukti ini yang menguatkan kesimpulan Wirdateti bahwa harimau jawa masih ada di tanah Jawa.

Identifikasi awal Wirdateti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.

“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau di Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 persen dengan Harimau Sumatera. Dan 96,87 persen mirip dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 persen kemiripan dengan Harimau Sumatera,” ujar dia.

Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain.

Untuk memperkuat observasinya, Wirdateti bersama tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 di lokasi ditemukannya sampel rambut.

Wirdateti menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi. Berikutnya, merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.

Dia juga menambahkan, ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit telah sesuai protokol. Dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.

Baca Juga: Hari Harimau Sedunia Diperingati 29 Juli: Upaya Mengerem Ancaman Punah

Berita terkait

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

5 jam lalu

Peneliti BRIN Sebut Pernyataan Oposisi Ganjar Berpotensi Jadi Arah PDIP, Ini Alasannya

Deklarasi Ganjar menjadi oposisi di pemerintahan Prabowo bisa jadi merupakan penegasan arah politik PDIP.

Baca Selengkapnya

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

14 jam lalu

Inovasi Meteran Air Sistem Token dari Tim Peneliti di Telkom University

Tim peneliti di Telkom University mengembangkan sistem perangkat lunak dan alat pencatat meteran air bagi kalangan pelanggan perusahaan air minum.

Baca Selengkapnya

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

1 hari lalu

Kata Pakar Soal Posisi Koalisi dan Oposisi dalam Pemerintahan Prabowo

Prabowo diharapkan tidak terjebak dalam politik merangkul yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

2 hari lalu

Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

2 hari lalu

Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat

Baca Selengkapnya

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

2 hari lalu

Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.

Baca Selengkapnya

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

3 hari lalu

Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

3 hari lalu

Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

3 hari lalu

Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.

Baca Selengkapnya

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

3 hari lalu

'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.

Baca Selengkapnya