Bahkan, iPhone pun tak akan sanggup menandinginya. Ponsel ini memang bukan ponsel biasa. Layarnya yang menyala terang bagai api bisa mengalirkan video streaming. Mengunduh video konser Michael Jackson atau Madonna bisa dilakukan secepat tiga kedipan mata. Ya, video sebesar 52 megabita itu bisa diunduh dalam waktu tiga detik saja.
Bahkan, Tempo bersama sejumlah wartawan lain pada pertengahan Juni lalu juga menjajal melakukan video conference dengan dua ponsel raksasa itu. Sambil berdiskusi juga bisa melihat file presentasi milik kawan di seberang. Lalu, dengan jemari, kita bisa membubuhkan catatan atau melingkari hal penting di presentasi itu. Semuanya seketika atawa real time.
Ponsel mana yang bisa menandingi fitur seperti itu? iPhone, BlackBerry, atau Nokia N97?
Ini memang bukan ponsel biasa. Ini adalah "ponsel" untuk menguji kehebatan teknologi seluler terbaru Long Term Evolutions (LTE) milik Nokia Siemens Networks (NSN). Orang awam kerap menyebut teknologi ini adalah teknologi generasi ke-4 (4G) yang merupakan kakak kelasnya teknologi 3G atau 3,5G yang sudah banyak beredar di Indonesia.
LTE inilah yang disebut-sebut sebagai penantang teknologi WiMAX. Kecepatan transfer datanya bisa mencapai 178 megabita per detik (Mbps) untuk mengunduh data (download) atau 58 megabita per detik (Mbps) untuk mengunggah data (upload).
Jorg Erlemerier, Head of Services Nokia Siemens Networks Asia Pasifik, mengatakan LTE bakal menjadi tulang punggung perkembangan teknologi seluler. "Teknologi ini bisa menekan biaya tapi juga memanjakan pelanggan untuk melakukan transfer data," katanya.
Sebuah komputer pemancar berbasis LTE besarnya hanya seukuran komputer meja biasa minus layar. Teknologi ini bisa menekan 75 persen penggunaan peranti biasa. Pemeliharaannya pun lebih irit. Karena ukurannya lebih kecil, biaya sewa tempat pun bisa lebih murah 25 persen ketimbang pemancar atau BTS (base transceiver station) biasa. Konsumsi listriknya juga 50 persen lebih hemat.
NSN telah memasang teknologi LTE ini di sebuah operator Singapura, M1. Ini adalah salah satu operator paling agresif di negeri jiran. Merekalah yang pertama memasang teknologi 3G dengan HSPA atau high speed packet access. Menurut Patrick Scodeller, Chief Technical Officer M1, persaingan operator di sana sangat kompetitif. "Kunci keberhasilan kami adalah menawarkan pengalaman baru dengan infrastruktur baru," katanya dalam siaran persnya.
M1 akan memakai teknologi LTE dengan memasang pemancar yang bernama Flexi Base Station. Teknologi ini akan mulai dipasang Juli ini. Pemancar baru itu akan menggantikan 1.200 pemancar generasi lama dan dengan Flexi Base Station M1 hanya membutuhkan ruang pemancar setara dengan 33 ruang untuk pemancar lama.
Teknologi LTE tidak dimulai dari titik nol. Para pengembang jaringan GSM telah lama mengembangkan teknologi ini untuk mengimbangi WiMAX, jaringan berkecepatan tinggi yang banyak didukung oleh produsen komputer dan prosesor seperti Intel. Nokia Siemens Networks sudah mendemonstrasikan pertama kali teknologi ini pada 2006. Nokia Siemens Network melakukan uji lapangan pertama kali pada 2007 di Berlin dan Munich, Jerman.
Operator-operator GSM di Indonesia juga sudah mulai kepincut dengan teknologi ini. Telkomsel, contohnya, telah menguji teknologi 4G ini bersama tujuh operator asing di kantornya. Indosat juga sedang menjajaki penggunaan WiMAX dan LTE sekaligus. Jadi, tunggu apa lagi?
Burhan