Sederet Penanganan Banjir dan Longsor Sumbar: Rekayasa Cuaca Hingga Relokasi Rumah
Reporter
Irsyan Hasyim (Kontributor)
Editor
Yohanes Paskalis
Rabu, 15 Mei 2024 16:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan sejumlah solusi penanganan banjir lahar dingin dan tanah longsor yang melanda sebagian daerah Sumatera Barat sejak 11 Mei lalu. Kepala BNPB, Suharyanto, memastikan penanganan darurat bisa berjalan cepat, kerusakan akibat bahala itu tergolong besar.
“Kami ingin pastikan di lokasi terdampak ini agar kondisi kembali normal. Jadi kita ingin memastikan alat berat sudah bergerak," ujar Suharyanto melalui keterangan tertulis, Rabu, 15 Mei 2024
Rencana penanganan darurat disampaikan Suharyanto usai meninjau enam titik lokasi terdampak, yakni Bukikbatabuah di Kabupaten Agam, Pandai Sikek Sepuluh Kota, Lubuk Mata Kuciang, Lembah Anai, Simpang Manunggal, serta daerah Jorong Panti di Kabupaten Tanah Datar. “Hari ini kami meninjau empat lokasi. Besok rencananya baru ke pengungsian,” ucapnya.
Menurut data terbaru Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) BNPB hingga Selasa sore pukul 18.35 WIB, sudah ada 58 korban meninggal dunia. Korban hilang yang sedang dicari bertambah menjadi 35 orang. Ada juga 33 korban luka.
Sejauh ini, terdapat 1.543 keluarga di enam kabupaten di Sumatera Barat yang terdampak. Tim Pusdalops dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat masih terus memperbaharui data di sela proses evakuasi korban.
Perbaikan Jalur Transportasi
Untuk mengoptimalkan distribusi logistik ke enam daerah terdampak, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sedang mempercepat perbaikan sejumlah jalan nasional dan jembatan yang rusak. Contoh akses transportasi yang rusak, antara lain Akses Simpang di Kota Padang Panjang, serta 19 unit jembatan.
Bantuan logistik juga dikirimkan melalui jalur udara dengan helikopter BNPB, khususnya di daerah Kabupaten Tanah Datar. Karena kerusakan akses darat, bantuan harus didistribusikan secara bertahap.
"Perlu pembagian waktu yang tepat (untuk distribusi bantuan). Tadi kita lihat yang paling parah di Lembah Anai, masih ada yang (jalan) yang terputus. Semoga dalam waktu dekat sudah bisa dilalui alat transportasi," kata Suharyanto.
Rencana Relokasi Rumah Terdampak
Menurut Suharyanto, pemerintah juga membantu relokasi rumah yang rusak dan berada di dekat aliran sungai. Pemilik rumah rusak akibat banjir lahar dingin dan longsor akan mendapat dana stimulan. Nilainya sebesar Rp 60 juta untuk rumah rusak berat, Rp 30 juta untuk yang rusak sedang, dan Rp 15 juta untuk rusak ringan.
"Untuk relokasi kami sedang assesment (kaji). Kami sudah memberikan rekomendasi di tahap transisi rehabilitasi rekonstruksi,” kata dia.
Dalam kajian tersebut, BNPB menilai perlu tidaknya relokasi. Jika diperluakan, regulator daerah bakal menyiapkan lahan, sedangkanya pembangunan rumah penggantinya oleh pemerintah pusat. Ada juga opsi perbaikan untuk rumah yang tidak perlu dipindahkan.
Selanjutnya, Rekayasa Cuaca di Area Banjir Sumbar...<!--more-->
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan BNPB akan menerapkan rekayasa cuaca untuk mendukung evakuasi dan perbaikan sarana prasarana di daerah terdampak banjir lahar dingin. Tim gabungan mengulangi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang pernah diterapkan saat banjir di area Demak, Jawa Tengah, beberapa bulan lalu.
Operasi TMC digelar untuk mengurangi intensitas hujan. Dengen begitu, evakuasi di lapangan tidak terhambat oleh cuaca buruk, terutama hujan lebat.
"Hari ini (Rabu) sudah bergerak pesawat untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca. Besok kita lanjutkan lagi,” kata Suharyanto. “Diharapkan seminggu ke depan tidak ada hujan.”
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut unitnya sedang menghitung jumlah garam yang akan ditabur di awan. Perhitungannya disesuainya dengan perkembangan cuaca di enam kabupaten yang terdampak. “Persiapan dilakukan untuk operasi selama tujuh hari ke depan (hingga 22 Mei 2024),” tuturnya.
Pilihan Editor: UTBK SNBT Berakhir, Universitas Jember Buka Pendaftaran Jalur Mandiri