TEMPO Interaktif,
Jakarta - Sumber kegembiraan bisa berasal dari mana saja. Kamera video bisa jadi salah satunya. Bila satu alat bisa merekam berbagai momen yang menarik dalam kehidupan, bukankah itu menggembirakan?
Begitulah yang ditawarkan oleh Canon dengan beberapa camcorder seri Legria, yang diluncurkan di Jakarta beberapa waktu lalu. Legria dikutip dari bahasa Spanyol, allegria, yang berarti kegembiraan.
Salah satu di antara "sumber kegembiraan" itu adalah Legria HF S100. Ini adalah camcorder bertubuh hitam mengkilap dan mungil. Di tubuh mungil itu tersimpan fitur dan teknologi yang sarat.
Fitur unggulannya yang pertama adalah kemampuannya merekam video definisi tinggi. Camcorder ini diperkuat dengan teknologi sensor HD CMOS 8,59 megapiksel. Ini artinya kualitas gambar rekamannya akan jernih dan mendetail di setiap kondisi pencahayaan.
Camcorder berbanderol Rp 15,6 juta ini mampu merekam video definisi tinggi sampai resolusi 1.920 x 1.080 piksel. Koneksi ke monitor atau layar televisi definisi tinggi bisa dilakukan melalui port HDMI-nya.
Kemampuan ini juga didukung oleh teknologi pemroses gambar khas Canon, yaitu Digic III, yang cepat memproses gambar maupun video. Fitur pelengkap adalah pembesaran lensa sampai 10 kali dan pendeteksi wajah.
Bak sebuah kamera video profesional, S100 akan membantu penggunanya mendapatkan rekaman dengan eksposur yang akurat dan fokus. Caranya dengan mengubah tampilan layar ke mode pola zebra untuk mengetahui bagian yang kelebihan eksposur.
Untuk mengetahui fokus-tidaknya gambar dengan memakai fitur Color Peaking, yang akan mengubah layar menjadi monokrom. Sudut-sudut yang tidak fokus pada gambar akan dicitrakan dengan warna-warna merah, biru, atau kuning.
Tawaran S100 yang berikutnya adalah kemampuan memotret dengan resolusi tinggi. Biasanya camcorder tak mampu menghasilkan foto digital beresolusi tinggi. Sebaliknya kamera digital hanya mampu merekam video berkualitas rendah.
Persoalan klasik inilah yang hendak dipecahkan Canon melalui S100. Ia mampu menghasilkan foto digital beresolusi 8 megapiksel. Ini berarti tak perlu membawa-bawa kamera digital lagi.
Bila ingin lebih jauh, fitur foto digital ini diperkuat dengan kemampuan menjepret banyak frame dengan sekali tekan shutter, seperti kamera untuk profesional. Hanya, resolusi foto akan otomatis berkurang.
Sebelum memotret, resolusinya bisa diatur pada pilihan 3.264 x 1.840, 3.264 x 2.456, 1.920 x 1.440, atau 640 x 480 piksel. Dengan mode penjepretan berkelanjutan, resolusi foto akan diturunkan ke resolusi paling rendah dengan volume berkas hanya 0,06 megapiksel.
Canon juga menyertakan software dari Pixela, yaitu ImageMixer 3 SE versi 5 (termasuk player) dan Music Transfer Utility versi 2. Dengan software ini, pengguna bisa menyaksikan hasil rekaman video di layar tanpa mengubah apa pun.
Setiap rekaman S100 adalah berkas definisi tinggi dengan ekstensi .m2ts. ImageMixer bisa dipakai untuk mengedit setiap klip video yang dihasilkan, termasuk menggabungkannya menjadi sebuah rekaman panjang.
Tapi software ini tidak akan mengubah format video, dari m2ts ke format video umum. "Itu akan menurunkan kualitas definisi tinggi ke standar, sayang rasanya. Makanya kami buang fasilitas itu," kata Yase Defirsa Cory, Product Manager Canon PT Datascrip, distributor Canon di Indonesia.
Tempo memang menemukan sejumlah software yang bisa mengubah format m2ts ke format Avi, misalnya. Tapi hasil rekaman berubah drastis, termasuk kualitas gambar dan kecepatannya. Inilah yang dimaksudkan oleh Yase.
DEDDY SINAGA