BRIN Temukan Gas Rawa Bisa Gantikan LPG yang Mahal

Jumat, 31 Mei 2024 23:08 WIB

Ilustrasi - Petugas mengamati kobaran api dari semburan gas bumi di sumur minyak tradisional di Kabupaten Aceh Timur. ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi

TEMPO.CO, Jakarta - Pusat Riset Sumber Daya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendapati biogenic shallow gas alias gas rawa bisa menjadi sumber energi alternatif bagi masyarakat Indonesia yang bermukim wilayah delta sungai besar. Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Sumber Daya Geologi BRIN, Hananto Kurnio, mengatakan udara biogenik itu bisa dimanfaatkan tanpa harus membangun infrastruktur jaringan gas. Rembesan gas di permukaan tanah bisa langsung dipakai.

"Gas biogenik rawa (GBR) dapat mengurangi ketergantungan terhadap gas konvensional," kata Hananto melalui situs resmi BRIN, Jumat, 31 Mei 2024.

Menurut dia, rembesan gas rawa sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di Kalimantan Barat untuk menghidupkan kompor. Energi alternatif ini juga sudah dipakai oleh publik di Sidoarjo dan Pasuruan, Jawa Timur.

Gas rawa di kedua daerah tersebut, Hananto mengutip sebuah riset, terperangkap lewat sedimen kuarter bawah dasar laut. “Bahkan, di sana juga ditemukan adanya gas termogenik yang belum dimanfaatkan.”

Gas rawa tersebut merupakan dari penguraian bakteri anaerob pada bahan nabati dan rumen, atau perut pertama, hewan herbivora di bawah air. Gas ini banyak ditemukan sebagai komponen utama alam yang mengandung metana. Salah satu ciri khas gas rawa adalah kemunculan ‘api abadi' yang sangat sulit padam, padahal tidak pernah dinyalakan secara manual.

Advertising
Advertising

Bantuan Alam untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Hananto menganggap gas rawa bisa membantu masyarakat berpenghasilan rendah. Satu sumur gas rawa diperkirakan bisa menolong 50 orang penduduk. Gas itu bisa dimanfaatkan melalui jaringan pipa yang disalurkan ke masing-masing rumah.

"GBR juga ramah lingkungan dan dapat mengurangi fenomena gas rumah kaca," kata dia.

Dari penelusuran Tempo di situs resmi Pemerintah Jawa Tengah, gas rawa sudah dimanfaatkan sejak 2020 oleh masyarakat di Desa Rajek dan Desa Bantar. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah membantu pengembangan sumber energi ini, melalui jaringan instalasi. Ada sedikitnya 100 kepala keluarga bisa mendapat manfaat dari sumber energi alternatif ini.

Penggunaan gas rawa di sejumlah wilayah Jawa Tengah dianggap bisa mendorong ketahanan energi. Pasalnya, masyarakat di kedua desa itu harus membeli gas LPG senilai Rp 23 ribu per tabung. Kehadiran gas rawan membuat pengeluaran masyarakat turun hingga kisaran Rp 15 ribu per tabung. Penghematan biaya bisa dimanfaatkan untuk kas desa dan perawatan alat.

Pemakaian gas rawa di Desa Rajek tergolong sederhana. Masyarakat hanya perlu membangun sumur bor di lokasi gas rawa. Hasil pengeboran dialirkan ke mesin pemisah atau separator, supaya campuran airnya hilang, kemudian dimasukkan ke dalam tabung gas.

Pilihan Editor: UKT Batal Naik, BEM UI: Harus Diibuktikan Agar Tidak jadi Omong Kosong

Berita terkait

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

2 hari lalu

Potensi La Nina 2024, Peneliti BRIN: Redam Kekeringan di Indonesia Barat Saat Kemarau

Kebanyakan model prediksi cuaca mengindikasikan kemunculan La Nina pada September mendatang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

4 hari lalu

Peneliti BRIN Peringatkan Peningkatan Curah Hujan, Sepaku IKN Banjir Setinggi 2 Meter

Hujan dengan intensitas lebat pada 23 Juni 2024 membuat Kampung Sepaku terendam banjir dengan ketinggian air mencapai dua meter.

Baca Selengkapnya

Soal Legalisasi Kratom, Anggota DPR Minta Tunggu Penelitian

5 hari lalu

Soal Legalisasi Kratom, Anggota DPR Minta Tunggu Penelitian

Anggota Komisi IX DPR Edy Wuryanto legalisasi kratom masih menunggu penelitian dari BRIN yang didampingi BPOM.

Baca Selengkapnya

Soroti Klaim BRIN soal Publikasi Jurnal Ilmiah, KIKA Minta Kualitas Karya Diperhatikan

5 hari lalu

Soroti Klaim BRIN soal Publikasi Jurnal Ilmiah, KIKA Minta Kualitas Karya Diperhatikan

KIKA mengkritik banyaknya peneliti dan akademisi Indonesia yang menerbitkan publikasi di jurnal predator dengan jaminan kualitas yang buruk.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

5 hari lalu

BRIN Kembangkan PLTS Terapung Mobile Pertama di Indonesia

BRIN mengembangkan PLTS terapung mobile pertama. Memanfaatkan potensi besar energi surya dan mengatasi keterbatasan lahan.

Baca Selengkapnya

Pemprov Jakarta Siapkan Water Mist Tangkal Polusi Udara Jabodetabek, Bagaimana Sistem Kerjanya?

5 hari lalu

Pemprov Jakarta Siapkan Water Mist Tangkal Polusi Udara Jabodetabek, Bagaimana Sistem Kerjanya?

Upaya menekan polusi udara, Pemerintah Provinsi Jakarta menyiapkan penggunaan kabut air (water mist) saat memasuki musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Pakar Klimatologi BRIN: Wilayah IKN Diprediksi Hujan Sepanjang Kemarau, Imbas BSISO

6 hari lalu

Pakar Klimatologi BRIN: Wilayah IKN Diprediksi Hujan Sepanjang Kemarau, Imbas BSISO

Peneliti BRIN memprediksi hujan sepanjang kemarau di Kalimantan, termasuk di wilayah IKN.

Baca Selengkapnya

Mengenal Efek Daun Kratom, Apa Alternatif Tanaman Penggantinya?

7 hari lalu

Mengenal Efek Daun Kratom, Apa Alternatif Tanaman Penggantinya?

BNN menyatakan kratom memiliki efek samping yang membahayakan, terlebih bila penggunaannya tidak sesuai takaran.

Baca Selengkapnya

Dari Gagak sampai Cekakak, Laporan Tempo dari Ekspedisi BRIN di Nusa Barung

8 hari lalu

Dari Gagak sampai Cekakak, Laporan Tempo dari Ekspedisi BRIN di Nusa Barung

Ekspedisi tim bentukan BRIN ke Suaka Margasatwa Pulau Nusa Barung dapati 7 catatan baru aves penghuni pulau di tepi terluar Samudera Indonesia itu.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: BRIN di Barus, Suhu Panas di Tanah Suci

8 hari lalu

Top 3 Tekno: BRIN di Barus, Suhu Panas di Tanah Suci

BRIN di Barus mengulang peristiwa di Tangerang Selatan. Suhu panas Tanah Suci diprediksi bisa lebih fatal pada 2040 nanti.

Baca Selengkapnya