TNI AU dan Kementerian PUPR Kerja Sama Atasi Kekeringan di Pulau Jawa dengan Modifikasi Cuaca

Selasa, 11 Juni 2024 09:01 WIB

Jajaran TNI AU saat melakukan kegiatan penerbangan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Lanud Husein Sastranegara, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa 4 Juni 2024. ANTARA/HO-Pemkot Bandung

TEMPO.CO, Jakarta - TNI Angkatan Udara atau TNI AU melalui Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo, Jawa Tengah, berkolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk melakukan modifikasi cuaca dalam upaya menangani kekeringan di Pulau Jawa. Berdasarkan siaran pers yang dikutip dari ANTARA pada Senin, operasi modifikasi cuaca ini telah dimulai pada Sabtu, 6 Juni 2024 dan menargetkan wilayah Malang, Solo, dan Bandung.

Operasi Modifikasi Cuaca
Operasi tersebut menggunakan pesawat Casa-212 dengan nomor registrasi A-2105, yang diawaki oleh Kapten Pnb Faizal, untuk menyebarkan garam dari udara. Penyebaran garam dilakukan di beberapa titik strategis untuk meningkatkan curah hujan. Dengan meningkatnya curah hujan, diharapkan debit air waduk di berbagai wilayah Pulau Jawa akan bertambah, sehingga masalah kekeringan dapat diatasi.

Peran Kementerian PUPR

Kementerian PUPR berperan dalam memastikan bahwa penyebaran garam oleh TNI AU dilakukan di titik-titik yang tepat. TNI AU dan Kementerian PUPR berkomitmen untuk melanjutkan operasi ini hingga 10 Juni 2024. Lanud Adi Soemarmo berharap operasi ini dapat mencapai target peningkatan debit air waduk, sehingga kebutuhan air untuk pertanian, industri, dan masyarakat dapat terpenuhi.

Arahan Menko Polhukam

Advertising
Advertising

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Hadi Tjahjanto telah mengingatkan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono tentang pentingnya mengantisipasi kekeringan di beberapa wilayah, termasuk Pulau Jawa. "Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Timur diperkirakan akan mengalami kemarau hingga September, diikuti oleh La Nina. La Nina belum selesai, sehingga AU harus segera menyiapkan alutsista untuk modifikasi cuaca," ujar Hadi setelah menghadiri upacara serah terima jabatan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat, 5 April 2024.

Alutsista dan Teknologi Modifikasi Cuaca

Menko Polhukam menjelaskan bahwa pesawat TNI AU telah dimodifikasi dengan alat pengatur cuaca untuk melaksanakan tugas ini. Langkah ini diambil untuk menghindari kekeringan ekstrem yang dapat menyebabkan kebakaran hutan di beberapa wilayah kering. Selain mengatasi kemarau panjang, teknologi modifikasi cuaca ini juga mampu menekan curah hujan yang terlalu tinggi, sehingga dapat meminimalisir bencana alam akibat kondisi cuaca ekstrem.

Harapan dan Dampak

Menko Polhukam berharap upaya ini dapat segera memberikan dampak positif dalam meminimalisir risiko bencana alam yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem. Diharapkan pula bahwa teknologi modifikasi cuaca yang diterapkan akan efektif dalam redistribusi hujan ke daerah-daerah yang terdampak kekeringan.

Upaya Lanjutan

BNPB juga turut serta dalam operasi modifikasi cuaca dengan menyebarkan 24 ton natrium klorida sejak dimulainya operasi TMC di Sumatera Barat. Pemerintah Indonesia telah memaparkan efektivitas modifikasi cuaca dalam mengatasi kekeringan kepada pihak Tunisia.

Kekeringan di Indonesia

Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, menyatakan bahwa kajian perubahan iklim Indonesia 2021-2050 oleh BRIN menunjukkan peningkatan signifikan hujan dan kekeringan ekstrem di beberapa wilayah. Hal ini terutama berdampak pada bagian tengah dan selatan Sumatra.

Dampak Kekeringan Ekstrem

Erma menjelaskan bahwa wilayah Kalimantan tengah, timur, dan selatan, termasuk Ibu Kota Negara (IKN), juga akan terdampak oleh kekeringan ekstrem di masa mendatang. Sebaliknya, bagian barat Kalimantan diproyeksikan akan mengalami peningkatan jumlah hari basah. Di Pulau Jawa, sebagian besar wilayah diprediksi menghadapi suhu maksimum yang lebih tinggi, sedangkan Jawa Timur bagian pantura diperkirakan akan mengalami suhu minimum yang lebih rendah.

Pola Hujan Diurnal

Menurut Erma, kajian pola hujan diurnal sangat penting untuk memahami pola cuaca ekstrem yang muncul akibat pemanasan global. Di Indonesia, pola hujan diurnal mengikuti pola umum hujan di daratan yang dipengaruhi oleh angin darat-laut dan gelombang gravitasi. Akibatnya, hujan biasanya terjadi di sore hari di darat dan pagi hari di laut.

Namun, ada variasi fase hujan diurnal, terutama di wilayah utara Jawa bagian barat, termasuk DKI Jakarta, di mana hujan maksimum sering terjadi pada dini hari dengan intensitas tinggi. Hal ini telah terbukti menjadi penyebab banjir besar di Jakarta pada tahun 2007, 2013, 2014, dan 2020.

MICHELLE GABRIELA | ANWAR SISWADI | ANTARA

Pilihan Editor: Hadapi Kekeringan Lanud Adi Soemarmo Lakukan Modifikasi Cuaca

Berita terkait

Peneliti BRIN Temukan Hujan Ekstrem di Jakarta Berdasarkan Intensitas Sesaat

13 jam lalu

Peneliti BRIN Temukan Hujan Ekstrem di Jakarta Berdasarkan Intensitas Sesaat

Hujan ekstrem ditemukan di antara cuaca hujan di Jabodetabek beberapa hari terakhir ini.

Baca Selengkapnya

Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

19 jam lalu

Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

Cuaca hari-hari hujan disertai angin kencang dan petir diprediksi bisa bertahan sampai dasarian pertama Oktober.

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

23 jam lalu

Riset BRIN: Perubahan Peran Kapal Pinisi Ancam Pelestarian Pengetahuan Lokal dan Budaya

Kapal pinisi asli secara historis digunakan oleh masyarakat Bugis Makassar untuk perdagangan antarpulau dan telah mengalami transformasi.

Baca Selengkapnya

Alasan Menkopolhukam Hadi Tjahjanto Bilang Kerawanan di Jatim Rendah Saat Pilkada 2024

1 hari lalu

Alasan Menkopolhukam Hadi Tjahjanto Bilang Kerawanan di Jatim Rendah Saat Pilkada 2024

Hadi Tjahjanto menyebutkan seluruh tahapan Pilkada 2024 di Jatim hingga masa kampanye berjalan sesuai dengan agenda KPU.

Baca Selengkapnya

Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

1 hari lalu

Peringati World Heart Day, Peneliti BRIN: Usia 19-64 Tahun Rentan Penyakit Kardiovaskular

Peneliti Ahli Madya BRIN mengatakan, usia rentan terkena penyakit kardiovaskular adalah usia dewasa, yakni 19 hingga 64 tahun.

Baca Selengkapnya

BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer ke UNESCO

2 hari lalu

BRIN Usulkan Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer ke UNESCO

BRIN mengusulkan Raja Ampat sebagai Cagar Biosfer UNESCO. Prosesnya sudah dimulai sejak tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Dari Selatan, Cuaca Mendung Gelap dan Hujan Deras Bisa Meluas ke Seluruh Jabodetabek Malam Ini

3 hari lalu

Dari Selatan, Cuaca Mendung Gelap dan Hujan Deras Bisa Meluas ke Seluruh Jabodetabek Malam Ini

Menurut BMKG, potensi hujan yang dapat disertai angin kencang dan petir itu mungkin bertahan dan bahkan meluas hingga pukul 19 WIB nanti.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang Akan Temani Bumi 2 Bulan ke Depan

3 hari lalu

Penjelasan Fenomena Bulan Mini yang Akan Temani Bumi 2 Bulan ke Depan

Para astronom sedang bersiap arahkan pengamatan ke fenomena yang disebut sebagian kalangan sebagai bulan kembar.

Baca Selengkapnya

Begini Kata Pegiat Soal Untung Rugi Pembentukan Angkatan Siber

3 hari lalu

Begini Kata Pegiat Soal Untung Rugi Pembentukan Angkatan Siber

Pembentukan angkatan siber sebagai matra keempat TNI diharapkan tidak mengancam kebebasan sipil.

Baca Selengkapnya

Tiga Jurus Pemerintah Atasi Kekeringan di NTB

3 hari lalu

Tiga Jurus Pemerintah Atasi Kekeringan di NTB

Atasi darurat kekeringan, pemerintah berusaha memodifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan di NTB.

Baca Selengkapnya