Riset Reuters Institute 2024, Ini Temuan Baru Konsumsi Berita Online Global

Selasa, 25 Juni 2024 04:00 WIB

Membaca berita di ponsel. AP/Richard Vogel

TEMPO.CO, Jakarta - Reuters Institute News Digital Report 2024 merekam skala dan cakupan dari upaya setel ulang platform (platform reset) media sosial yang sedang terjadi saat ini, yang menambah tekanan bagi model bisnis perusahaan penerbitan. Beban itu bahkan terjadi sebelum semakin berkembangnya bangkitan dari teknologi kecerdasan buatan (AI generative) yang mengubah lebih jauh ekosistem informasi.

Reuters Institute News Digital Report 2024 berbasis hasil survei oleh YouGov terhadap lebih dari 95 ribu responden di 47 negara yang dianggap mewakili separuh populasi dunia. Riset dilakukan pada akhir Januari sampai awal Februari lalu di bawah arahan Reuters Institute for the Study of Journalism, University of Oxford.

Laporan yang dihasilkannya mengungkap sejumlah temuan baru tentang konsumsi online news global pada 2023. Di antaranya adalah media sosial seperti Facebook dan X, atau dulu Twitter, yang telah secara aktif mereduksi dominasi dan peran artikel berita (news) dalam platform masing-masing. Gantinya, mereka menambah investasi untuk konten kreator, dengan format dan jaringan video yang menjadi primadonanya.

Konsekuensinya, sepanjang setahun lalu yang ramai dengan pemilihan umum di banyak negara, isu misinformasi semakin berkembang. Kekhawatiran akan konten bangkitan AI adalah salah satu faktor kontributornya.

Itu sebabnya, perusahaan-perusahaan penerbit yang mulai mengadopsi AI untuk membuat bisnisnya lebih efisien dan relevan disarankan perlu terus melanjutkannya dengan kehati-hatian. "Karena publik sebagian besar menginginkan manusia tetap bertanggung jawab, terutama ketika pemberitaan topik hard news seperti politik," bunyi bagian dari siaran pers Reuters Institute News Digital Report 2024 yang dirilis 17 Juni lalu.

Advertising
Advertising

Bersamaan dengan itu, berdasarkan survei terbaru tersebut, tingkat kepercayaan terhadap pemberitaan terukur masih rendah dan penghindaran terhadap berita-berita tertentu bertambah. Semua terjadi di antara kelanjutan konflik di Ukraina dan Gaza.

Berikut ini beberapa kesimpulan dari hasil riset Reuters Digital News Report edisi ke-13 pada tahun ini:


Naik Pamor Platform Video

Di banyak negara, ditemukan penurunan lebih tajam dalam penggunaan media sosial Facebook untuk mencari artikel berita, dan sebuah ketergantungan yang meningkat kepada sejumlah alternatifnya termasuk mencari di aplikasi perpesanan dan jaringan video. Konsumsi berita Facebook (37 persen) turun rata-rata 4 persen poin di seluruh negara pada tahun lalu.

YouTube digunakan untuk rujukan berita setiap minggunya oleh hampir 31 persen responden sampel global dan WhatsApp oleh sekitar seperlima (21 persen) responden. TikTok (13 persen) telah memgambil alih posisi Twitter, kini X, (10 persen) dengan penggunaan yang jauh lebih tinggi di beberapa bagian dari belahan Bumi selatan.

"Banyak dari platform ini pada gilirannya semakin jauh meninggalkan berita dan perusahaan penerbit, dan sebaliknya lebih berfokus kepada jenis konten dan kreator lain," kata Reuters Institute Director and editor Rasmus Nielsen.

Berkorelasi dengan pergeseran popularitas platform media sosial untuk mencari news ini, video menjadi sumber berita online yang semakin penting terutama untuk para pengguna yang lebih muda. Video berita pendek diakses oleh 66 persen responden, dengan format yang lebih panjang menarik sekitar setengahnya (51 persen). Tapi fokus utama konsumsi video berita adalah platform online (72 persen) ketimbang situs penerbit media massa (22 persen).

Riset Reuters Institute Digital News Report 2024 juga menemukan kalau para pengguna TikTok, Instagram, dan Snapchat cenderung lebih mendengarkan para pendengung dan selebritas media sosial daripada jurnalis atau perusahaan media dalam topik berita. Ini kontras dengan jaringan sosial seperti Facebook dan X di mana organisasi berita masih menarik banyak perhatian di dalam paltformnya dan mengarahkan perbincangan yang terjadi.


Kecemasan Terhadap Fake News

Kehati-hatian tentang apa yang nyata dan apa yang palsu di internet ketika berhadapan dengan online news telah meningkat sebesar 3 persen poin sepanjang tahun lalu dengan sekitar enam dari 10 (59 persen) responden mengatakan mereka memperhatikan itu. Angkanya jauh lebih tinggi di Afrika Selatan (81 persen) dan di Amerika Serikat (72 persen), kedua negara menyelenggarakan pemilihan umum tahun ini.

Kecemasan tentang bagaimana membedakan konten yang pantas dipercaya dan yang sebaliknya di platform TikTok dan X lebih tinggi dibandingkan dengan jarngan sosial lainnya. Kedua platform terpantau membiarkan banyak misinformasi atau konspirasi berkeliaran sekitar perkembangan berita seperti perang di Gaza, dan kondisi kesehatan Prince of Wales.

Riset kualitatif di Inggris Raya, AS, dan Meksiko juga menunjukkan isu yang semakin besar terhadap dugaan gambar-gambar bangkitan AI yang seperti foto-realistis ataupun video deepfake.


AI dan Industri Berita

Seiring dengan para penerbit yang mendorong penggunaan AI, riset Reuters Institute Digital News Report 2024 menemukan meluasnya rasa was-was publik tentang bagaimana ini mungkin akan digunakan, terutama untuk cerita hard news seperti poltik dan peperangan. Terdapat kenyamanan lebih untuk penggunaan AI dalam tugas-tugas di balik layar seperti transkripsi dan translasi; dalam mendukung daripada menggantikan kerja para jurnalis.

Baca halaman berikutnya: tantangan besar berita berbayar dan tingkat kepercayaan kepada media pemberitaan

<!--more-->

Para responden yang lebih nyaman tentang ragam penggunaan AI lebih banyak yang berasal dari AS daripada mereka yang berasal dari Eropa. Ini, disebutkan, mungkin merefleksikan perilaku berbeda terhadap regulasi dari kebanyakan perusahaan teknologi yang berbasis di AS.

Ketua tim peneliti Richard Fletcher mengatakan kalau orang-orang secara umum khawatir AI generatif telah digunakan untuk pemberitaan, "Tapi mereka sedikit lebih nyaman dengannya yang digunakan untuk peliputan topik seperti olahraga dan hiburan, dan untuk membantu tugas-tugas rutin di balik layar."


Pembaca yang Berlangganan Berita Tak Tumbuh

Data hasil survei menunjukkan sedikit saja pertumbuhan pelanggan berita, dengan hanya 17 persen responden asal 20 negara kaya mengatakan membayar untuk berita online sepanjang tahun lalu. Negara-negara Eropa utara seperti Norwegia (40 persen) dan Swedia (31 persen) memiliki proporsi tertinggi dari mereka yang membayar, dengan Jepang (9 persen) dan Inggris (8 persen) berada di antara yang paling sedikit.

Ditemukan juga di beberapa negara adanya diskon besar-besaran, dengan empat dari 10 (41 persen) responden mengatakan mereka saat ini membayar kurang dari harga penuh. Amerika Serikat di antara negara-negara itu di mana terdapat proporsi yang signifikan dari mereka yang membayar jumlah sangat kecil--dengan banyak dari mereka sepertinya ada di program low-price trials.

Prospek untuk bisa menarik pelanggan baru masih dibatasi oleh keengganan kesediaan membayar untuk berita, terkait ke ketertarikan yang rendah dan keberlimpahan sumber-sumber yang gratis. Sebanyak lebih dari separuh (55 persen) dari mereka yang saat ini tidak berlangganan berita mengatakan tak bersedia membayar untuk berita online. Sedang kebanyakan sisanya bersedia mengalokasikan beberapa dolar saja per bulan kalaupun terpaksa harus membayar untuk membaca berita.


Tingkat Kepercayaan Rendah

Kepercayaan dalam berita (40 persen) masih stabil sepanjang tahun lalu, tapi secara keseluruhan masih empat poin lebih rendah daripada kondisinya saat puncak pandemi Covid-19. Finlandia juga masih menjadi negara dengan level kepercayaan terhadap media pemberitaan yang tertinggi (69 persen). Laporan riset Reuters ini menemukan standar tinggi, pendekatan yang transparan, minim bias, dan fairness dalam hal representasi media adalah empat faktor utama yang membentuk atau mempengaruhi tingkat kepercayaan tersebut.


Kepentingan dalam Pemberitaan

Pemilihan umum telah meningkatkan ketertarikan terhadap news di sebagian kecil negara-negara, termasuk Amerika Serikat (52 persen, +3 poin dari tahun lalu), tapi tren keseluruhan ketertarikan ke berita masih turun. Penurunan misalnya di Argentina yang drop dari 77 persen pada 2017 ke 45 persen tahun lalu. Di Inggris Raya (38 persen), terpangkas hampir separuh sejak 2015.


Berita Telah Ditinggalkan

Hasil survei menemukan meningkatnya penghindaran terhadap topik berita tertentu. Sekitar empat dari 10 (39 persen) responden kini mengatakan kalau mereka kadang atau kerap menghindari berita. Itu artinya naik 3 persen poin secara rata-rata- dengan angka persen poin peningkatan yang lebih signifikan terjadi di Brasil, Spanyol, Jerman, dan Finlandia.


Apa Kebutuhan Audiens

Dalam mengeksplorasi kebutuhan pengguna atas berita, data yang dihimpun menduga kalau penerbit mungkin terlalu berfokus pada update orang-orang yang berada pada puncak pemberitaan dan tidak cukup menyediakan perspektif berbeda pada isu-isu atau laporan berita yang dapat menyediakan sebuah basis untuk optimisme yang sewaktu-waktu. Dalam hal topiknya, ditemukan kalau audiens merasa sangat dilayani oleh berita-berita politik dan olahraga tapi ada gap untuk berita-berita lokal di beberapa negara, juga berita pendidikan dan kesehatan.


Podcast

Membuat berita dalam format siniar adalah sebuah titik cerah bagi perusahaan penerbit, menarik audiens yang lebih muda dan berpendidikan. Meski jumlahnya belum besar. Di antara 20 negara, hanya sedikit di atas sepertiganya (35 persen) yang sudah mengakses siniar bulanan, itu pun hanya 13 persennya yang mengakses hiburan yang terkait berita dan persoalan aktual.

Pilihan Editor: Cerita Azizah Lolos ke Unair Setelah Gagal di Jalur SNBP

Berita terkait

Trump Ancam Gugat Google karena Dituding Menguntungkan Kamala Harris

8 jam lalu

Trump Ancam Gugat Google karena Dituding Menguntungkan Kamala Harris

Mantan Presiden AS Donald Trump mengancam menggugat Google karena dinilai menguntungkan rivalnya, Wapres Kamala Harris

Baca Selengkapnya

Galaxy Tab S10 Series dengan Fitur AI Generatif Sudah Tersedia di Indonesia

20 jam lalu

Galaxy Tab S10 Series dengan Fitur AI Generatif Sudah Tersedia di Indonesia

Samsung merilis Galaxy Tab S10 series yang dilengkapi fitur AI dengan dua tipe, Galaxy Tab S10 Ultra dan Galaxy Tab S10+.

Baca Selengkapnya

7 Daftar Aplikasi AI untuk Membantu Jawab Pelajaran Matematika

1 hari lalu

7 Daftar Aplikasi AI untuk Membantu Jawab Pelajaran Matematika

Ketahui berbagai aplikasi AI untuk menjawab soal matematika. Aplikasi ini cukup membantu pelajar yang kesulitan memecahkan soal matematika.

Baca Selengkapnya

Gonjang-ganjing di Perusahaan ChatGPT, Giliran CTO Mira Murati Mundur

1 hari lalu

Gonjang-ganjing di Perusahaan ChatGPT, Giliran CTO Mira Murati Mundur

CTO OpenAI, Mira Murati, ikut meninggalkan perusahaan rintisan (startup) pengembang chatbot AI populer, ChatGPT, itu.

Baca Selengkapnya

Dell Technologies Mendorong Industri Telekomunikasi Masuk ke Era AI

1 hari lalu

Dell Technologies Mendorong Industri Telekomunikasi Masuk ke Era AI

Dell AI untuk Telekomunikasi menggabungkan keahlian dan infrastruktur Dell dengan berbagai mitra di seluruh ekosistem.

Baca Selengkapnya

Cece Caramel Juara Gimme The Mic 2024, Bakal Rilis Lagu Ciptaan Eka Gustiwana

1 hari lalu

Cece Caramel Juara Gimme The Mic 2024, Bakal Rilis Lagu Ciptaan Eka Gustiwana

Kreator TikTok LIVE, Cece Caramel akan mewakili Indonesia di ajang Gimme The Mic Global dan debut dengan single ciptaan Eka Gustiwana.

Baca Selengkapnya

Google Bayar Rp 40,8 Triliun untuk Merekrut Kembali Eks Karyawan Ahli AI

1 hari lalu

Google Bayar Rp 40,8 Triliun untuk Merekrut Kembali Eks Karyawan Ahli AI

Noam Shazeer meninggalkan Google pada 2021 setelah Google menolak permintaannya untuk merilis bot obrolan.

Baca Selengkapnya

3 Akun TikTok Media Rusia RT Dihapus

3 hari lalu

3 Akun TikTok Media Rusia RT Dihapus

Akun TikTok RT Arabic, RT Online dan RT Newsroom pada Selasa sore, 24 September 2024, menghilang. TikTok belum mau berkomentar perihal ini.

Baca Selengkapnya

6 Rekomendasi AI untuk Memperjelas Foto yang Ngeblur

3 hari lalu

6 Rekomendasi AI untuk Memperjelas Foto yang Ngeblur

Teknologi AI semakin canggih untuk memperjelas foto secara otomatis dalam hitungan detik. Ini rekomendasi AI untuk memperjelas foto.

Baca Selengkapnya

Ketentuan dan Cara Mengedit Pesan WhatsApp

3 hari lalu

Ketentuan dan Cara Mengedit Pesan WhatsApp

Pesan WhatsApp hanya dapat diedit dalam waktu 15 menit setelah pesan terkirim. Setelah melewati batas waktu ini, pesan tidak lagi bisa diubah.

Baca Selengkapnya