Peneliti di Amerika Rekayasa Bahan Kain Biar Tetap Adem di Tengah Suhu Panas

Selasa, 2 Juli 2024 16:28 WIB

Warga menggunakan payung menghindari terik matahari saat beraktifitas diluar ruangan di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa 7 Mei 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena gelombang panas di sebagian wilayah Asia dalam sepekan terakhir tidak berkaitan dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Warga kota-kota besar di masa depan dapat menyiasati cekaman suhu panas dengan bahan pakaian dari serat baru yang bisa menjaga tubuh mereka tetap adem. Dibandingkan pakaian bahan katun, bahan pakaian itu bisa memberi efek lebih dingin di kulit hampir dua derajat Celsius, bahkan lebih.

Bahan pakaian itu, yang direkayasa menggunakan material plastik dan nanoserat perak, didesain untuk tetap dingin dalam lingkungan perkotaan atau urban. Caranya adalah dengan memanfaatkan sebuah prinsip yang dikenal sebagai pendinginan radiatif pasif atau passive radiative cooling--sebuah proses alami di mana obyek-obyek melepaskan panasnya ke luar angkasa.

Obyek itu secara selektif memancarkan radiasi gelombang inframerah yang bisa menembus atmosfer Bumi. Saat yang bersamaan, radiasi inframerah itu memblok radiasi matahari dan radiasi inframerah yang datang dari segala struktur atau obyek lain di sekelilingnya.

Po-Chun Hsu, peneliti bidang rekayasa molekuler di University of Chicago, Illinois, AS, dan timnya mendesain jenis material yang sesuai dengan obyek berkarakter passive radiative cooling tersebut. Dengan material itu mereka mencoba memblok radiasi-radiasi yang datang dari bangunan atau gedung dan struktur permukaan jalanan.

Beberapa jenis bahan pakaian dan material bangunan yang didesain untuk bikin hawa terasa adem yang ada saat ini sebenarnya sudah bergantung kepada prinsip yang sama. Tapi, kebanyakan dari desain tersebut baru sebatas mampu melepaskan panas, belum memperhitungkan radiasi dari matahari atau sekeliling yang mungkin terserap.

Advertising
Advertising

Desain yang ada juga disebutnya mengasumsikan materialnya harus berorientasi horizontal terhadap posisi langit, seperti panel di rooftop, ketimbang berorientasi vertikal seperti pada baju yang dipakai seseorang.

Desain-desain itu, kata Hsu, hanya bekerja baik ketika berada di lingkungan terbuka di bawah langit secara langsung atau di lapangan terbuka. "Tapi tidak ketika Anda menghadapi urban heat islands," katanya menunjuk istilah pulau bahang untuk panas yang terjebak di kota yang padat dan sibuk atau megapolitan.

Hsu dan timnya lalu mendesain bahan pakaian baru berupa tekstil tiga lapis. Lapisan terdalam terbuat dari serat pakaian yang umum seperti wol atau katun. Yang tengah terdiri dari nanoserat perak yang mempunyai sifat memantulkan sebagian besar radiasi yang datang.

Lapisan terluarnya adalah material plastik yang disebut polymethylpentene. Jenis plastik ini tidak menyerap atau memantulkan sebagian besar radiasi yang datang di kebanyakan spektrum panjang gelombang. Tapi, mengemisikan sebuah spektrum sempit dari radiasi inframerah.

Dalam uji di luar ruangan yang telah dilakukan, bahan tekstil buatan Hsu dkk itu terbukti bisa tetap lebih dingin 8,9 derajat Celsius daripada kain sutra dan 2,3 derajat lebih adem dibandingkan jenis material yang mengemisikan segala radiasi yang datang. Ketika diuji di kulit, tekstil tiga lapis tersebut terukur 1,8 derajat Celsius lebih dingin daripada kain katun.

Secara teoritis, menurut Hsu, selisih suhu itu bisa meningkatkan waktu seseorang tetap merasa nyaman dalam paparan suhu panas hingga sepertiganya. Tapi ini belum dibuktikan Hsu dan timnya dalam penelitian mereka yang telah dipublikasikan di jurnal Science edisi 13 Juni 2024.

Peneliti bidang ilmu dan rekayasa material di University of California, Los Angeles, Aaswath Raman, menilai sulit membuat material pendingin sebagai sebuah bahan tekstil. Dia memuji apa yang dilakukan Hsu dan timnya sebagai sebuah demonstrasi yang baik dari upaya menerjemahkan prinsip fisika tentang pendinginan radiatif ke jenis material yang bisa dikenakan. "Material lain dengan sifat serupa dapat juga digunakan di dinding bangunan," kata associate professor di UCLA tersebut.

NEW SCIENTIST, SCIENCE

Pilihan Editor: Asli, Pesan Peretas PDNS Janji Rilis Kunci Dekripsi Gratis Karena Kasihan

Berita terkait

Setidaknya 116 Orang Tewas Terinjak-injak di India

3 hari lalu

Setidaknya 116 Orang Tewas Terinjak-injak di India

Sebuah acara keagamaan di India berubah menjadi musibah saat 116 orang tewas terinjak-injak.

Baca Selengkapnya

Arab Saudi: Beberapa Perusahaan Pariwisata Terbitkan Visa Ilegal untuk Jemaah Haji

10 hari lalu

Arab Saudi: Beberapa Perusahaan Pariwisata Terbitkan Visa Ilegal untuk Jemaah Haji

Sebanyak 1.301 jemaah haji meninggal selama haji tahun ini, di mana 1.071 di antaranya tidak memiliki izin yang sah.

Baca Selengkapnya

15 Tahun King of Pop Michael Jackson Berpulang, Ini Detik-detik Menjelang Kematiannya

11 hari lalu

15 Tahun King of Pop Michael Jackson Berpulang, Ini Detik-detik Menjelang Kematiannya

Ini kronologi kematian bintang pop legendaris Michael Jackson. Kontroversi kematian king of pop pun terus bergulir sampai hari ini.

Baca Selengkapnya

Dukung Pelestarian Lingkungan, Valerina Daniel Rilis Buku ke-17 Soal Polusi Plastik

11 hari lalu

Dukung Pelestarian Lingkungan, Valerina Daniel Rilis Buku ke-17 Soal Polusi Plastik

Valerina Daniel menulis Buku Panduan Strategi Komunikasi Kampanye RESIK: Stop Polusi Plastik di Indonesia.

Baca Selengkapnya

BMKG: Suhu Panas di Sejumlah Wilayah Indonesia Akibat Gerak Semu Matahari

12 hari lalu

BMKG: Suhu Panas di Sejumlah Wilayah Indonesia Akibat Gerak Semu Matahari

Menurut BMKG, suhu panas maksimum harian di sejumlah wilayah mencapai 35 derajat Celsius, Senin, 24 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Dampak Kesehatan Tubuh Akibat Suhu Panas Ekstrem

15 hari lalu

Dampak Kesehatan Tubuh Akibat Suhu Panas Ekstrem

Stres suhu panas, sebagai penyebab utama kematian terkait cuaca, dapat memperburuk berbagai penyakit yang mendasarinya seperti kardiovaskular, asma.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: BRIN di Barus, Suhu Panas di Tanah Suci

15 hari lalu

Top 3 Tekno: BRIN di Barus, Suhu Panas di Tanah Suci

BRIN di Barus mengulang peristiwa di Tangerang Selatan. Suhu panas Tanah Suci diprediksi bisa lebih fatal pada 2040 nanti.

Baca Selengkapnya

Jumlah Jemaah Haji Meninggal Bertambah Lebih dari 1.000: Apa Saja Sebabnya?

15 hari lalu

Jumlah Jemaah Haji Meninggal Bertambah Lebih dari 1.000: Apa Saja Sebabnya?

Mayoritas korban adalah jemaah haji tidak terdaftar yang melaksanakan ibadah haji di tengah cuaca ekstrem yang sangat panas di Arab Saudi.

Baca Selengkapnya

Sedikitnya 550 Jemaah Meninggal Selama Ibadah Haji 2024, Mayoritas Warga Mesir

17 hari lalu

Sedikitnya 550 Jemaah Meninggal Selama Ibadah Haji 2024, Mayoritas Warga Mesir

Setidaknya 550 jamaah meninggal selama ibadah haji 2024, 323 diantaranya adalah warga Mesir.

Baca Selengkapnya

Menkes Arab Saudi: Layanan Kesehatan Ibadah Haji 2024 Berjalan Sukses

18 hari lalu

Menkes Arab Saudi: Layanan Kesehatan Ibadah Haji 2024 Berjalan Sukses

Ibadah haji tahun ini diuji dengan suhu panas yang tinggi, tetapi secara keseluruhan tidak ada ditemukan wabah atau ancaman kesehatan.

Baca Selengkapnya