Cerita Peneliti BRIN ke Dasar Laut Selat Malaka Menumpang OceanXplorer

Jumat, 12 Juli 2024 14:15 WIB

Ilustrasi - Kapal riset OceanXplorer menurunkan kapal selam untuk meneliti perairan. (ANTARA/HO-OceanX)

TEMPO.CO, Jakarta - Kapal riset OceanXplorer atau OceanX milik Amerika sedang menjalani ekspedisi di perairan Indonesia. Riset yang menjadi bagian dari program Misi Indonesia 2024 ini dipastikan untuk memenuhi kebutuhan domestik sepenuhnya.

Sebanyak 39 peneliti lintas instansi dan kementerian terdaftar menjadi awak di kapal itu, mengeksplorasi laut dalam di Indonesia. Seorang di antaranya adalah Ariani Hatmanti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dia meneliti mikroorganisme laut di kedalaman 1.000 meter Selat Malaka yang mencakup tiga wilayah perairan yaitu Aceh Utara, Aceh Barat, dan Batam.

Ariani mengakui sangat terbantu oleh fasilitas dan teknologi OceanX yang termuat di dalamnya, antara lain, adalah kapal selam berawak dan remotely operated vehicle (ROV), masing-masing mampu menyelam sampai 1.000 dan 5.000 meter. Terlebih, dia menambahkan, penelitiannya kali ini tentang mikroba hidrotermal, mikroorganisme yang mampu berkembang biak di sekitaran sumber air panas di dasar laut.

Ariani mengatakan bahwa penelitiannya dilakukan di perairan Selat Malaka dengan kedalaman mencapai 1.000 meter. Penelitian disebutnya memakan waktu 13 hari sampai satu bulan. "Melihat komposisi mikroba, serta potensi-potensi apa saja yang bisa diperoleh dari mikroba tersebut," kata Ariani saat ditemui di @america, Pacific Place Mall, Jakarta, Selasa 9 Juli 2024.

Seorang pilot kapal selam, Colin Wade melakukan perawatan kapal Submersible Triton yang berada di sub hangar Kapal OceanXplorer di pelabuhan Teluk Bayur Padang, Sumatera Barat, Minggu, 23 Juni 2024. Organisasi nirlaba ekplorasi laut global, OceanX bersama dengan Kemenko Marves dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia menyelesaikan tahap kedua Misi Indonesia 2024 dan bersandar di Padang yang kemudian akan melanjutkan misinya bersama kapal riset tercanggih di dunia itu hingga ke Sulawesi Utara. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Advertising
Advertising

Menurut peneliti biologi kelautan ini, mikroba yang ditemukannya kemungkinan termasuk bakteri pengurai, serta penyedia makanan bagi biota laut. "Penemuan ini nantinya dapat digunakan untuk keberlangsungan kehidupan manusia," katanya menambahkan.

Penantian 12 Tahun Peneliti Ikut OceanX

Dituturkan Ariani, ekspedisi oleh OceanX setiap 5-10 tahun sekali. Artinya, ada seleksi yang ketat untuk peneliti yang ingin menumpang di dalamnya. "Saya mendaftar dari 2012. Alhamdulillah, awal Januari 2024 kemarin saya menerima kabar baik, nama ada di daftar bersama dua rekan," ucap Ariani.

Diskusi ekspedisi kapal riset Amerika, OceanXplorer, di Indonesia di @america, Pacific Place Mall, Jakarta, Selasa, 9 Juli 2024. Tempo/Irsyan

Ariani menekankan pentingnya kapal selam OceanX menjadi gerbang masuk untuk melihat dunia bawah laut Indonesia. "Semoga kedepannya Indonesia dapat mempunyai kapal selam sendiri untuk penelitian," ujarnya.

Saat ini kapal OceanX berada di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ia menjelaskan bahwa nantinya kapal tersebut akan berlayar kembali ke Teluk Benoa, dan terakhir Pulau Komodo.

Pilihan Editor: Studi FKUI Temuan 4 Faktor Lansia Bisa Berumur Panjang

Berita terkait

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

5 jam lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

13 jam lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

3 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

4 hari lalu

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.

Baca Selengkapnya

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

4 hari lalu

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.

Baca Selengkapnya

BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

4 hari lalu

BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

5 hari lalu

Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

Edaran dibuat meski wilayah Kabupaten Bekasi tak berbatasan dengan perairan Selat Sunda ataupun laut selatan Jawa, lokasi zona gempa megathrust

Baca Selengkapnya

Pencemaran Sampah Plastik di Laut Semakin Mengkhawatirkan, Mengapa Berbahaya?

5 hari lalu

Pencemaran Sampah Plastik di Laut Semakin Mengkhawatirkan, Mengapa Berbahaya?

Setiap tahun, lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut. BRIN mendorong pengembangan riset dan penguatan regulasi untuk menanganinya.

Baca Selengkapnya

Hujan Malam Ini di Jabodetabek, Mungkinkan Capai GBK yang sedang Gelar Timnas Vs Australia?

6 hari lalu

Hujan Malam Ini di Jabodetabek, Mungkinkan Capai GBK yang sedang Gelar Timnas Vs Australia?

Hujan lebat telah mengguyur sebagian wilayah Jabodetabek pada Selasa sore hingga memasuki malam ini, 10 September 2024.

Baca Selengkapnya