Gerakan Indonesia Melawan Teror Mendunia

Reporter

Editor

Minggu, 26 Juli 2009 21:32 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Bom bunuh diri yang diledakkan di dua hotel mewah, JW Marriott dan Ritz-Carlton, di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat pekan lalu, menyentak perasaan jutaan orang. Sebagian besar masyarakat negeri ini tentu kecewa, sedih, emosi, serta mengecam peristiwa yang sudah berulang kali terjadi di bumi Indonesia itu.

Tak terkecuali para pengguna Twitter. Setelah bom meledak, diskusi seputar kejadian itu merebak di kalangan pengguna situs jejaring sosial tersebut. Hari itu juga, ribuan pengguna Twitter menyuarakan sikap yang sama, yakni "Kami Tidak Takut (untuk melawan aksi terorisme)", dengan menyertakan topik hashtag "#indonesiaunite".

Pernyataan sikap ini diinspirasi oleh lagu Pandji Pragiwaksono, rapper yang mengeluarkan lagu berjudul Kami Tidak Takut. Lagu yang beredar lewat YouTube ini ditonton hingga 200 kali cuma dalam empat jam setelah ditayangkan. Dua hari lalu, lagu ini sudah ditonton lebih dari 3.000 orang, dengan puluhan komentar mendukung "Kami Tidak Takut" itu.

Adapun di Twitter, tweet post "#Indonesiaunite" menjadi topik pembicaraan terbanyak hingga tiga hari berturut-turut setelah bom yang mengguncang Jakarta itu. Hingga sekarang, tweet post ini terus bertambah setiap detiknya. Ribuan pengguna Twitter Indonesia juga menambahkan elemen merah-putih pada avatar mereka.

Namun, selain yang mendukung pernyataan sikap Kami Tidak Takut "#Indonesiaunite" tersebut, sebagian peserta diskusi rupanya meminta pernyataan sikap bersama ini juga dibarengi dengan sebuah gerakan khusus agar gaungnya bisa lebih terdengar luas, tak sebatas di kalangan pengguna Twitter.

Advertising
Advertising

Gayung bersambut. Masih pada hari yang sama dengan ledakan bom, Ramya Prajna, salah satu pengguna Twitter, menggagas ide membuat sebuah situs web guna mendukung gerakan ini. "Karena, dari pembicaraan di Twitter, masih banyak hal yang harus diakomodasi lewat sebuah situs web," ujar Ramya kepada iTempo.

Penggiat bisnis website agency itu pun langsung sigap membeli nama domain http://indonesiaunite.com, yang kebetulan belum dimiliki siapa pun. Hari itu juga, Ramya, dibantu empat orang rekannya, langsung merancang situs tersebut. "Jumat malam, situs Indonesia Unite sudah online," katanya.

Pada saat yang bersamaan, ternyata ada juga para pengguna media daring lain yang membuat halaman Facebook "Indonesia Unite" (http://www.facebook.com/indonesiaunite). Di Facebook, penggagasnya adalah Iqbal Prakasa, seorang IT developer.

Awalnya, antara situs Indonesia Unite dan halaman Facebook "Indonesia Unite" tak berhubungan sama sekali. Namun, didasari semangat yang sama, akhirnya pernyataan sikap lewat tiga media online (situs web, Twitter, dan Facebook) ini pun digabungkan.

"Karena gerakan ini membutuhkan lebih banyak orang untuk melakukannya," ujar Ramya, yang juga lulusan desain produksi Institut Teknologi Bandung. Selain itu, semangat "Indonesia Unite" ini bukanlah untuk membentuk sebuah komunitas atau forum diskusi belaka. "Tapi lebih ke sebuah sikap bersama."

Alhasil, jika kita membuka situs Indonesia Unite, kita bisa nimbrung berdiskusi pada akun Indonesia Unite di Twitter. Begitupun, jika tak punya akun Twitter, bisa bergabung dengan gerakan ini lewat Facebook. "Hingga saat ini, pendukung gerakan ini lewat Facebook sudah lebih dari 66 ribu orang," kata Iqbal.

Meski di Indonesia sudah ada jutaan pengguna media online, seperti Twitter atau Facebook, penyebarluasan gerakan ini dirasa belum cukup. Karena itulah, selain lewat media online, aksi ini dibawa secara offline.

Salah satu caranya adalah menyebarluaskan T-shirt bertema "Indonesia Unite". Siapa pun bisa memproduksi dan bebas menyebarluaskan kaus dengan tema tersebut, dengan desain yang telah tersedia di situs Indonesia Unite.

Menurut Iqbal, tak penting siapa yang memulai gerakan ini. "Tapi bagaimana agar gerakan ini bisa tetap dijalankan." Nantinya, jika aksi terorisme tak lagi jadi topik hangat, ia mengusulkan agar gerakan "Indonesia Unite" dijalankan untuk aksi-aksi lain, tak melulu aksi perang terhadap teror. "Misalnya untuk memerangi korupsi," ujarnya.

DIMAS

Berita terkait

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

5 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

Selain Tim Cook, Siapa Saja Bos Perusahaan Teknologi Dunia yang Pernah Bertemu Jokowi?

12 hari lalu

Selain Tim Cook, Siapa Saja Bos Perusahaan Teknologi Dunia yang Pernah Bertemu Jokowi?

Selain CEO Apple Tim Cook, Jokowi tercatat beberapa kali pernah bertemu dengan bos-bos perusahaan dunia. Berikut daftarnya:

Baca Selengkapnya

Sudah Bisa Diakses, Facebook Bikin Pembaruan Fitur Video Jadi Mirip di TikTok

24 hari lalu

Sudah Bisa Diakses, Facebook Bikin Pembaruan Fitur Video Jadi Mirip di TikTok

Pada aplikasi TikTok telah menjadi pedoman tetap namun bagi Facebook, ini sebuah inovasi dan kemajuan.

Baca Selengkapnya

Cara Unblock Akun Seseorang di Facebook dengan Mudah

27 hari lalu

Cara Unblock Akun Seseorang di Facebook dengan Mudah

Ada beberapa cara unblock teman di Facebook, bisa melalui handphone maupun laptop. Cukup ikuti beberapa langkah berikut ini.

Baca Selengkapnya

Rayakan Hari Paskah dengan 55 Link Twibbon, Begini Cara Menggunakannya

31 hari lalu

Rayakan Hari Paskah dengan 55 Link Twibbon, Begini Cara Menggunakannya

Hari Paskah dapat dirayakan menggunakan twibbon beragam pilihan. Berikut memilih twibbon Hari Paskah yang sesuai selera dan cara menggunakannya!

Baca Selengkapnya

Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

31 hari lalu

Survei Meta Ungkap Pengguna Medsos Usia Muda di Indonesia Berani dan Aktif

Sebanyak 87 persen responden dalam survei Meta menyatakan bahwa media sosial adalah platform efektif untuk sampaikan pesan dan mendorong perubahan.

Baca Selengkapnya

WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

32 hari lalu

WhatsApp Aplikasi Perpesanan Paling Populer, Semua Bermula di Sebuah Garasi Rumah pada 2009

WhatsApp dibuat 2 mantan karyawan Yahoo, Brian Acton dan Jan Koum pada 2009 di sebuah garasi rumah di California. Begini perkembangannya.

Baca Selengkapnya

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

34 hari lalu

Fitur Khusus Meta untuk Batasi Konten Politik, Begini Cara Mengaktifkannya

Meta menambahkan fitur khusus untuk membatasi konten politik pada platform yang dinaunginya, terutama Instagram.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Download Stiker WhatsApp Edisi Ramadan

45 hari lalu

Begini Cara Download Stiker WhatsApp Edisi Ramadan

WhatsApp meluncurkan paket stiker terbarunya di Indonesia berkaitan dengan bulan Ramadan. Begini cara downlioad stiker WhatsApp edisi Ramdan.

Baca Selengkapnya

Facebook Disebut Memblokir Akun Jurnalis Foto Gaza Motaz Azaiza

45 hari lalu

Facebook Disebut Memblokir Akun Jurnalis Foto Gaza Motaz Azaiza

Jurnalis foto terkenal Palestina asal Gaza, Motaz Azaiza, memposting di akun X-nya bahwa dia telah dilarang di Facebook.

Baca Selengkapnya