Kekeringan Melanda Imbas Krisis Iklim, Peneliti BRIN Sarankan Metode Ini

Kamis, 25 Juli 2024 18:55 WIB

Warga mencuci baju di pinggiran kali saluran irigasi terusan Kalimalang di Desa Karangasih, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Rabu 12 Juni 2024. Krisis air bersih membuat warga Desa Karangasih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, mandi, hingga mencuci pakaian. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Ahli Utama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Irfan Budi Pramono, merekomendasikan mitigasi daerah aliran sungai (DAS) untuk mengatasi masalah persediaan air yang minim. Pengembangan DAS itu berbasis nature base solution (NBS) yang terkait dengan konsep rekayasa ekologi dan adaptasi berbasis ekosistem.

"NBS mengidentifikasi masalah dengan solusi berbasis alam. Artinya alam itu yang mengobati kekurangannya sendiri," kata Irfan dalam agenda Profesor Talk di Gedung BRIN, Jakarta, Selasa, 23 Juli 2024.

Krisis iklim dengan skala global dikhawatirkan terus menggerus persediaan air di sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi yang berkembang setiap tahun ini diperparah peningkatan suhu udara dan kebutuhan akan air bersih. Khusus di Jakarta, tim BRIN menemukan bahwa kebutuhan air untuk masyarakat lebih besar dibanding persediaan yang ada. Dalam setahun, seisi Jakarta membutuhkan 30 ribu liter per detik, namun yang bisa disalurkan ke masyarakat hanya 18 ribu liter air per detik.

Menurut Irfan, NBS terkait dengan praktik restorasi ekologi. Pengelolaan berkelanjutan merupakan kunci dari pengembangan dan implementasi NBS. Solusi ini membutuhkan campur tangan manusia. Reboisasi dan penyediaan lahan resapan air tanah termasuk upaya yang bisa mengoptimalkan NBS.

Dia juga menyarankan pemetaan wilayah yang berisiko banjir dan kekeringan. “Jika berada di wilayah rentan banjir, perlu mitigasi lain. Tidak bisa disamakan dengan wilayah yang kering."

Advertising
Advertising

Selain reboisasi dan pengelolaan lahan resapan tanah, NBS juga bisa berupa agroforestry, agrosilvopastura, penanaman dalam sistem strip, kontur, serta konservasi teknis lahan. Metode ini untuk menyokong penanaman dan penghijauan yang dampaknya tidak signifikan.

Suhu Bumi Meningkat dalam Seabad

Rata-rata suhu udara di Indonesia meningkat dari 25,4 derajat Celsius pada era 1900-an, menjadi 26,2 derajat Celcius pada saat ini. Kondisi ini, menurut Irfan, imbas dari krisis iklim, serta berkurangnya debit air di sungai-sungai besar di Jawa. Dari peninjauan BRIN, persediaan air di Sungai Ciujung, Cikapundung, Cimanuk, Citanduy, Bengawan Solo, hingga Brantas, kian surut dari waktu ke waktu.

Laporan Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) juga pernah mengidentifikasi pengurangan cadangan air dalam tanah akibat peningkatan suhu bumi. Dampaknya adalah potensi kekeringan ekstrem.

Irfan menyebut peningkatan suhu acap kali dibarengi evapotranspirasi, atau gabungan evaporasi dan transpirasi tumbuhan yang hidup di permukaan bumi. Air yang diuapkan oleh tanaman dilepas ke atmosfer.

Perubahan iklim, irfan meneruskan, juga memperburuk ketahanan pangan akibat pola hujan yang tidak menentu. Kondisi serupa jjuga bisa menyebabkan bencana hidrometeorologi. “Bahkan dapat memicu migrasi massal dan meningkatkan konflik sosial serta politik," ujar lulusan program doktor Universitas Sebelas Maret, Surakarta, tersebut.

Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, mengatakan perubahan iklim berdampak terhadap sumber daya air. Dampaknya mulai dari krisis air bersih perkotaan, kerawanan pangan, naiknya frekuensi penyakit, perubahan pola curah hujan, serta potensi bencana.

"Perubahan iklim juga meningkatkan suhu bumi, dampaknya akan kita rasakan secara langsung atau tidak langsung," tutur dia.

Pilihan Editor: Tampilan Google Play Store Akan Berubah, Ada Widget Koleksi dan Fitur AI

Berita terkait

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

3 jam lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

11 jam lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Konsumsi Energinya Tinggi, Pakar Memperingatkan Penggunaan AI Bisa Mempercepat Krisis Iklim

17 jam lalu

Konsumsi Energinya Tinggi, Pakar Memperingatkan Penggunaan AI Bisa Mempercepat Krisis Iklim

Pakar memperingatkan bahwa AI bisa memerparah krisis iklim karena konsumsi energinya yang tinggi.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

3 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

4 hari lalu

Hujan di Jabodetabek Kamis Sore sampai Jumat Dinihari, Ini Sebaran dan Penyebabnya

Hingga mendekati subuh nanti diperkirakan potensi hujan tersebut masih mugkin bertahan dan bahkan meluas.

Baca Selengkapnya

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

4 hari lalu

BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.

Baca Selengkapnya

BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

4 hari lalu

BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

5 hari lalu

Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Pemkab Bekasi Ikut Tingkatkan Kewaspadaan

Edaran dibuat meski wilayah Kabupaten Bekasi tak berbatasan dengan perairan Selat Sunda ataupun laut selatan Jawa, lokasi zona gempa megathrust

Baca Selengkapnya

Pencemaran Sampah Plastik di Laut Semakin Mengkhawatirkan, Mengapa Berbahaya?

5 hari lalu

Pencemaran Sampah Plastik di Laut Semakin Mengkhawatirkan, Mengapa Berbahaya?

Setiap tahun, lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut. BRIN mendorong pengembangan riset dan penguatan regulasi untuk menanganinya.

Baca Selengkapnya