Investasi Hijau Masih Belum Jadi Prioritas Pemerintah

Reporter

Editor

Avit Hidayat

Rabu, 31 Juli 2024 06:06 WIB

Pertamina Grup kembangkan energi hijau untuk Komunitas Hidroponik Sehati.

TEMPO.CO, Jakarta - Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) menerbitkan hasil penelitian ihwal musabab melesetnya realisasi investasi hijau di Indonesia yang jauh panggang dari api. Pemerintah hanya mampu mendatangkan sekira US$ 1,62 miliar investasi energi bersih dari US$ 8 miliar yang ditargetkan. Musababnya adalah 80 persen perekonomian nasional yang masih ditopang industri ekstraktif hingga masa Indonesia Emas 2045.

“Sangat kontradiktif bila kita ingin transisi ke energi baru terbarukan yang berkelanjutan, tapi arah kebijakan investasi masih mengutamakan industri ekstraktif,” kata Peneliti KPPOD Sarah Nita Hasibuan ketika ditemui seusai memaparkan hasil penelitiannya di Jakarta, pada Selasa, 30 Juli 2024. Penelitian Sarah dilakukan di 7 daerah yang berfokus pada kajian kebijakan dan implementasi di daerah tentang arah investasi hijau.

Temuan Sarah, pemerintah pusat belum memiliki dokumen perencanaan khusus terkait investasi hijau. Perencanaan hanya mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal. Kemudian ditambah rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2025-2029 dan merujuk Persetujuan Paris 2015. Target besarnya mengurangi emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca melalui aksi mitigasi dan adaptasi.

Pemerintah menggantangkan target ambisus yakni dapat menurunkan emisi gas rumah kaca atau Nationally Determined Contribution (NDC). Target pengurangan emisi pada 2030 mencapai 31,89 persen dengan cara sendiri dan 43,20 persen melalui dukungan internasional. Bahkan, mengklaim akan mampu menyeimbangkan gas rumah kaca pada atmosfer atau net zero emissions pada 2060.

Ambisi pengurangan emisi tersebut bakal dipenuhi melalui lima sektor utama. Di antaranya sektor energi, limbah, sektor industri atau industrial processes and production use (IPPU), pertanian, dan kehutanan atau forest and other land uses (FOLU). Di dalam masing-masing sektor terdapat rancangan aksi mitigasi atau pengurangan emisi. Kemudian adaptasi yakni ketahanan terhadap perubahan iklim. Pelbagai kewajiban ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK).

Persoalannya, rencana tersebut tak dibarengi dengan pedoman khusus ihwal arah kebijakan investasi hijau. Masing-masing kementerian dan lembaga bahkan belum bersinergi. Tak heran bila belum ada penganggaran untuk implementasi investasi hijau. “Sehingga menurut saya, target NDC tersebut bakal sulit tercapai bila kebijakan investasi masih terpecah-pecah,” ucap Sarah.

Problem yang sama juga terjadi di pemerintah daerah. Kata Sarah, pedoman investasi hijau hanya mengandalkan peraturan daerah terkait penanaman modal dan belum memiliki aturan khusus. Ketiadan ini karena pemmerintah pusat tak mengaturnya. Hanya di Provinsi Aceh yang disebut sudah menyusun perencanaan pembangunan berbasis investasi hijau.

“Temuan kami di lapangan, sebenarnya pemerintah daerah hanya menunggu pemerintah pusat untuk menyiapkan aturan khusus investasi hijau,” kata Sarah. Pemerintah daerah juga siap berkontribusi untuk menetapkan target capaian pengurangan emisi. Namun hal itu belum berjalan lantaran pemerintah pusat belum melakukan penataan masing-masing potensi daerah.

Target pengurangan emisi juga makin berat lantaran arah kebijakan pemerintah mmasih menggantungkan ekonomi dari industrialisasi sektor ekstraktif. Hal itu terungkap ketika Menteri Investasi Bahlil Lahadalia paparan peta jalan hilirisasi investasi strategis dalam ASEAN Investment Forum 2023. Bahlil menyebut terdapat 8 sektor prioritas pemerintah, di antaranya; mineral, batu bara, minyak, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan. Total nilai investasinya hingga 2040 sekitar US$ 545,3 miliar.

Menurut Sarah, dengan target sebesar itu, tentu penganggaran pemerintah bakal difokuskan untuk menggenjot industri berbahan bakar fosil. Tak mengherankan bila kini muncul banyak industrialisasi smelter nikel dengan konsep hilirisasi di banyak tempat. Kata Sarah, target tersebut berbanding terbalik dengan rencana investasi hijau yang dicanangkan US$ 8 miliar. Itu pun capaiannya masih seret.

Berita terkait

IPCC Sebut Pulau Kalimantan Lokasi Ideal Pengembangan Energi Terbarukan, Sebab...

8 hari lalu

IPCC Sebut Pulau Kalimantan Lokasi Ideal Pengembangan Energi Terbarukan, Sebab...

Profesor Kornelik Blok mengatakan potensi besar pulau Kalimantan dalam energi terbarukan memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi baru.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi Bertemu Sejumlah Petinggi Vale Indonesia, Ini yang Dibahas

10 hari lalu

Presiden Jokowi Bertemu Sejumlah Petinggi Vale Indonesia, Ini yang Dibahas

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan petinggi PT Vale Indonesia Tbk di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis lalu. Apa yang dibahas?

Baca Selengkapnya

Datang Melayat, Luhut Kenang Faisal Basri Beri Masukan Berharga soal Desain PPKM hingga Kritik Hilirisasi Nikel

13 hari lalu

Datang Melayat, Luhut Kenang Faisal Basri Beri Masukan Berharga soal Desain PPKM hingga Kritik Hilirisasi Nikel

Menteri Luhut Pandjaitan mengaku berduka atas wafatnya ekonom Faisal Basri pada hari ini. Apa saja kritik Faisal yang diingat Luhut?

Baca Selengkapnya

Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

19 hari lalu

Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

Koalisi Masyarakat Sipil mendorong pemerintah menjadikan momentum penyerahan dokumen kontribusi iklim dalam SNDC sebagai upaya koreksi komitmen iklim.

Baca Selengkapnya

Bank Mandiri Salurkan Kredit Rp 10 Triliun untuk Sektor Energi Terbarukan

26 hari lalu

Bank Mandiri Salurkan Kredit Rp 10 Triliun untuk Sektor Energi Terbarukan

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. menyalurkan kredit untuk sektor energi terbarukan sebesar Rp 10,13 triliun pada kuartal II 2024.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa KKN UGM Pasang Panel Surya di Desa di Kalimantan Timur

29 hari lalu

Mahasiswa KKN UGM Pasang Panel Surya di Desa di Kalimantan Timur

Kegiatan mahasiswa UGM ini merupakan bagian dari upaya untuk membantu masyarakat desa mendapatkan akses listrik memanfaatkan sumber terbarukan.

Baca Selengkapnya

Peluncuran Buku Menuju Indonesia Emas, Ganjar Singgung Hilirisasi Nikel

30 hari lalu

Peluncuran Buku Menuju Indonesia Emas, Ganjar Singgung Hilirisasi Nikel

Terbukanya hilirisasi penambangan nikel harus dibarengi dengan tata kelola yang lebih baik.

Baca Selengkapnya

PIS Bantu Warga Dusun Compang Manfaatkan Sistem Irigasi Bertenaga Surya

33 hari lalu

PIS Bantu Warga Dusun Compang Manfaatkan Sistem Irigasi Bertenaga Surya

Pemanfaatan pompa air bertenaga surya untuk demplot pertanian dapat meningkatkan produksi sayur mayur

Baca Selengkapnya

25 Buku Inspiratif tentang Perubahan Iklim yang Wajib Dibaca

35 hari lalu

25 Buku Inspiratif tentang Perubahan Iklim yang Wajib Dibaca

Bagaimana para pemikir dan pemimpin melihat fenomena perubahan iklim yang akan mengubah keberlangsungan manusia di bumi?

Baca Selengkapnya

Bappenas dan WRI Indonesia Susun Indikator Transisi Energi Berkeadilan

43 hari lalu

Bappenas dan WRI Indonesia Susun Indikator Transisi Energi Berkeadilan

Bappenas dan World Resources Institute (WRI) Indonesia tengah menyusun indikator capaian transisi energi berkeadilan. Apa isinya?

Baca Selengkapnya