Ada Udara Kabur di Prakiraan Cuaca BMKG, Ini Penjelasannya

Kamis, 8 Agustus 2024 20:01 WIB

Simbol cuaca Udara Kabur yang dibuat BMKG

TEMPO.CO, Jakarta - Ada yang baru dalam layanan informasi prakiraan cuaca yang biasa diberikan BMKG di dalam website-nya. Selain informasi yang kini tersedia untuk wilayah setingkat kecamatan, dari jam ke jam, BMKG kini juga menggunakan beberapa istilah baru.

Seperti yang Tempo temukan untuk informasi cuaca di Jakarta dan wilayah sekitarnya, istilah baru yang digunakan adalah 'Udara Kabur' dan 'Kabut'. Keduanya menambahkan identifikasi cuaca yang ada sebelumnya seperti 'Cerah', 'Berawan', dan 'Hujan Ringan'.

Prakirawan cuaca BMKG Nanda Alfuadi menjelaskan latar belakang penggunaan istilah meteorologi yang baru tersebut. Menurutnya, fenomena cuaca seperti udara kabur dan kabut selama ini ada di Indonesia tapi memang frekuensinya sangat jarang.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, Nanda menambahkan, informasi terkait kedua fenomena itu sangat penting terutama untuk wilayah-wilayah yang vegetasinya masih terjaga. Nanda menunjuk terutama untuk wilayah-wilayah seperti di Kalimantan, Sumatera, dan Papua.

"Dalam proses memprediksi fenomena tersebut kami melakukan analisis jarak pandang, suhu, dan kelembapan udara dengan menggunakan model cuaca numerik di setiap titik (setiap 2,5 kilometer persegi)," katanya menjelaskan saat dihubungi, Selasa 6 Agustus 2024.

Cuaca udara kabur, Nanda merinci, diberikan jika jarak pandang diprakirakan 1-5 kilometer dengan kondisi cuaca tidak hujan. Apabila jarak pandang kurang dari 1 kilometer dan awan diprakirakan akan menutupi hampir seluruh langit maka ada potensi kabut.

Advertising
Advertising

Dalam prediksi cuaca besok, Jumat 9 Agustus 2024, Nanda dkk mengidentifikasi kemungkinan udara kabur itu misalnya di Cibinong-Kabupaten Bogor pada pukul 3 dan 6 pagi. Sedangkan cuaca kabut diperkirakan melingkupi Kecamatan Bekasi di Kota Bekasi pada pukul 14-15.

Terpisah, peneliti di Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Siswanto, juga menerangkan bahwa udara kabur atau udara berkabut adalah fenomena atmosfer terkait jernih atau keruhnya udara yang mempengaruhi jarak pandang terhadap obyek tertentu. Penyebabnya, adanya partikel-partikel melayang di atmosfer sehingga menghamburkan sinar datang cahaya matahari.

Adapun konsentrasi partikel yang melayang-layang itu bisa datang karena polusi udara, kebakaran hutan, aktivitas pertanian, debu dan partikel kering, atau kondisi cuaca. "Kondisi cuaca tertentu, seperti kelembapan tinggi, suhu yang rendah, dan angin yang lemah, dapat menumpuk akumulasi partikel di udara," katanya.

Pilihan Editor: Megawati Buka Indonesian Research and Innovation Expo 2024 tanpa Kata Sambutan

Berita terkait

BMKG Beri Peringatan Dini Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

2 jam lalu

BMKG Beri Peringatan Dini Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia

BMKG mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah perairan pada 17 - 18 September 2024.

Baca Selengkapnya

BMKG Mencatat Dua Gempa Beruntun dari Perairan Selatan Jawa

3 jam lalu

BMKG Mencatat Dua Gempa Beruntun dari Perairan Selatan Jawa

BMKG mencatat dua gempa beruntun Selasa, 17 September 2024, yaitu pukul 04.46 WIB dengan magnitudo 4,2. pukul 05.50 WIB dengan magnitudo 4,6.

Baca Selengkapnya

Gempa Guncang Sarmi Papua dengan Skala IV-V MMI

6 jam lalu

Gempa Guncang Sarmi Papua dengan Skala IV-V MMI

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya sesar aktif

Baca Selengkapnya

Info Terkini Gempa M4,2 di Laut Guncang Banten dan Jawa Barat

7 jam lalu

Info Terkini Gempa M4,2 di Laut Guncang Banten dan Jawa Barat

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif dasar laut.

Baca Selengkapnya

18 Gempa Beruntun di Berau Kaltim, Performa Tensor G4, dan Banjir Rob Supermoon di Top 3 Tekno

8 jam lalu

18 Gempa Beruntun di Berau Kaltim, Performa Tensor G4, dan Banjir Rob Supermoon di Top 3 Tekno

Topik tentang gempa bermagnitudo 5,5 di Kabupaten Berau, Kalimantan Barat, menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Heboh Gempa Beruntun di Berau dan Tensor G4 Google dalam Top 3 Tekno

21 jam lalu

Heboh Gempa Beruntun di Berau dan Tensor G4 Google dalam Top 3 Tekno

Gempa berkekuatan M5,5 yang diikuti belasan lindu susulan di Berau, Kaltim, mengisi Top 3 Tekno pada Senin, 16 September 2024.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

1 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

18 Gempa Beruntun di Berau Kaltim, BMKG: Mirip Insiden pada 1921

1 hari lalu

18 Gempa Beruntun di Berau Kaltim, BMKG: Mirip Insiden pada 1921

Gempa M5,5 di Berau, Kalimantan Timur, diikuti 18 kali lindu susulan. Wilayah tersebut punya riwayat gempa besar di masa lalu.

Baca Selengkapnya

BMKG: Gempa Bermagnitudo 4,1 Guncang Sukabumi dan Sekitarnya, Akibat Aktivitas Sesar Dasar Laut

1 hari lalu

BMKG: Gempa Bermagnitudo 4,1 Guncang Sukabumi dan Sekitarnya, Akibat Aktivitas Sesar Dasar Laut

Menurut BMKG, gempa tektonik bermagnitudo 4,1 mengguncang Sukabumi, Jawa Barat, dan sekitarnya, Senin 16 September 2024, pukul 07.01 WIB.

Baca Selengkapnya

BMKG Prakirakan Cuaca Sebagian Kota Besar Hujan Ringan

1 hari lalu

BMKG Prakirakan Cuaca Sebagian Kota Besar Hujan Ringan

BMKG memprakirakan cuaca sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi hujan ringan, Senin, 16 September 2024.

Baca Selengkapnya