4 Fakta Anggrek Kuku Macan, Spesies Aerides yang Disebut Paling Indah

Reporter

Tiara Juwita

Kamis, 22 Agustus 2024 10:00 WIB

Spesies anggrek baru, Aerides obyrneana, yang merupakan endemik Pulau Sulawesi, Indonesia. Anggrek tersebut dikenal dengan nama lokal anggrek kuku macan. BRIN

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan anggrek spesies baru, yang merupakan spesies endemik asal Pulau Sulawesi, Indonesia. Temuan ini dipublikasikan pada jurnal Edinburgh Journal of Botany pada Mei 2024 sebagai anggrek spesies baru endemik Sulawesi dengan nama Aerides obyrneana. Berikut fakta-fakta menarik mengenai tanaman baru yang menambah daftar panjang flora asal Sulawesi.

1. Memiliki Karekteristik Bunga Seperti Kuku Macan

Anggrek genus Aerides yang baru dipublikasi BRIN mdapat julukan sebagai anggrek kuku macan oleh warga sekitar. Nama tersebut terinspirasi dari bagian dagu bunga genus ini yang berbentuk konus meliuk dan berujung runcing layaknya kuku macan.

2. Hidup Secara Epifit

Anggrek yang dikenal dengan nama lokal anggrek kuku macan tersebut hidup di habitat alaminya secara epifit, yaitu dengan cara menempel di permukaan batang pepohonan. Namun, ia tidak bersifat parasit yang merugikan pohon inangnya. Ukuran anggrek juga terbilang tidak terlalu besar. Batang berdaun hanya berukuran tinggi sekitar 10-16 cm saja.

Advertising
Advertising

3. Mampu Bertahan di Lingkungan dengan Kelembapan Rendah

Habitat tempat hidup anggrek Aerides obyrneana berada di daerah tepian hutan semi-terbuka dengan sirkulasi udara yang lancar dan memiliki intensitas cahaya sekitar 50-70 persen. Tumbuhan ini memiliki morfologi daun dengan bentuk yang sempit memanjang, memiliki jaringan yang cukup tebal, serta permukaan atas yang berkutikula.

Dari ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa anggrek ini memiliki sifat adaptif terhadap lingkungan dengan kelembapan rendah, serta suhu dan intensitas cahaya yang tinggi. Karakter morfologi demikian biasanya akan sangat menguntungkan tumbuha karena dapat bertahan pada kondisi kemarau atau kekeringan berkepanjangan. Hal tersebut dapat dilakukan oleh tumbuhan melalui penurunan laju penguapan serta mempertahankan kandungan air dalam jaringan.

4. Disebut SebagaiS Spesies Anggrek Aerides Terindah

Anggrek kuku macan disebut memiliki beberapa perbedaan dari anggrek spesies Aerides lainnya, yakni memiliki warna bunga yang mencolok dengan kombinasi yang langka membuat bung aini disebut sebagai spesies Aerides terindah di Indonesia dari yang pernah ditemukan.

"Spesies baru ini memiliki sosok bunga atraktif dengan kombinasi warna yang langka di genusnya, yaitu sepal dan petalnya berwarna putih keunguan dengan bibir bunga berwarna kuning cerah kehijauan," kata peneliti BRIN Destario Metusala melalui keterangannya di Jakarta, Ahad, 18 Agustus 2024, seperti dilansir Antara.

Destario menjelaskan bahwa sebelum adanya spesies baru diketahui ada lima spesies Aerides tercatat dari Indonesia. Diantaranya spesies Aerides odorata yang tersebar luas di Sumatera, Jawa, Kalimantan, kepulauan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi. Spesies Aerides endemik, A. timorana, tercatat dari kawasan kepulauan Nusa Tenggara. Sedangkan tiga spesies endemik lainnya tercatat berasal dari Sulawesi, yaitu A. huttonii, A. inflexa, dan A. thibautiana.

5. Terancam Punah

Di balik keindahan dan keunikan bunganya sayangnya anggrek kuku macan saat ini dalam kondisi memprihatinkan. Destario megatakan bahwa berdasarkan data distribusi yang ada saat ini, anggrek Aerides obyrneana dianggap sebagai spesies endemik Sulawesi dengan jangkauan sebaran alami yang terbatas. Untuk itu, status konservasi spesies baru ini diusulkan untuk masuk pada kategori kritis (Critically Endangered) berdasarkan kriteria IUCN (International Union for Conservation of Nature) Redlist.

"Maka dari itu, penting adanya kerjasama berbagai pihak, termasuk dari komunitas hobiis, untuk secara bersama-sama melakukan upaya pelestarian berkelanjutan agar perhiasan belantara ini tak kunjung punah," pungkas Destario.

Selain ancaman konversi habitat alami hal lain yang menjadi ancamana bagi kelestarian hidup anggrek kuku macan ialah datang dari manusia. Dengan potensi pengambilan anggrek kuku macan di alam secara tak terkendali untuk memenuhi permintaan perdagangan komersial akan membuat jenis flora yang satu ini semakin berklurang di habitat aslinya. Biasanya, kemunculan spesies baru anggrek akan mendorong permintaan yang tinggi dari para hobiis untuk mendapatkannya.

Pilihan Editor: Hikayat Anggrek Tak Bernama

Berita terkait

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

4 jam lalu

Bulan Telah Lalui Titik di Orbit yang Lahirkan Supermoon Terbesar 2024

Supermoon terbesar 2024 terjadi pada Rabu malam sampai Kamis pagi ini, 18-19 September 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

18 jam lalu

BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan untuk Ketahanan Pangan dan Hadapi Iklim Ekstrem

Data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tidak Pindahkan Benda Arkeologi Papua dan Mahasiswa UI Juara Kompetisi Video di Top 3 Tekno

Topik tentang Dewan Adat minta BRIN tidak memindahkan benda arkeologi Papua ke Cibinong Science Center menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

1 hari lalu

Dewan Adat Minta BRIN Tak Pindahkan Benda Arkeologi Papua ke Cibinong Science Center

Dewan Adat Papua minta BRIN tidak pindahkan benda arkeologi Papua ke Gedung Koleksi Hayati di Cibinong Science Center, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

2 hari lalu

Situs Megalitikum Gunung Padang Diduga Pernah Dipakai untuk Pengamatan Astronomi

Sejauh ini belum ada temuan atau bukti dari artefak astronomi di Gunung Padang.

Baca Selengkapnya

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

2 hari lalu

Megawati Sambangi Rusia, Mencuat Wacana St Petersburg University Bangun Kampus di RI

Megawati mengatakan Indonesia butuh bantuan dalam proses ilmu dasar bidang nuklir, metalurgi, kimia, nanoteknologi, bioteknologi dari Rusia.

Baca Selengkapnya

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

2 hari lalu

Waspada Banjir Rob Supermoon 18 September, Ada Potensi Gerhana Parsial

Peristiwa Supermoon diwarnai potensi banjir rob di pesisir Indonesia. Sementara di luar negeri, Supermoon akan dibayangi gerhana bulan parsial.

Baca Selengkapnya

Tim Mahasiswa UGM Kembangkan Perangkat Pemeliharaan Anggrek

2 hari lalu

Tim Mahasiswa UGM Kembangkan Perangkat Pemeliharaan Anggrek

Tim mahasiswa UGM mengembangkan perangkat pemeliharaan bunga anggrek berbasis Internet of Things bernama Fitovare.

Baca Selengkapnya

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

4 hari lalu

Peneliti Minta Pemasangan Chattra Candi Borobudur Dibatalkan, Ini Alasannya

Kementerian Agama menunda pemasangan chattra di stupa induk Candi Borobudur, yang semula dijadwalkan untuk diresmikan pada 18 September 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

5 hari lalu

BRIN Gagas Kandang Limbah Ternak untuk Pangkas Pencemaran di Sungai Citarum

BRIN kenalkan teknologi kandang khusus untuk mengatasi pencemaran limbah ternak di DAS Citarum.

Baca Selengkapnya