Tim Peneliti UGM Ciptakan Galur Ayam Pedaging-Petelur lewat Persilangan Ayam Lokal
Reporter
Muh. Syaifullah
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 27 September 2024 12:40 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Tim peneliti di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyilangkan ayam lokal Kalimantan dengan ayam lokal Jawa Barat. Tujuannya, menciptakan ayam lokal galur atau turunan baru sebagai ayam petelur sekaligus pedaging yang sama menguntungkannya.
Ayam jantan asal Kalimantan dengan pertumbuhan yang bagus disilangkan dengan ayam betina lokal Jawa Barat yang produktif. Targetnya, hanya dalam 70 hari, berat ayam hasil persilangannya sudah akan mampu mencapai lebih dari 0,8 kilogram, tidak mengeram, dan tahan penyakit. Ayam galur baru ini bisa menjadi ayam konsumsi maupun ayam petelur.
Peneliti dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, Dyah Maharani, menerangkan program inovatif itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional secara mandiri. Dyah yang profesor bidang pemuliaan ternak ini adalah juga ketua tim pembentukan ayam galur baru dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, tersebut.
"Diharapkan, ayam lokal galur baru ini dapat dipanen lebih cepat, memberikan keuntungan bagi peternak dengan perputaran uang yang lebih pendek, dan margin yang lebih tinggi,” katanya dalam acara Fapet Menyapa, Kamis petang, 26 September 2024.
Untuk mencapai tujuan ini, Dyah dan timnya menggunakan metode persilangan dan seleksi, dengan mengawinkan tiga jenis ayam dari Kalimantan dan Jawa. Ayam tetua atau donor yang dipilih memiliki karakteristik spesifik: male line (pejantan) unggul dalam sifat pertumbuhan, sementara female line (betina) dikenal dengan produksi telur yang baik, dan memiliki cita rasa khas ayam kampung.
Hasil persilangan ketiganya, kata Dyah, diseleksi menggunakan metode Independent Culling Level yang mengevaluasi beberapa sifat secara bersamaan dalam satu generasi. Kriteria seleksi ditentukan berdasarkan estimasi parameter genetik seperti heritabilitas untuk sifat tunggal dan repetabilitas untuk sifat yang berulang.
Sifat-sifat yang menjadi kriteria seleksi meliputi bobot DOC (kluthuk), bobot pada umur starter, grower hingga 10 minggu, serta produksi telur, dan sifat mengeram. "Setelah mencapai generasi keempat, performa ayam diharapkan stabil dan produksi siap ditingkatkan bersama mitra industri Fapet UGM," tuturnya.
Dyah juga menyatakan, inisiatif ini tidak bertujuan untuk menggantikan ayam broiler. Melainkan, substitusi produksi daging sebagai sumber protein alternatif bagi masyarakat yang berasal dari produk lokal Indonesia. Dengan demikian, tim mengharapkan, pemenuhan target ketahanan pangan secara mandiri dapat segera tercapai, memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan program ini, Fapet UGM berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan sumber protein yang berkelanjutan dan berkualitas bagi masyarakat Indonesia,” kata Dyah lagi.
CATATAN:
Artikel ini telah diubah pada Rabu, 2 Oktober 2024, pukul 20.50 WIB, untuk mengoreksi diksi 'varietas' pada judul menjadi 'galur'. Varietas lebih tepat digunakan untuk tanaman. Terima kasih.
Pilihan Editor: Target Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca, Ini Peta Jalan Gedung Hijau yang Dibuat Pemerintah