Sensor Kebusukan Ikan dari Bogor

Reporter

Editor

Kamis, 13 Agustus 2009 18:05 WIB


TEMPO Interaktif, Jakarta - Hampir semua ibu rumah tangga mengetahui rumus memilih ikan segar. Dari memeriksa apakah mata ikan itu bening dan menonjol, tidak keruh, kulitnya cerah, sampai insang yang masih merah dan tidak berbau.
Namun, rumus itu tentu tak bisa dipraktekkan ikan yang hendak dibeli itu sudah dikemas rapi dalam wadah yang tertutup rapat seperti yang dijual di pasar swalayan, apalagi bila ikan sudah berbentuk fillet atau irisan ikan tanpa tulang. Jangankan mata dan insang, kulitnya pun terkadang sudah tidak ada karena yang tersisa hanyalah irisan daging ikan berwarna kemerahan.
Nah, kemasan cerdas buatan Yogi Waldingga Hasnedi bisa mempermudah tugas para ibu memilih fillet ikan berkualitas baik di pasar swalayan. Mahasiswa tingkat akhir di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) itu membuat kemasan cerdas yang dilengkapi sensor pendeteksi kebusukan ikan.
Sensor berupa plastik film yang dilekatkan di plastik pembungkus fillet ikan itu akan berubah warna bila daging membusuk. "Ini praktis, konsumen bisa langsung mengetahui apakah daging ikan dalam kemasan itu masih layak dikonsumsi atau sudah membusuk tanpa perlu membuka plastik," kata Yogi di Jakarta, Selasa lalu.
Berkat karyanya tersebut, pemuda kelahiran Jakarta, 31 Juli 1986 itu meraih juara pertama bidang teknik dalam Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-8 di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Selasa lalu. Dalam kegiatan yang diadakan oleh LIPI dan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 itu, Yogi mengajukan karya ilmiah berjudul "Pengembangan Kemasan Cerdas dengan Sensor Berbahan Dasar Chitosan-Asetat, Polivinil Alkohol, dan Indikator Bromthymol Blue sebagai Pendeteksi Kebusukan Fillet Ikan Nila."
"Target penggunaannya di supermarket, terutama produk perikanan tanpa tulang (fillet)," ujarnya. "Di luar negeri, smart packaging umumnya untuk produk ikan laut, pada ikan air tawar belum pernah dicoba, jadi saya mencoba membuatnya."
Label sensor yang terbuat dari campuran ketiga bahan kimia dan pewarna indikator itu bekerja dengan menangkap gas nitrogen yang diproduksi bakteri daging ikan ketika membusuk. Ketika label sensor terkena gas tersebut, warnanya akan berubah dari kuning cerah menjadi hijau kebiruan. Perubahan itu terjadi karena pewarna Bromthymol Blue bereaksi ketika kondisi lingkungan berubah dari asam menjadi basa.
Eksperimen untuk membuat sensor kemasan cerdas sebagai bahan skripsi ini diselesaikan Yogi dalam waktu lumayan singkat, hanya lima bulan. "Justru yang sulit menyesuaikan tiga bahan itu, terutama pewarna indikatornya," katanya.
Dalam riset yang dilakukannya, Yogi belum mencoba keefektifan sensor itu pada kemasan ikan yang telah dibekukan dengan temperatur 5-6 derajat Celsius. Meski baru dicoba pada suhu ruangan, sensor itu terbukti dapat mendeteksi kebusukan ikan. "Selama 15 jam pengamatan terjadi perubahan warna, mulai kuning, kuning tua, hijau muda, hijau, sampai hijau kebiruan," kata Yogi. "Kalau sudah hijau tua, berarti fillet ikan nila itu sudah busuk dan tidak layak dikonsumsi."
Penerima beasiswa dari Korean Exchange Bank pada 2008 itu menuturkan bahwa kemasan cerdas produk perikanan itu tergolong baru di Indonesia, tetapi di Eropa sensor semacam itu sudah dikomersialkan. Bahkan, tak cuma digunakan pada produk perikanan, kemasan cerdas sebenarnya juga bisa diterapkan pada produk pertanian dan peternakan seperti kemasan sayur dan minuman.
Yogi mengatakan label sensor ini tidak berbahaya karena tidak bersentuhan dengan ikan sehingga tidak menyebabkan terjadinya kontaminasi. Plastik film yang digunakan sebagai sensor juga bersifat biodegradable. Lapisan berdiameter 1,5 sentimeter itu mudah hancur dan lumer bila terkena air sehingga lebih ramah lingkungan.
Mahasiswa tingkat akhir yang kini tinggal menunggu hari wisuda itu mengungkapkan rencananya untuk menyempurnakan sensor kemasan cerdas itu dengan mengujinya pada jenis ikan lain dan temperatur rendah. Dia juga berharap dapat mencetak plastik film di atas plastik polimer PET bukan lagi di atas kaca preparat seperti yang dikerjakannya sekarang. "Masih pilot project, perlu pengembangan lagi. Tapi, kalau ikan air tawar bisa, pasti ikan laut juga bisa karena ikan laut lebih gampang busuk daripada ikan air tawar," kata Yogi.
Pemuda yang pernah meraih juara Setara Emas pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) pada 2007 itu kini tengah mencari-cari perguruan tinggi yang tepat untuk meneruskan studi tingkat master untuk bidang teknologi hasil pertanian tersebut. "Memang sudah ada tawaran dari salah satu kampus di Malaysia, tapi saya masih menimbang-nimbang inginnya di Indonesia saja, tapi di Indonesia belum ada yang nawarin," ujarnya.
TJANDRA DEWI

Berita terkait

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Mengenal Brosur, Fungsi, dan Cara Membuatnya

13 September 2023

Mengenal Brosur, Fungsi, dan Cara Membuatnya

Brosur adalah media yang digunakan untuk mempromosikan produk atau jasa. Simak fungsi dan cara membuatnya.

Baca Selengkapnya

Terbukti Gunakan Foto Negara Lain untuk Promosi Wisata, Agensi Filipina Minta Maaf

4 Juli 2023

Terbukti Gunakan Foto Negara Lain untuk Promosi Wisata, Agensi Filipina Minta Maaf

Agensi periklanan Filipina pembuat video "Love The Philippines" minta maaf karena telah gunakan foto-foto dari wisata negara lain, termasuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Investasi ke Perusahaan Layanan Digital, Indika Energy: Strategi Diversifikasi

6 Maret 2022

Investasi ke Perusahaan Layanan Digital, Indika Energy: Strategi Diversifikasi

Anak usaha Indika Energy, Indika Ventures Pte. Ltd., melaksanakan penyertaan modal dalam perseroan terbatas di bidang layanan digital.

Baca Selengkapnya

Penuhi Kebijakan Apple, Facebook Akan Minta Izin Privasi Pengguna iPhone

2 Februari 2021

Penuhi Kebijakan Apple, Facebook Akan Minta Izin Privasi Pengguna iPhone

Perubahan kebijakan tersebut, menurut Facebook, akan merugikan bisnis periklanan miliknya.

Baca Selengkapnya

IDA Gelar Pemilihan Teknologi Standar Pengukuran Online Audience

19 Januari 2021

IDA Gelar Pemilihan Teknologi Standar Pengukuran Online Audience

Pemilihan ini merupakan upaya Indonesian Digital Association (IDA) dalam menciptakan standarisasi pengukuran online audience di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kantor Pusat Perusahaan Iklan Terbesar Jepang Terima Ancaman Bom

5 Juni 2020

Kantor Pusat Perusahaan Iklan Terbesar Jepang Terima Ancaman Bom

Kantor piusat perusahaan iklan terbesar Jepang, Dentsu Group Corp menerima ancaman bom.

Baca Selengkapnya

Vokasi UI Tambah 2 Program Studi Baru

29 Juni 2019

Vokasi UI Tambah 2 Program Studi Baru

Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (Vokasi UI) membuka dua program studi (prodi) baru.

Baca Selengkapnya

Iklan Digital Capai Rp 1000 T, Google dan Facebook Merajai  

27 April 2017

Iklan Digital Capai Rp 1000 T, Google dan Facebook Merajai  

Facebook dan Google menyumbangkan 99 persen pertumbuhan industri iklan digital.

Baca Selengkapnya

Rainbow Layer Jelly yang Cantik untuk Hari Valentine Anda  

10 Februari 2017

Rainbow Layer Jelly yang Cantik untuk Hari Valentine Anda  

Rainbow kali ini tidak di angkasa. Namun menemani malam
istimewa hari Valentine.

Baca Selengkapnya