Peneliti BRIN Beberkan Kelebihan-Kekurangan Susu Ikan, Pernah Mengujinya pada Tikus

Kamis, 10 Oktober 2024 05:00 WIB

Pekerja memproses pembuatan susu ikan di Unit pengolahan susu ikan milik PT Berikan Protein di Bekasi, Jawa Barat, 18 September 2024. Susu ikan ini hadir dalam dua varian rasa yaitu Coklat dan Stroberi dengan merek dagang Surikan. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti di Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ekowati Chasanah, membeberkan kelebihan dan kekurangan susu ikan yang disebut-sebut bakal menjadi bagian dari program Makan Bergizi Gratis pemerintahan baru nanti. Ditegaskannya, susu ikan tidak berasal dari kelenjar susu ikan, melainkan hasil proses pemecahan protein ikan menjadi bentuk yang larut dalam air.

"Susu ikan ini merupakan produk hasil pengembangan melalui proses hidrolisis enzimatis yang memecah protein ikan menjadi protein pendek atau peptida serta asam amino bebas, kemudian diformulasikan sehingga menyerupai susu," kata Ekowati dalam agenda rutin BRIN berupa Media Lounge Discussion (MELODI) di Jakarta, Rabu 9 Oktober 2024.

Walaupun kandungan kalsium susu ikan tidak setinggi susu sapi, Ekowati berpendapat, produk ini dapat menjadi alternatif sumber protein bagi masyarakat, terutama anak-anak yang intoleran terhadap laktosa. Kandungan protein dengan asam amino esensial yang lengkap dan protein pendek yang mudah diserap oleh tubuh disebutnya sebagai keunggulan."Produk ini sangat bermanfaat untuk anak-anak dan orang yang sedang dalam masa pemulihan dan membutuhkan asupan protein yang tinggi," katanya.

Ekowati menambahkan kolaborasi penelitiannya bersama Gizi Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) menggunakan model hewan (tikus). Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian susu ikan dapat mengaktifkan hormon pertumbuhan, "Dan secara signifikan meningkatkan panjang tubuh tikus tersebut." katanya.

Disebutkannya, ikan sudah dikenal sebagai sumber asam lemak esensial seperti DHA dan EPA, yang penting bagi kesehatan. Oleh karena itu, menurut Ekowati, produk hidrolisat atau susu ikan juga mengandung asam lemak esensial tersebut. Bahkan proses hidrolisis protein ikan diklaimnya membuat produk ini lebih aman dari alergen, serta menghasilkan peptida (protein pendek) aktif yang memiliki manfaat tambahan.

Advertising
Advertising

"Hal itu membuat susu ikan (hidrolisat) memiliki potensi besar sebagai pangan fungsional, seperti untuk membantu mencegah hipertensi, obesitas, dan sebagai imunostimulan," kata Ekowati.

Baca halaman berikutnya: proses pembuatan dan tantangannya

<!--more-->

Dalam proses pembuatan hidrolisat atau susu ikan diperlukan enzim protease. Sayang, hingga kini produksi enzim itu disebutkan Ekowati belum mencukupi dan belum sesuai untuk produksi susu ikan di Indonesia. Meskipun penggunaannya sedikit, ketergantungan pada produk impor masih menjadi tantangan dalam produksi susu ikan dalam negeri.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Ekowati menyampaikan bahwa saat ini sedang berupaya mendapatkan pendanaan melalui skema rumah program BRIN untuk pengembangan enzim lokal yang sesuai untuk produksi susu ikan. Dengan diproduksinya enzim lokal itu nantinya maka secara total produksi susu ikan dapat sepenuhnya dari bahan dalam negeri, dengan harapan lebih efisien dan mandiri.

Pabrik Susu Ikan Milik Swasta Terkendala Enzim Impor

Teknologi pengembangan susu ikan ini telah diaplikasikan oleh pihak swasta yakni Yayasan Berikan Protein Initiative sejak 2022 lalu. Chief Product and Development di yayasan itu, Iwa Sudarmawan, menjelaskan, saat ini pihaknya memiliki pabrik mini di Indramayu, Jawa Barat, dan telah mampu memproduksi susu ikan dengan kapasitas hingga 75 ton susu ikan per bulan. Jumlah itu setara dengan 3,75 juta botol dalam kemasan 125 mililiter.

Iwa menegaskan, susu ikan tidak ditujukan untuk menggantikan susu sapi, namun sebagai alternatif subsitusi sumber protein. "Di Indonesia saat ini susu dan daging masih banyak di suplai dari impor padahal kita memiliki potensi besar untuk mendukung kemandirian protein nasional dari sumber laut yang melimpah,” ujar Iwa.

Menurut Iwa, produk susu ikan pertama kali diluncurkan pada Agustus 2023 lalu, dan saat ini sedang dipasarkan secara luas. Selain melibatkan bioteknologi yaitu enzim pemecah protein ikan, produk akhirnya juga diformulasikan dengan perasa dan bahan lain agar lebih sesuai dengan selera masyarakat. Inovasi ini menjadi solusi untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia, sekaligus menggerakkan ekonomi sirkular di daerah penghasil ikan.

Diharapkan, pengembangannya dapat direplikasi di berbagai daerah di Indonesia. “Hal ini diharapkan mampu mendukung ekonomi lokal serta memberikan pilihan nutrisi berbasis protein ikan bagi masyarakat luas,” kata Iwa.

Pilihan Editor: Gelar Doktor HC Raffi Ahmad Tak Diakui, Dosen Unair Sorot Syarat dan Kriteria

Berita terkait

Badan Gizi Nasional Klarifikasi Pernyataan Adik Prabowo Soal Makan Bergizi Gratis Dua Kali Sehari

2 jam lalu

Badan Gizi Nasional Klarifikasi Pernyataan Adik Prabowo Soal Makan Bergizi Gratis Dua Kali Sehari

Kepala Badan Gizi Nasional mengklarifikasi program makan bergizi gratis yang disebut adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo dilakukan dua kali sehari.

Baca Selengkapnya

Longsor Tembok Perumahan di Kota Cimahi, Ini Kata Peneliti BRIN

3 jam lalu

Longsor Tembok Perumahan di Kota Cimahi, Ini Kata Peneliti BRIN

Longsor terjadi karena penanganan lereng yang kurang sesuai dengan standar.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ungkap Keunggulan Susu Ikan Dibanding yang Lain

12 jam lalu

Peneliti BRIN Ungkap Keunggulan Susu Ikan Dibanding yang Lain

Susu ikan diklaim memiliki berbagai keunggulan dari beberapa susu lain, seperti kambing, sapi, unta, dan kedelai. Simak kata peneliti BRIN.

Baca Selengkapnya

Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp 800 Miliar per Hari, Diklaim Butuh 1,5 Juta Tenaga Kerja

12 jam lalu

Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp 800 Miliar per Hari, Diklaim Butuh 1,5 Juta Tenaga Kerja

Badan Gizi Nasional mengklaim program Makan Bergizi Gratis senilai Rp 800 miliar per hari dapat menyerap 1,5 juta tenaga kerja

Baca Selengkapnya

Gibran Sebut Menu Makan Bergizi Gratis di SMAN 70 Jakarta Selatan Paling Mewah, Ini Menunya

17 jam lalu

Gibran Sebut Menu Makan Bergizi Gratis di SMAN 70 Jakarta Selatan Paling Mewah, Ini Menunya

Gibran memantau uji coba makan bergizi gratis di SMA Negeri 70 Jakarta Selatan. Sebut menunya paling mewah dan lengkap.

Baca Selengkapnya

Prabowo Kemungkinan Bakal Tambah Anggaran Makan Bergizi Gratis

20 jam lalu

Prabowo Kemungkinan Bakal Tambah Anggaran Makan Bergizi Gratis

Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Drajad Wibowo, mengatakan ada kemungkinan presiden terpilih menambah anggaran makan bergizi gratis lewat APBNP atau APBN Perubahan pada 2025

Baca Selengkapnya

Tim Peneliti BRIN Teliti Fungsi Fitoremediasi Tumbuhan Air di Danau Ledulu

1 hari lalu

Tim Peneliti BRIN Teliti Fungsi Fitoremediasi Tumbuhan Air di Danau Ledulu

Tim peneliti di BRIN meneliti tentang fitoremediasi, yaitu suatu metode yang digunakan pada air tawar untuk menghilangkan kontaminasi.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bagikan Kiat Memilih Pemimpin dalam Pilkada Era Digital, Apa Saja?

1 hari lalu

Peneliti BRIN Bagikan Kiat Memilih Pemimpin dalam Pilkada Era Digital, Apa Saja?

Tiga tip memilih pemimpin dalam Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Kepala Badan Gizi Nasional Jelaskan Alasan Makan Bergizi Gratis Dibagi Dua Kali Sehari

1 hari lalu

Kepala Badan Gizi Nasional Jelaskan Alasan Makan Bergizi Gratis Dibagi Dua Kali Sehari

Makan bergizi gratis akan dibagikan dua kali dalam sehari untuk siswa PAUD hingga SMA

Baca Selengkapnya

Prabowo akan Anggarkan Rp 1,2 Triliun per Hari untuk Makan Bergizi Gratis

1 hari lalu

Prabowo akan Anggarkan Rp 1,2 Triliun per Hari untuk Makan Bergizi Gratis

Prabowo Subianto akan anggarkan Rp 1,2 triliun per hari untuk menjalankan program makan bergizi gratis. Total anggaran Rp 400 triliun per tahun.

Baca Selengkapnya