Studi Biodiversitas: 66 Persen Hutan Tropis Dunia Memiliki Rezim Suhu Baru

Jumat, 18 Oktober 2024 14:09 WIB

Masyarakat adat dari suku Mura menunjukkan daerah gundul di tanah adat tak bertanda di dalam hutan hujan Amazon dekat Humaita, Negara Bagian Amazonas, Brasil 20 Agustus 2019. Foto diambil 20 Agustus 2019. Sejumlah kebakaran hutan berkobar selama berminggu-minggu dan menghancurkan hutan. Amazon Brasil, hutan hujan tropis terbesar di dunia yang menurut para ilmuwan perlindungan sangat penting untuk memerangi perubahan iklim. "Sampai tetes darah terakhir saya": Suku Amazon bersumpah untuk melindungi tanah suci.[REUTERS / Ueslei Marcelino]

TEMPO.CO, Jakarta - Hasil penelitian mengungkap bahwa iklim Bumi yang menghangat telah mempengaruhi dua pertiga atau 66 persen Kawasan Biodiversitas Kunci yang meliputi kawasan hutan tropis. Penelitian itu menganalisis tren suhu selama tiga dekade yang tersembunyi di bawah kanopi hutan di kawasan biodiversitas kunci di seluruh dunia.

Hasilnya menunjukkan pergeseran suhu di sebanyak 66 persen kawasan hutan tropis dan mereka telah mulai beradaptasi dengan suhu yang baru. Artinya, lebih dari 40 persen pengukuran suhu kini berada di luar kisaran yang tercatat sebelumnya di sana. Sementara 34 persen sisanya masih menikmati suhu lama. Para peneliti menduga tempat-tempat yang termasuk 34 persen ini dapat berubah menjadi tempat persembunyian penting bagi keanekaragaman hayati .

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Conservation Letters tepat di momen Konferensi Biodiversitas PBB atau COP CBD 2024 yang diselenggarakan di Kolombia, 21 Oktober-1 November, ini mengungkap fakta baru. Sejatinya, di bawah kanopi hutan tropis, kekayaan biodiversiitas terpelihara dalam iklim yang sangat stabil. Karenanya, rezim suhu tahunan yang baru bakal mengantar risiko tinggi spesies-spesies yang ada.

"Mereka mungkin hanya mampu menoleransi sedikit pemanasan di atas apa yang biasa mereka alami," kata Brittany Trew dari Institut Lingkungan dan Keberlanjutan di Kampus Penryn Exeter di Cornwall dikutip dari Earth.com, Jumat, 18 Oktober 2024.

Alexander Lees, pakar keanekaragaman hayati di Universitas Metropolitan Manchester, mengungkap risiko yang lain. Dia menyinggung jumlah modal politik dan ekonomi yang didedikasikan untuk melindungi keanekaragaman hayati sangat tidak memadai. Sementara proses seleksi kawasan konservasi yang selama ini sudah sulit kini harus mempertimbangkan pula dampak perubahan iklim yang sedang berlangsung di lokasi dalam penilaian prioritasnya.

Advertising
Advertising

Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Pasca2020 merupakan salah satu langkah untuk mengakui masalah ini. Kerangka kerja ini mengusulkan agar melestarikan setidaknya 30 persen dari luas daratan global pada 2030, dengan penekanan khusus pada kawasan biodiversitas kunci yang berharga.

Pemandangan kawasan hutan lembaga adat desa Pa'au di pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, 3 Oktober 2020. Selama perjalanan ke sana pengunjung akan bisa menikmati pemandangan pegunungan Meratus dengan hutan hujan tropis yang masih terjaga keasriannya. ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S

Penelitian ini juga mengungkap bahwa, di antara 34 persen kawasan biodiversitas kunci hutan tropis yang belum menghadapi rezim suhu baru, lebih dari separuhnya saat ini belum terlindungi. "Perlunya kebijakan iklim yang cerdas untuk menjaga tempat perlindungan yang berharga ini," kata Trew.

Trew dkk memanfaatkan pengukuran suhu, data satelit, dan model iklim mikro dalam penelitian ini. Perubahan suhu cukup tinggi terlihat di Afrika dan Amerika Latin dengan, masing-masing, 72 dan 59 persen hutan tropisnya memasuki rezim suhu baru. Asia dan Oseania menunjukkan perubahan yang lebih rendah, dengan 49 persen yang mengalami transisi.

Penelitian juga mengakui peran penting masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan bodiversitas kunci. Komunitas-komunitas yang sering kali tinggal di dalam atau dekat hutan tropis tersebut dinilai memiliki pengetahuan dan praktik tradisional yang sangat berharga yang dapat berkontribusi pada strategi konservasi keanekaragaman hayati yang efektif.

Hasil penelitian mendorong keterlibatan komunitas masyarakat dalam inisiatif konservasi, memastikan bahwa tindakan perlindungan relevan secara budaya dan berkelanjutan. Kolaborasi antara masyarakat lokal atau masyarakat adat, ilmuwan, dan pembuat kebijakan diharap dapat mendorong pendekatan yang lebih inklusif untuk menjaga seluruh kawasan biodiversitas kunci, memberdayakan mereka yang paling terdampak oleh perubahan lingkungan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pengambilan keputusan.

Pilihan Editor: Sisi Lain Bencana Hurikan Milton, Mereke yang Mendulang Cuan dari Menjual Kengerian

Berita terkait

PSN Food Estate Merauke, Doktor Supercepat Bahlil, dan Supermoon di Top 3 Tekno

10 jam lalu

PSN Food Estate Merauke, Doktor Supercepat Bahlil, dan Supermoon di Top 3 Tekno

Masyarakat adat Merauke keluhkan PSN food estate yang dinilai brutal. Bahlil bicara gelar doktor yang diraihnya supercepat.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat Merauke Tolak PSN Food Estate: Proyek Berlangsung Brutal

1 hari lalu

Masyarakat Adat Merauke Tolak PSN Food Estate: Proyek Berlangsung Brutal

Kelompok masyarakat adat asal Merauke, Papua Selatan, menyuarakan penolakannya terhadap Proyek Strategis Nasional (PSN) food estate.

Baca Selengkapnya

Komunitas Adat Tuntut Pemerintahan Prabowo Sahkan RUU Masyarakat Adat

5 hari lalu

Komunitas Adat Tuntut Pemerintahan Prabowo Sahkan RUU Masyarakat Adat

Selama sepuluh tahun terakhir, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara mencatat terdapat 687 konflik agraria di wilayah adat seluas 11,07 juta hektar.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Daftar Menteri Jokowi yang Dikabarkan Lanjut di Kabinet Prabowo, Manoj Punjabi Jadi Direktur Utama Net TV

6 hari lalu

Terpopuler: Daftar Menteri Jokowi yang Dikabarkan Lanjut di Kabinet Prabowo, Manoj Punjabi Jadi Direktur Utama Net TV

Pergantian pemerintahan dari Presiden Jokowi ke Presiden Terpilih Prabowo Subianto semakin dekat. Sejumlah nama menteri Jokowi dikabarkan masih ada.

Baca Selengkapnya

Gelar Aksi di Depan DPR, Masyarakat Adat Tagih Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat

6 hari lalu

Gelar Aksi di Depan DPR, Masyarakat Adat Tagih Janji Sahkan RUU Masyarakat Adat

Ratusan masyarakat adat dari berbagai wilayah berkumpul di depan Gedung DPR pagi ini, Jumat, 11 Oktober 2024. Tuntut pengesahan RUU Masyarakat Adat.

Baca Selengkapnya

Proyek Geothermal di Poco Leok, PLN Mengaku Sudah Sosialisasi dan Dapat Dukungan Warga

13 hari lalu

Proyek Geothermal di Poco Leok, PLN Mengaku Sudah Sosialisasi dan Dapat Dukungan Warga

PLN memberikan tanggapan atas bentrokan yang kembali terjadi antara aparat gabungan dengan masyarakat adat Poco Leok 2 Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Tambah Musik ke Status WhatsApp dan Bentrokan Poco Leok di Top 3 Tekno

13 hari lalu

Tambah Musik ke Status WhatsApp dan Bentrokan Poco Leok di Top 3 Tekno

Selain tambah musik ke status WhatsApp dan konflik yang memanas dari lokasi bakal proyek geothermal di Poco Leok, ada juga tips aplikasi download film

Baca Selengkapnya

Konflik Proyek Geothermal Poco Leok, Jurnalis Floresa Jadi Korban Kekerasan Polisi

13 hari lalu

Konflik Proyek Geothermal Poco Leok, Jurnalis Floresa Jadi Korban Kekerasan Polisi

Jurnalis yang juga Pemimpin Redaksi Floresa ditangkap dan dianiaya serta isi ponselnya digeledah saat meliput unjuk rasa masyarakat adat Poco Leok.

Baca Selengkapnya

Bentrok Lagi, Aparat dan Masyarakat Adat Poco Leok yang Tolak Proyek Geothermal PLN

14 hari lalu

Bentrok Lagi, Aparat dan Masyarakat Adat Poco Leok yang Tolak Proyek Geothermal PLN

Puluhan warga masyarakat adat dan seorang jurnalis disebut menjadi korban penggunaan kekuatan berlebih aparat. Didahului perintah Jokowi di Jakarta?

Baca Selengkapnya

Tanggapi Pelantikan DPR RI, AMAN: Kami Menunggu Pengesahan RUU Masyarakat Adat

16 hari lalu

Tanggapi Pelantikan DPR RI, AMAN: Kami Menunggu Pengesahan RUU Masyarakat Adat

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) meminta DPR yang dilantik hari ini segera mengesahkan RUU Masyarakat Adat.

Baca Selengkapnya