Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Studi: Eksploitasi dan Perubahan Iklim Tingkatkan Kadar Racun Logam di Laut

Reporter

image-gnews
Pemulung mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan di pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu, 13 Oktober 2024. Tumpukan sampah laut dan material dari hulu memenuhi objek wisata pantai itu pasca intensitas hujan tinggi tiga hari terakhir sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyulitkan perahu nelayan mendarat.  ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Pemulung mencari sampah yang masih bisa dimanfaatkan di pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Minggu, 13 Oktober 2024. Tumpukan sampah laut dan material dari hulu memenuhi objek wisata pantai itu pasca intensitas hujan tinggi tiga hari terakhir sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan menyulitkan perahu nelayan mendarat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah hasil studi mengungkapkan bahwa kadar logam di laut bisa menjadi lebih beracun karena aktivitas manusia. Aliran logam beracun seperti timbal dan merkuri masing-masing bisa meningkat 10 kali lipat dan tujuh kali lipat dibanding era praindustri.

Fakta tersebut dijelaskan dalam artikel ilmiah berjudul ’Climate Change Driven Effects on Transport, Fate and Biogeochemistry of Trace Element Contaminants in Coastal Marine Ecosystems’, yang dipublikasikan pada 4 Oktober 2024. Salah satu penulisnya, Sylvia G. Sander, menyebut unsur beracun, seperti perak, semakin terdeteksi di perairan pesisir.

“Berasal dari pembakaran batu bara dan meningkatnya penggunaan nanopartikel perak dalam produk antibakteri,” begitu isi tulisan Sylvia dalam penelitian tersebut, dikutip Earth.com, Senin, 14 Oktober 2024.

Studi tersebut merupakan hasil kerja para ahli yang tergabung dalam naungan United Nation Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental Protection (GESAMP), wadah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ihwal perlindungan lingkungan laut. Penelitian yang berfokus membahas kontaminan logam di lautan ini dipimpin oleh Rebecca Zitoun, seorang ahli kimia kelautan di Geomar Helmholtz Center for Ocean Research Kiel; serta Saša Marcinek dari Institut Ruer Boškovi di Zagreb.

Penggunaan plastik yang masif juga memperburuk masalah. Merujuk studi ini, plastik bisa mengikat logam berat seperti tembaga, seng, dan timbal, lalu masuk ke dalam rantai makanan. Seiring peningkatan eksploitasi lautan oleh manusia, jumlah logam berat itu meningkat jauh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lautan kini menghadapi ancaman ganda, yaitu perubahan iklim dan pencemaran lingkungan. Beberapa jenis logam seperti timbal, merkuri, kadmium, dan sebagainya tidak hanya masuk ke lautan melalui aktivitas industri atau pembakaran bahan bakar fosil, namun juga akibat faktor iklim.

Logam bertambah seiring naiknya permukaan air laut, mencairnya es laut dan gletser, serta sungai yang mengering dan meluap. “Hasilnya meningkatkan aliran dan mobilisasi kontaminan,” begitu bunyi ulasan Earth.com.

Rebecca Zitoun menyebut suhu laut yang semakin hangat, pengasaman laut, dan menipisnya oksigen, juga mempengaruhi unsur-unsur logam di hamparan air asin.  “Untuk lebih memahami dampaknya terhadap ekosistem dan kesehatan manusia, kita perlu menutup kesenjangan pengetahuan tentang interaksi antara polutan dan perubahan iklim,” katanya dalam studi tersebut.

Pilihan Editor: Setelah TUF A14, ASUS Resmi Luncurkan Laptop Gaming A16 di Indonesia

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

1 hari lalu

Citra satelit menunjukkan Badai Milton semakin kuat sebelum diperkirakan melanda Florida, di Teluk Meksiko pada 7 Oktober 2024. (CIRA/NOAA/Handout via REUTERS)
Hurikan Milton Terkuat Ketiga Sepanjang Sejarah Badai Atlantik, Tumbuh Tercepat Kedua

Badai yang mendapat kekuatan secepat Hurikan Milton berarti mempersempit waktu masyarakat untuk bersiap menyelamatkan diri.


Pakar Hukum UI Nilai Polisi akan Sulit Tangkap Cherry Lai Bos Brandoville Studios

3 hari lalu

Kwan Cherry Lai, 43 tahun, warga negara Cina dan Komisaris PT Brandoville Studios. Cherry Lai diduga melakukan penganiayaan  terhadap karyawannya. Foto: Istimewa
Pakar Hukum UI Nilai Polisi akan Sulit Tangkap Cherry Lai Bos Brandoville Studios

Bos perusahaan animasi Brandoville Studios, Cherry Lai, dilaporkan ke Polres Jakarta Pusat atas dugaan melakukan eksploitasi terhadap para pekerjanya.


Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

3 hari lalu

Ilustrasi pria diet. Shutterstock
Studi: Pola Makan Sedikit Lebih Efektif untuk Kesehatan Dibanding Diet Ekstrem

Ilmuwan dari The Jackson Laboratory (JAX) mendapati bahwa pola makan yang lebih sedikit bisa menjaga kesehatan. Hasil penelitian dengan ribuan tikus.


Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

3 hari lalu

Truk tiga sumbu. Shutterstock
Studi: Kendaraan Berat Penyumbang Terbesar Emisi Partikulat Sektor Transportasi Jakarta

Kendaraan berat, terutama truk, adalah penyumbang terbesar emisi partikulat (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), NOx, dan SO2.


Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

3 hari lalu

Ilustrasi hujan petir. skymetweather.com
Hujan Petir Diprakirakan Melanda Kota Besar dan Studi Menghapus Akun Facebook di Top 3 Tekno

Topik tentang BMKG melaporkan potensi hujan ringan disertai petir di sejumlah kota besar menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.


Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

4 hari lalu

Seorang pengguna Facebook login melalui ponselnya di sebuah kafe di Hanoi, Vietnam 19 November 2020. [REUTERS / Kham]
Studi: Hapus Facebook Bisa Tingkatkan Kesejahteraan, tapi Mengurangi Pengetahuan Politik

Dalam studi yang dipublikasikan Royal Society Open Science ini, ada plus minus dari pemanfaatan akun media sosial Facebook.


Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

5 hari lalu

Suasana lengang trotoar perkantoran kawasan Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri mengatakan, tidak ada surat edaran (SE) yang dikeluarkan tentang kebijakan work from home (WFH) bagi karyawan swasta. Kemnaker menyerahkan aturan tersebut ke masing-masing perusahaan. Kewajiban bagi ASN itu hanya diberlakukan selama dua hari mengingat arus balik libur Lebaran, yakni Selasa-Rabu, 16-17 April 2024. TEMPO/Subekti.
Studi: Pejalan Kaki Punya Risiko Celaka yang Tinggi saat Tidak Fokus

Studi University of British Columbia menemukan bahwa pejalan kaki punya risiko cidera lebih tinggi saat tidak fokus.


Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

6 hari lalu

Ilustrasi depresi. Shutterstock
Studi: Trauma Masa Kecil Bisa Sebabkan Rasa Sakit Fisik hingga Depresi di Usia Lanjut

Sebuah studi menunjukkan bahwa trauma masa kecil dapat berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental seperti depresi, di usia lanjut.


Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Victor Gustaaf Manoppo (kedua kanan) dalam Regional Dialogue on Ocean-Based Climate Action (OBCA) di Jakarta, pada Rabu 9 Oktober 2024. Dok. KKP
Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Negara Asia Pasifik untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mewakili Indonesia dalam pertemuan dengan negara-negara Asia Pasifik mendiskusikan langkah-langkah kolaboratif di tingkat regional guna mempersiapkan tantangan perubahan iklim dengan menhadirkan solusi inovatif lewat pendekatan berbasis laut pada Regional Dialogue on Ocean-Based Climate Action atau OBCA, yang digelar di Bangkok, pada Kamis, 19 September 2024.


BNPB Siapkan Aturan Penyaluran Pooling Fund Bencana

6 hari lalu

Ilustrasi BNPB. Shutterstock
BNPB Siapkan Aturan Penyaluran Pooling Fund Bencana

BNPB menyiapkan aturan penyaluran dana bersama atau pooling fund bencana (PFB) yang bisa dipakai dalam antisipasi dan penanganan bencana.