Beberkan Positif-Negatif Kabinet Gemuk, Dosen Unair Menilai Langkah Prabowo Berani tapi ...

Jumat, 25 Oktober 2024 23:37 WIB

Presiden Prabowo Subianto saat menyampaikan arahan dalam retret Kabinet Marah Putih di kompleks Akademi Militer atau Akmil Magelang, Jawa Tengah, Jumat, 25 Oktober 2024. Dok. Tim Media Prabowo

TEMPO.CO, Surabaya - Pakar politik Universitas Airlangga (Unair) Ali Sahab menegaskan penilaian bahwa Kabinet Merah Putih adalah upaya Presiden Prabowo Subianto untuk merangkul berbagai kelompok politik dan memastikan stabilitas koalisi. Kabinet yang terdiri dari 48 menteri dan 56 wakil menteri itu menjadikannya yang tergemuk sejak era Orde Baru hingga Reformasi.

Ali menjelaskan kabinet gemuk seperti itu memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, stabilitas politik relatif stabil. "Dampak negatifnya, gemuknya kursi menteri berdampak pada anggaran dan potensi konflik internal,” katanya melalui keterangan yang dibagikannya, Jumat 25 Oktober 2024.

Ali memberi contoh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipecah menjadi tiga: Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, serta Kementerian Kebudayaan. “Kesan pemecahan ini tampak lebih mencarikan posisi partai koalisi,” kata dia.

Ali juga menyoroti tantangan anggaran yang akan muncul seiring bertambahnya jumlah kementerian. Menurut dia, penghematan anggaran perlu dilakukan karena kondisi keuangan APBN akan semakin berat ke depannya dengan penambahan kementerian.

Selain itu, pemecahan kementerian dapat menyebabkan kewenangan yang tumpang tindih. “Sehingga, efektivitas kinerja pemerintahan dapat berkurang,” ucap Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair itu.

Advertising
Advertising

Dia juga mengingatkan pentingnya kontrol dalam demokrasi. Sebab, kabinet gemuk yang terlihat mengakomodir semua kepentingan politik dan koalisi ini tampak berbahaya jika tidak dikontrol. “Prabowo ingin semua pihak bersatu, namun kontrol dalam demokrasi juga penting untuk meluruskan jika ada kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat,” katanya.

Ali menyimpulkan, keputusan Prabowo untuk memperbanyak kementerian dan menambah posisi wakil menteri merupakan langkah yang berani. Tapi, dia menambahkan, "Pada akhirnya, efektivitas pemerintahan tidak hanya bergantung pada jumlah menteri, tapi cara mereka bekerja untuk kepentingan rakyat."

Sebagai informasi, jumlah kementerian di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Undang-undang ini membagi kementerian dalam tiga kelompok, yakni kementerian fungsional, kementerian pendukung utama, dan kementerian koordinator. Undang-undang ini direvisi pada pada September lalu sehingga batasan jumlah kementerian dihapus dan presiden memiliki fleksibilitas penuh untuk menambah sesuai kebutuhan politik atau ekonomi.

Pilihan Editor: Peringkat menurut UTBK, SMA Taruna Nusantara di Kabinet Prabowo Bukan yang Terbaik di Magelang

Berita terkait

Begini Prosesi dan Menu Gala Dinner Retreat Kabinet Prabowo di Akmil Magelang

6 jam lalu

Begini Prosesi dan Menu Gala Dinner Retreat Kabinet Prabowo di Akmil Magelang

Presiden Prabowo menggelar gala dinner di Akmil Militer. Ini menu dan prosesi yang diikuti Kabinet Merah Putih.

Baca Selengkapnya

Prabowo Gelar Gala Dinner di Akmil Magelang: Saya Sengaja Bawa Menteri

7 jam lalu

Prabowo Gelar Gala Dinner di Akmil Magelang: Saya Sengaja Bawa Menteri

Prabowo mengatakan bahwa ia sengaja mengajak para menteri ke Lembah Tidar untuk melihat taruna muda sebagai masa depan bangsa.

Baca Selengkapnya

Pemutihan Utang Petani dan Nelayan: Pernah Jadi Janji Ganjar, Kini Dilaksanakan Prabowo

7 jam lalu

Pemutihan Utang Petani dan Nelayan: Pernah Jadi Janji Ganjar, Kini Dilaksanakan Prabowo

Presiden Prabowo akan memutihkan utang enam juta petani dan nelayan kepada perbankan sejak krisis moneter 1998, yang sempat jadi janji kampanye Ganjar

Baca Selengkapnya

3 Faktor Penyebab Presiden Terpilih Bentuk Koalisi Gemuk Menurut CSIS

8 jam lalu

3 Faktor Penyebab Presiden Terpilih Bentuk Koalisi Gemuk Menurut CSIS

CSIS menyebut setidaknya ada tiga faktor yang bisa membuat presiden membentuk koalisi gemuk.

Baca Selengkapnya

Ragam Pendapat Soal Pembekalan Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang

8 jam lalu

Ragam Pendapat Soal Pembekalan Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang

Prabowo menekankan retret di Akmil Magelang merupakan the military way yang biasa dilakukan di pemerintahan dan perusahaan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef Sebut Prabowo Tak Prioritaskan Pembangunan IKN: Pilih Program Makan Bergizi Gratis yang Lebih Berdampak

8 jam lalu

Ekonom Indef Sebut Prabowo Tak Prioritaskan Pembangunan IKN: Pilih Program Makan Bergizi Gratis yang Lebih Berdampak

Ekonom Indef Esther Sri Astuti menyebut pemerintah baru akan memilih program makan bergizi gratis daripapa IKN yang pembangunannya butuh puluhan tahun

Baca Selengkapnya

Peringkat menurut UTBK, SMA Taruna Nusantara di Kabinet Merah Putih Bukan yang Terbaik di Magelang

8 jam lalu

Peringkat menurut UTBK, SMA Taruna Nusantara di Kabinet Merah Putih Bukan yang Terbaik di Magelang

Peringkat SMA Taruna Nusantara sempat melonjak tinggi beberapa tahun lalu, meski bukan yang terbaik untuk tingkat Kota Magelang sekalipun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Mulai Cari Kantor untuk Kementerian di Kabinet Prabowo

8 jam lalu

Sri Mulyani Mulai Cari Kantor untuk Kementerian di Kabinet Prabowo

Setelah resmi ditunjuk sebagai Menteri Keuangan, Sri Mulyani mulai bekerja, termasuk mempersiapkan kantor-kantor bagi kementerian baru.

Baca Selengkapnya

Analis: Penetapan Kolonel Anton Pallaguna sebagai Ajudan Prabowo Sudah Tepat

8 jam lalu

Analis: Penetapan Kolonel Anton Pallaguna sebagai Ajudan Prabowo Sudah Tepat

Simon mengatakan, penetapan Kolonel Anton Pallaguna sebagai ajudan Prabowo sudah tepat. Anton disebut memiliki pengalaman cemerlang.

Baca Selengkapnya

Di Depan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palu, Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Sebut Indonesia Kurang Orang Jujur

8 jam lalu

Di Depan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Palu, Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Sebut Indonesia Kurang Orang Jujur

Eks penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap menyebut Indonesia tidak kekurangan orang pintar, namun kekurangan orang jujur.

Baca Selengkapnya