Emas Detektor Kanker Paru  

Reporter

Editor

Minggu, 13 September 2009 22:00 WIB

Detektor kanker
TEMPO Interaktif, Jakarta - KANKER paru-paru menjadi penyakit mematikan nomor satu di Indonesia dan dunia saat ini. Setiap tahun 1,3 juta orang meninggal di dunia karena penyakit ini. Sebanyak 70 persen pengidap adalah mereka yang mengisap rokok. Celakanya, kanker paru belum bisa dideteksi sejak awal.

Akibatnya, para penderita baru diketahui mengidap kanker setelah tumor itu menjalar ke jaringan lain. Tapi, pada zaman teknologi nano seperti sekarang, kebuntuan itu pecah. Para ahli di Institut Teknologi Israel di Haifa menemukan dan menciptakan detektor kanker paru-paru canggih. Dicoba pada 40 orang sehat dan 50 orang yang diduga terkena kanker, seperti termuat dalam jurnal Nature Nanotechnology edisi awal September 2009, alat itu sukses mendeteksi paru yang sehat dan yang ditumbuhi virus.

Menurut Hossam Haick, peneliti yang menemukannya, alat buatannya ini pertama di dunia. Alat-alat sebelumnya--termasuk yang dipakai dunia kedokteran--adalah pendeteksi kanker yang menganalisis karbon dari napas pasien. Harus dimasukkan ke mulut, kemungkinan bercampur dengan oksigen saat dianalisis, sehingga hasilnya kurang akurat.

Alat buatan Hossam berupa microchip emas. Chip ini ditempelkan di tubuh untuk mendeteksi jumlah karbon yang diembuskan ketika bernapas. Jumlah itu akan menggetarkan lapisan emas dalam chip, lalu mengirim sinyal ke komputer untuk menghasilkan gambar. Analisis zat karbon itulah yang akan memberi tahu apakah paru-paru sudah terkena kanker.

Dalam percobaan itu deteksinya akurat karena hasilnya tak beda dengan hasil alat konvensional. Hossam mengklaim alatnya jauh lebih murah, portabel, lebih cepat cara kerjanya. "Alat ini diciptakan untuk deteksi dini kanker agar pengobatannya lebih mudah dan cepat," kata dosen senior di Fakultas Teknik Kimia Russell Berrie Nanotechnology Institute ini.

Temuan Hossam ini dipuji kalangan akademisi kedokteran di seluruh dunia. Tapi beberapa ahli menyatakan masih ragu akan akurasinya. "Ini sangat potensial dikembangkan, tapi butuh lebih banyak uji coba sebelum dipakai secara massal," kata Tony Cass, ahli teknik biomedis di Imperial College, London, Inggris, seperti dikutip Giz Magazine.

Berita terkait

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

8 jam lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

1 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

4 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

5 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

7 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

11 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

12 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

12 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

14 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

17 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya