Roti untuk Dunia

Reporter

Editor

Rabu, 16 September 2009 00:22 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta - Norman Ernest Borlaug adalah satu-satunya orang hingga kini yang mendapat Nobel Perdamaian atas kontribusinya dalam bidang pertanian dan produksi pangan. Roti untuk dunia yang lapar itulah yang membuat Aase Lionaes dan koleganya di Komite Nobel Perdamaian pada 29 tahun yang lalu tak sungkan memilih Borlaug. "Kami memilihnya dengan harapan, menyediakan makanan juga bisa memberi damai kepada dunia," kata Lionaes ketika menyerahkan hadiah.

Kesuksesannya dalam memicu Revolusi Hijau di periode 1960-an memang bertepatan dengan ancaman bencana kelaparan massal gara-gara populasi dunia yang membludak. Seperti yang diungkap B.R. Barwale, ahli pertanian terkemuka di India, misalnya. Peraih World Food Prize 1998 itu mengatakan," Varietas-varietas gandum berproduksi tinggi dan tahan penyakit telah menyelamatkan jutaan nyawa, bukan cuma di India, tapi banyak negara penanam gandum."

Adapun Borlaug sering mengatakan bahwa gandum hanya satu fasilitas menuju tujuan hidupnya: membantu memperbaiki kehidupan manusia lainnya. "Kita harus menyadari fakta bahwa makanan yang berkecukupan hanyalah syarat pertama untuk kehidupan," katanya. Dia juga menunjuk syarat-syarat dasar berikutnya, yakni pendidikan, pekerjaan, perumahan, pakaian, serta kesehatan.

Dalam buku biografinya yang berjudul The Man Who Fed the World (2006), Borlaug juga meminta setiap pemerintahan menerapkan kebijakan ekonomi yang ramah terhadap petani. Tidak lupa infrastruktur agar diperbaiki demi kemudahan akses ke pasar.

Sarjana kehutanan yang memperkaya ilmunya dalam bidang patologi tanaman itu sebenarnya pernah bekerja untuk DuPont sebagai mikrobiolog. Tapi profesor yang yang selalu meminta mahasiswanya rajin turun ke ladang--bukan diam di laboratorium--itu memilih bergabung dengan Rockefeller Foundation.

Bersama yayasan itu, Borlaug mengabdikan dirinya mengembangkan jenis dan produksi tanaman gandum di Meksiko sejak 1944 sampai 1960. Ia mulai dengan eksperimen varietas HYV yang tumbuh pendek, tapi lebih rimbun dan lebih tahan penyakit sebelum pergi ke India dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Afrika.

Pada akhirnya memang bukan cuma gandum yang diutak-atik profesor, tapi juga jenis tanaman pangan lainnya yakni padi dan jagung. Terutama di India dan Pakistan, varietas-varietas baru ciptaan Borlaug dan timnya terbukti mampu berproduksi sampai lebih dari empat kali lipat varietas sebelumnya.

Kritik tentang rekayasa genetika yang digunakan mungkin masih bisa dihadapinya. Namun, Profesor Swaminathan, bekas anggota tim yang pernah bersama Borlaug selama lima dekade, mengungkapkan, ternyata justru pernah sakit hati oleh perlakuan pemerintahnya sendiri. Gara-garanya, ia menyerukan India agar lekas swasembada dan membebaskan diri dari impor gandum. Saat itu India memang mengimpornya dari Amerika Serikat.

Borlaug kecewa berat atas kegagalannya di Afrika. "Kecuali ada keamanan dan perdamaian, tidak akan pernah ada peningkatan produksi (pangan) di sana," kata Borlaug jengkel seperti diungkapkannya kepada Swaminathan.

WURAGIL | BERBAGAI SUMBER

Berita terkait

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

3 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

14 hari lalu

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

APEC Workshop ini diikuti oleh para delegasi negara di kawasan Asia Pacifik.

Baca Selengkapnya

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

18 hari lalu

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

Harga komoditas pangan seperti daging, telur, cabai, dan garam turun pada Senin, 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

21 hari lalu

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

Holding BUMN Pangan ID FOOD memastikan ketersediaan pasokan pangan selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

25 hari lalu

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

PLN dan BNI menghadirkan 1.500 paket sembako harga murah Rp 59 ribu untuk pengemudi Ojol dan masyarakat umum.

Baca Selengkapnya

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

26 hari lalu

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2024, sejumlah harga bahan pokok kian melonjak. Per 7 April 2024, Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat mencatat harga daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, dan bawang putih masih naik.

Baca Selengkapnya

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

29 hari lalu

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

Analis Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini makin merosot menyentuh level Rp 15.910 sampai Rp 15.960.

Baca Selengkapnya

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

31 hari lalu

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

Emiten pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk. mencetak laba bersih tahun berjalan senilai Rp 420,07 miliar sepanjang 2023.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

37 hari lalu

Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

Ombudsman RI meminta pemerintah memperpanjang bantuan pangan hingga Desember 2024.

Baca Selengkapnya

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

38 hari lalu

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

Harga bahan pokok terkini, sebagian besar mengalami kenaikan, seperti beras dan cabai.

Baca Selengkapnya