Pelindung dari South of Market

Reporter

Editor

Senin, 28 Desember 2009 11:20 WIB

.

TEMPO Interaktif, Jakarta - "Semoga keberuntungan Twitter mengiringi kami," kata John Hering, Chief Executive Lookout, di kantornya di kawasan South of Market, San Francisco. Pekan lalu, Lookout memang pindah kantor dari Orange County di California Selatan. Mereka menempati bekas kantor perusahaan Twitter di San Francisco.

Lookout kini jadi buah bibir. Maklum, sejumlah investor ternama menggerojokkan dana US$ 5,5 juta kepadanya. Mereka adalah Khosla Ventures, Trilogy Partnership, Phil Paul (pendiri Paul Capital Partners), Chris Sacca (mantan Kepala Inisiatif Khusus Google), dan Joseph Ansanelli (mantan Chief Executive Vontu).

Perusahaan ini menawarkan jasa dan keamanan bagi telepon seluler pintar. Selain itu, kemampuan mencari perangkat yang hilang atau dicuri. "Saat ini layanan Lookout masih versi beta di 170 negara dengan 400 jaringan bergerak (mobile)," kata Hering. Bulan depan mereka mulai menawarkan kepada publik dengan cara berlangganan.

Lookout didirikan tiga anak muda. Selain Hering, ada Kevin Mahaffey dan James Burgess. Ketiganya bertemu saat masih menjadi mahasiswa di University of Southern California. Selama lima tahun mereka bekerja sama mengutak-atik gadget bergerak dan menemukan aneka kerentanan. Merekalah yang mengungkap kelemahan iPhone ketika menerapkan Bluetooth. Pada 2004, ketiganya memecahkan rekor dunia hacking ponsel lebih dari satu mil jauhnya melalui Bluetooth.

Di perusahaan ini, Kevin Mahaffey berperan sebagai chief technology officer. Mereka tidak khawatir terhadap masuknya Symantec dan McAfee ke bisnis ponsel. Menurut Hering, perusahaan lain lebih banyak menggunakan pendekatan berbasis komputer personal (PC). "Kami melindungi perangkat dan data dengan basis multiplatform," ujarnya.

Software Lookout, ujar Hering, melindungi dari aplikasi buruk dan tidak sah. Selain itu, serangan melalui Wi-Fi atau Bluetooth. Boleh jadi perangkat lunak yang menarik adalah pelacak ponsel yang hilang. Bukan apa-apa, pemilik dapat menggunakan aplikasi web untuk membuat ponsel pintar tersebut "berteriak" atau berdering keras seperti suara sirene sehingga mengganggu orang di sekelilingnya.

Jika ponselnya dicuri, mereka dapat melacaknya melalui peta online. Pemilik dapat menarik aplikasi Find My Device Web untuk melihat keberadaan ponselnya. Mereka dapat menguncinya agar si pencuri tidak dapat menggunakan atau mengakses data. Tak hanya itu, data dalam ponsel juga dapat dihapus. Jika perangkat ditemukan, data tersebut dapat dikembalikan. Aplikasi ini merupakan kombinasi global positioning system, cell tower, dan teknologi Wi-Fi untuk melacak perangkat.

Menurut Hering, ponsel pintar merupakan platform komputasi saat ini dan masa depan, bahkan menjadi platform utama. Gadget ini selalu berada dalam saku dan mudah dibawa ke mana-mana. Tak banyak perangkat elektronik yang memiliki kekuasaan dan hubungan pribadi sepenting ponsel. Untuk pengamanan, ia berpromosi, perlu ada pelindung.

UNTUNG WIDYANTO | CNET

Berita terkait

Michael Lin, Mundur dari Netflix karena Bosan Meski Bergaji Rp 500 Juta Sebulan

17 Juni 2022

Michael Lin, Mundur dari Netflix karena Bosan Meski Bergaji Rp 500 Juta Sebulan

Michael Lin, mantan senior software engineer di Netflix, resign dari pekerjaannya karena bosan. Bergaji Rp 500 juta sebulan.

Baca Selengkapnya

Soal Antivirus dan IT DKI, Kadis Dukcapil Mau Blak-blakan di DPRD

7 Oktober 2019

Soal Antivirus dan IT DKI, Kadis Dukcapil Mau Blak-blakan di DPRD

Kepala Dinas Dukcapil DKI Jakarta Dhany Sukma tak banyak mengomentari gaduh tingginya anggaran pembelian antivirus dan software IT.

Baca Selengkapnya

Gaduh Anggaran Antivirus, IT Disdukcapil DKI, FITRA: Pemborosan

7 Oktober 2019

Gaduh Anggaran Antivirus, IT Disdukcapil DKI, FITRA: Pemborosan

Peneliti FITRA, Gunardi Ridwan, menilai anggaran Rp 12 miliar untuk pembelian lisensi, antivirus, dan server di DKI sebagai bentuk pemborosan.

Baca Selengkapnya

Januari 2018, E-Book dan Software Online Kena Bea masuk

11 Desember 2017

Januari 2018, E-Book dan Software Online Kena Bea masuk

Begitu masa moratorium WTO habis, pemerintah mengenakan bea masuk untuk intangible goods seperti e-Book dan Software yang diimpor secara online.

Baca Selengkapnya

Tawarkan Aplikasi Keamanan, CEO BlackBerry Temui Menkominfo

9 Agustus 2017

Tawarkan Aplikasi Keamanan, CEO BlackBerry Temui Menkominfo

Blackberry menjual software keamanan yang dipakai di beberapa negara.

Baca Selengkapnya

LinkedIn Lite Kini Hadir di Indonesia

5 Agustus 2017

LinkedIn Lite Kini Hadir di Indonesia

LinkedIn Lite mempermudah pengguna untuk terhubung ke berbagai peluang ekonomi dan karier dengan bandwidth internet yang rendah.

Baca Selengkapnya

Berita Teknologi: Xiaomi Resmi Luncurkan MIUI 9

26 Juli 2017

Berita Teknologi: Xiaomi Resmi Luncurkan MIUI 9

Laman berita teknologi GSM Arena mengabarkan Xiaomi resmi
meluncurkan tampilan user-interface terbaru, MIUI 9, di Beijing,
Cina.

Baca Selengkapnya

Adobe Akan Menghentikan Distribusi Flash pada 2020

26 Juli 2017

Adobe Akan Menghentikan Distribusi Flash pada 2020

Adobe mendorong pembuat konten untuk memindahkan konten flash ke
format HTML5, WebGL, dan WebAssembly.

Baca Selengkapnya

Aplikasi Mobile MySleekr Bantu Ciptakan Kenyamanan Karyawan

25 Juli 2017

Aplikasi Mobile MySleekr Bantu Ciptakan Kenyamanan Karyawan

Aplikasi MySleekr dapat digunakan untuk mengajukan cuti, klaim, reimbursement, mengakses slip gaji digital, hingga data kontak rekan kerja.

Baca Selengkapnya

Microsoft Paint Segera Berakhir dengan Pembaruan Windows 10

25 Juli 2017

Microsoft Paint Segera Berakhir dengan Pembaruan Windows 10

Paint secara resmi diklasifikasikan oleh Microsoft sebagai fitur usang dan bakal dihapus dalam pembaruan mendatang.

Baca Selengkapnya