TEMPO Interaktif, Jakarta - Operator jaringan selular kini giat menerapkan penggunaan teknologi dengan sumber energi alternatif untuk pengoperasian Base Transceiver Station (BTS)-nya. Seperti yang dilakukan oleh PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), yang akan menambah 39 BTS ramah lingkungan dengan memanfaatkan energi matahari.
Sebelumnya Telkomsel telah membangun 132 BTS ramah lingkungan di seluruh Indonesia. General Manager Radio Operation and Power System Telkomsel Iwan Chairul mengatakan 132 BTS tersebut telah beroperasi dengan memanfaatkan tenaga matahari. “Sehingga pasokan energi untuk pengoperasian BTS tetap terjaga,” ujarnya dalam acara Go Green BTS Telkomsel di rumah makan Pulau Dua Senayan, Kamis (18/2).
Telkomsel mulai mengoperasikan BTS ramah lingkungan ini di Pulau Senayang, Kepulauan Riau mulai kemarin. BTS Hijau Telkomsel, kata Iwan tersebar di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Yakni Sumatera (33 BTS), Jawa (22 BTS), Bali Nusa Tenggara (23 BTS), Kalimantan (18 BTS), dan Sulawesi Maluku Papua (36 BTS).
Menurut Iwan, keseluruhan BTS tersebut memperoleh sumber energi ramah lingkungan sesuai dengan standar Telkomsel yang biasa digunakan di industri telekomunikasi selular. “Sekitar 0,115 MegaWatt atau hampir setara dengan 100 genset konvensional berkapasitas 20 kVA.” kata Iwan.
Iwan juga mengatakan selain menggunakan tenaga matahari, Telkomsel juga mengimplementasikan teknologi fuel cell dengan memanfaatkan bahan bakar hidrogen di wilayah Sumatera. Teknologi ini dipakai karena mempunyai beberapa keunggulan seperti tidak bising karena tidak terdapat komponen bergerak, tidak polutan (tidak beracun dan tidak berbau). Hal ini karena zat buangan yang ditimbulkan adalah H2O alias unsur air, dan memiliki efisiensi proses yang jauh lebih baik dibanding dengan sistem konvensional.
Rencananya Telkomsel juga akan mengembangkan BTS dengan sumber energi alternatif lain yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Seperti BTS micro hydro yang memanfaatkan aliran sungai di sekitar BTS. Selain itu, Telkomsel juga akan mengembangkan BTS yang memanfaatkan bahan bakar organik (biofuel).
Iwan menyebut penggunaan BTS hijau ini yang terbanyak di seluruh Asia. Dengan energi alternatif ini, kata Iwan, juga untuk mendukung efisiensi penggunaan listrik saat ini. Selain itu juga mendukung masyarakat di wilayah pelosok tidak terisolir dan menjangkau komunikasi dan informasi.
Dian Yuliastuti