Snowmageddon Meluncur pada Musim Panas  

Reporter

Editor

Senin, 22 Februari 2010 06:26 WIB

TEMPO Interaktif, Washington - Bekas tumpukan salju masih tampak di sejumlah sudut kota Washington, Baltimore, dan Philadelphia. Sejumlah pihak menyebut peristiwa ini sebagai snowmageddon dan snowpocalypse--merujuk pada judul film tentang bencana dan peperangan, yakni Armageddon dan Apocalypse Now.

Memang, pada 5-6 Februari, badai salju terekam setebal 17,8 sentimeter di ibu kota negara adidaya ini. "Angka ini urutan keempat dari 10 badai salju terbesar di Washington sepanjang 100 tahun belakangan," kata Jeff Masters, ahli meteorologi, dalam blognya yang terkenal, Weather Underground. Sebulan sebelumnya (19-20 Desember 2009), curah salju setebal 16,4 sentimeter terjadi di Washington atau urutan kedelapan.

Di Philadelphia, pada waktu yang sama, snowmageddon badai salju terekam setebal 28,5 sentimeter. Angka ini berada di urutan kedua dari 10 badai salju terbesar di Philadelphia sepanjang 100 tahun terakhir. Sedangkan pada 19-20 Desember 2009, snowpocalypse tercatat 23,2 sentimeter dan berada di urutan ketiga. Urutan pertama badai salju terbesar terjadi pada 7-8 Januari 1996, yang tercatat 30,7 sentimeter. Di Kota Baltimore, badai salju belakangan ini juga masuk 10 besar dari bencana sejenis sejak 1900.

Masters memang meneliti musim dingin sepanjang Desember 2009 hingga akhir pekan pertama Februari 2010. Berdasarkan catatannya, musim dingin kali ini di Baltimore, Washington, Philadelphia, Atlantic City, dan Wilmington memecahkan rekor dari periode sebelumnya.

Di Baltimore, misalnya, tercatat 79,9 sentimeter lebih tinggi dibanding rekor lama 62,5 sentimeter pada musim dingin sepanjang 1995-1996. Lalu, di Washington DC National Airport tercatat 55,9 sentimeter--rekor lama sebesar 54,4 sentimeter terjadi pada musim dingin sepanjang 1898-1899. Di Bandar Udara Washington Dulles VA tercatat 75,0 sentimeter, sedangkan rekor sebelumnya, 61,9 sentimeter, sepanjang 1995-1996.

Di Wilmington DE tercatat 66,7 sentimeter lebih tinggi ketimbang catatan sebelumnya, 55,9 sentimeter, pada sepanjang 1995-1996. Lalu, di Philadelphia PA tercatat 71,6 sentimeter, memecahkan rekor lama, 65,5 sentimeter, pada 1995-1996. Adapun di Atlantic City, NJ tercatat 49,9 sentimeter, melebihi musim dingin sepanjang 1966-1967 dengan 46,9 sentimeter.

Biasanya rata-rata curah hujan salju untuk kota-kota tersebut mencapai 16-22 sentimeter. "Hujan salju pada musim dingin kali ini setara dengan apa yang ada di Anchorage, Alaska, dan Portland Maine," kata Masters. Dua kota di utara Amerika Serikat itu umumnya menerima curah hujan salju berkisar 70 sentimeter. Mengingat musim dingin belum berakhir, Masters khawatir bakal lebih banyak lagi tumpahan hujan salju.

Snowmageddon dan snowpocalypse ini menimbulkan pertanyaan di negara Abang Sam. Maklum, World Meteorological Organization dan NASA Goddard Institute for Space Studies mencatat 2000-2009 sebagai dekade terpanas sepanjang pencatatan iklim secara modern. Tahun 2009 bahkan terekam sebagai tahun terpanas kedua setelah 2005. "Perubahan iklim menyebabkan badai salju terjadi lebih sering dan lebih besar," tulis time.com.

Analisis yang dibuat Masters makin menguatkan sinyalemen tersebut. Bukan apa-apa, 10 badai salju terbesar di kota-kota yang diteliti Masters terjadi pada musim dingin setelah 1980-an. Pengecualian hanya saat badai salju yang terjadi pada 27-28 Januari 1922.

Akhir tahun lalu, keluar US Climate Impacts Report. Pada laporan ini terekam bahwa sepanjang 50 tahun terakhir badai salju skala besar bergerak perlahan ke arah utara Amerika. Sedangkan frekuensi badai di lintang tengah menurun sebagai akibat iklim yang menghangat. Secara teoretis, ini merupakan fenomena pemanasan global, ketika udara panas menyimpan lebih banyak uap air. Ketika badai terjadi, uap air dingin atau salju yang terkumpul banyak itu terlepaskan.

Tak hanya di Amerika Serikat, badai salju juga menerjang Korea Selatan dan Afganistan. Di Seoul, salju menutupi hampir seluruh kota yang belum pernah terjadi sejak 50 tahun terakhir. Di Afganistan, longsoran salju di Pegunungan Hindu Kush menewaskan 166 jiwa, yang tengah berada di jalan raya Salang Pass.

Masters, yang mengutip Scientific American and The Book, Natural Disasters and How We Cope, menyebutkan, kecelakaan di Afganistan itu masuk 10 besar bencana salju di dunia. Di Amerika, bencana salju longsor terburuk terjadi di Wellington, Washington, pada 1 Maret 1910, yang menewaskan 96 orang, yang berada di dalam kereta api dan stasiun.

UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

7 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

10 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

11 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

11 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

16 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

22 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

25 hari lalu

Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.

Baca Selengkapnya

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

29 hari lalu

Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco

Baca Selengkapnya

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

34 hari lalu

Jakarta dan Banten Masuki Puncak Kemarau pada Agustus 2024, Mundur Akibat Gejolak Iklim

Jakarta dan Banten diperkirakan memasuki musim kemarau mulai Juni mendatang, dan puncaknya pada Agustus. Sedikit mundur karena anomali iklim.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

40 hari lalu

Masyarakat Adat di IKN Nusantara Terimpit Rencana Penggusuran dan Dampak Krisis Iklim, Begini Sebaran Wilayah Mereka

AMAN mengidentifikasi belasan masyarakat adat di IKN Nusantara dan sekitarnya. Mereka terancam rencana investasi proyek IKN dan dampak krisis iklim.

Baca Selengkapnya