Mengapa Terumbu Karang Dunia Sekarat  

Reporter

Editor

Rabu, 31 Maret 2010 18:03 WIB

Terumbu karang
TEMPO Interaktif, Corvallis - Terungkapnya biologi dasar koral dalam beberapa tahun terakhir membantu menjelaskan mengapa terumbu karang di seluruh dunia mulai menyusut dan mati. Pengetahuan itu juga memberi tahu para ilmuwan apa yang dapat dilakukan agar terumbu karang dapat selamat menghadapi perubahan iklim dan pengasaman laut.

Perubahan iklim yang tengah terjadi ternyata mengganggu sistem komunikasi biologis unik maupun kompleksitas genetik karang, yang menyaingi manusia. Satu-satu cara mereka dapat selamat dan berfungsi dengan baik adalah hubungan simbiosis yang saling menguntungkan dengan ganggang yang hidup dalam tubuh karang tersebut.

"Setelah menjalani kehidupan yang terbilang sukses selama 250 juta tahun, gangguan sistem biologis dan sistem komunikasi itu adalah penyebab utama terjadinya pemutihan karang dan runtuhnya ekosistem terumbu karang di seluruh dunia," kata para ilmuwan dalam jurnal Science.

Koral adalah binatang kecil yang makan dan dapat mempertahankan diri serta membunuh plankton sebagai makanannya. Dalam proses metabolisme itu, mereka mengeluarkan sekret kalsium karbonat yang menjadi dasar cangkang luar tempat mereka tumbuh. Deposit yang mengalami kalsifikasi itu dapat tumbuh hingga berukuran luar biasa besar dalam jangka waktu lama dan membentuk apa yang disebut terumbu karang, yang dapat menampung lebih dari 4.000 spesies ikan dan bentuk kehidupan laut lainnya.

Namun koral tidak dapat hidup mandiri. Di dalam tubuhnya, mereka menyediakan "rumah" bagi alga yang amat produktif. Tumbuhan inilah yang menfiksasi karbon, menggunakan energi matahari untuk melakukan fotosintesis dan memproduksi gula. "Sebagian dari alga yang menghuni koral itu sangat produktif dan dapat memasok 95 persen gula yang dihasilkannya untuk menghasilkan energi bagi koral," kata Virginia Weis, dosen zoologi di Oregon State University. "Sebagai gantinya, alga memperoleh nitrogen, nutrisi yang amat langka di lautan, dengan mengkonsumsi kotoran koral. Itu adalah hubungan simbiosis yang berkembang sempurna."

Eratnya hubungan itu juga dilandasi proses komunikasi antara alga dan koral, memberi tahu bahwa alga hidup di dalam koral dan segalanya berlangsung baik. Tanpa komunikasi tersebut, koral akan memperlakukan alga sebagai parasit dan berusaha membunuhnya. "Walaupun koral bergantung pada alga, sebagian besarnya tak menyadari kehadiran alga," kata Weiss. "Kami kini yakin inilah yang terjadi ketika air menghangat atau ada sesuatu yang membuat koral tertekan, komunikasi terputus dan pesan tidak sampai. Alga terpaksa angkat kaki dari tempat persembunyiannya dan menghadapi respons imun dari koral."

Para pakar memperkirakan pengasaman laut dalam seabad mendatang akan menurunkan tingkat kalsifikasi koral hingga 50 persen dan memicu tergerusnya cangkang koral. "Berkat temuan tentang simbiosis koral dan kalsifikasinya, serta bagaimana cara kerjanya, para ahli biologi koral mulai memahami binatang unik itu," kata Weiss. "Mungkin ada yang bisa kami lakukan untuk membantu dan melindungi spesies koral yang dapat hidup dalam kondisi berbeda."

TJANDRA | SCIENCEDAILY

Berita terkait

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

25 Februari 2024

KKP Klaim Penerapan Sanksi Administratif Tingkatkan Efek Jera

Sejak penerapan sanksi administratif di sektor kelautan dan perikanan, KKP menyebut kebijakan tersebut mampu meningkatkan efek jera.

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Yonvitner Jadi Guru Besar IPB, Paparkan Potensi Kerugian Sumber Daya Pesisir akibat Perubahan Iklim

27 Januari 2024

Pengukuhan Yonvitner Jadi Guru Besar IPB, Paparkan Potensi Kerugian Sumber Daya Pesisir akibat Perubahan Iklim

Pakar ilmu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, Yonvitner dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Baca Selengkapnya

Menteri Trenggono Ungkap Fokus KKP di 2024: Masih Program Ekonomi Biru

11 Januari 2024

Menteri Trenggono Ungkap Fokus KKP di 2024: Masih Program Ekonomi Biru

Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan prioritas KKP tahun ini masih fokus pada pelaksanaan program-program berbasis ekonomi biru.

Baca Selengkapnya

Pencapaian Konas Pesisir XI jadi Masukan Perubahan UU Kelautan

28 November 2023

Pencapaian Konas Pesisir XI jadi Masukan Perubahan UU Kelautan

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membuka Konferensi Nasional XI Pengelolaan Sumber Daya Laut

Baca Selengkapnya

Disentil Ganjar, Apa Kabar Janji Tol Laut Jokowi?

10 November 2023

Disentil Ganjar, Apa Kabar Janji Tol Laut Jokowi?

Bakal calon presiden Ganjar Pranowo mengkritik sektor maritim tanah air.

Baca Selengkapnya

BMKG Ajak Kolaborasi Data Kelautan Dunia untuk Mitigasi Perubahan Iklim

30 Oktober 2023

BMKG Ajak Kolaborasi Data Kelautan Dunia untuk Mitigasi Perubahan Iklim

Ketersediaan data dan informasi yang akurat mengenai laut menjadi salah satu bentuk mitigasi dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Jokowi Mau Lanjutkan Hilirisasi ke Sektor Perkebunan hingga Kelautan

24 Oktober 2023

Jokowi Mau Lanjutkan Hilirisasi ke Sektor Perkebunan hingga Kelautan

Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengatakan progran hilirisasi bakal berlanjut.

Baca Selengkapnya

Mengenal Ocean Young Guards, Komunitas Mahasiswa Unpad Penjaga Ekosistem Laut

22 Oktober 2023

Mengenal Ocean Young Guards, Komunitas Mahasiswa Unpad Penjaga Ekosistem Laut

Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran atau Unpad mendirikan komunitas Ocean Young Guards.

Baca Selengkapnya

RI Bakal Gelar Forum Negara Pulau dan Kepulauan, Bahas Isu Iklim hingga Pencemaran

20 Juli 2023

RI Bakal Gelar Forum Negara Pulau dan Kepulauan, Bahas Isu Iklim hingga Pencemaran

Pemerintah akan menggelar Forum Negara Pulau dan Kepulauan (Archipelagic and Island States/Ais Forum) pada 10-11 Oktober 2023 di Bali. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi atau Kemenko Marves menyebut, forum tersebut akan menghadirkan delegasi dari 51 negara anggota Ais Forum.

Baca Selengkapnya

Siapa Pasang Pagar di Laut Tangerang? Dinas Perikanan, Kelautan dan Polairud Banten Tak Ada yang Tahu

23 Juni 2023

Siapa Pasang Pagar di Laut Tangerang? Dinas Perikanan, Kelautan dan Polairud Banten Tak Ada yang Tahu

Pagar bambu memagari wilayah laut di peraiaran Kabupaten Tangerang. Memanjang hingga berkilo-kilometer. Tidak ada yang tahu siapa yang pasang.

Baca Selengkapnya