Adit, mantan anak jalanan membuat kertas daur ulang di Yayasan Kumala, Koja, Jakarta, Jumat (13/11). Berkat keahlian tersebut, ia kini meninggalkan kehidupan jalanan dan memiliki penghasilan tetap. TEMPO/Subekti
TEMPO Interaktif, Bandung - Sekelompok mahasiswa Institut Pertanian Bogor mengolah sisa bahan jelly menjadi kertas. Hasil riset awal mereka pamerkan dalam Green Tech Competition di Institut Teknologi Bandung, Selasa lalu.
Ketua tim dari Forum for Scientific Studies IPB, Ahmad Jaelani, mengatakan 56 ton dari 80 ton bahan baku dalam pembuatan agar-agar jelly dipabrik terbuang sebagai limbah. "Pabrik cuma memakai ekstraknya saja," kata dia.
Limbah tanaman Gracilaria sp. itu cukup kaya serat selulosa. Ini sangat potensial sebagai bahan utama pembuat kertas. “Agar-agar dari ganggang merah paling banyak di perairan Indonesia," ujar anggota tim Nurul Najmi. Karena serat selulosa yang terkandung hampir 46 persen. Upaya mengganti bahan kertas dari serat kayu ke rumput laut mereka mulai Februari lalu.
Bahan limbah jelly dibeli Rp 10 ribu per kilogram dari pabrik di Tangerang. Limbah dijemur sehari hingga kadar air turun menjadi antara 15-20 persen. Limbah jelly keriang dipotong-potong agar memudahkan memasaknya hingga menjadi bubur pada suhu 105 derajat celsius dalam panci tertutup.
"Inovasi kami baru sampai pembuatan bubur kertas," kata Ahmad. Menurut mahasiswa Fakuktas Teknik Pertanian IPB angkatan ke-45 itu, timnya masih terkendala mencari karakteristik kertas dan alat pembuat kertas di laboratorium kampus. "Kami sudah pernah coba, hasilnya masih seperti kertas daur ulang."
Mereka beraharap kertas bisa tipis, mulus, dan putih. Tim juga berharap agar perusahaan kertas bisa membantu mereka mengembangkan riset.
Tim IPB ini beranggotakan Ai Kustiani (Fakultas Ekologi Manusia), Nurul Najmi (Fakultas Pertanian), dan Nadita Zairina (Fakultas MIPA).