Siswa SMA Jakarta dan California Berdiskusi Lewat Video Conference
Selasa, 20 April 2010 21:38 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta - Leuan Andalver Noble memperlihatkan T Bot, teleskop robot yang dirakitnya bersama dua rekannya dari Madrasah Techno Natura, Depok, kepada 12 pelajar sekolah menengah atas dari Amerika Serikat. Para pelajar asing itu mengajukan banyak pertanyaan kepada Nobby, nama panggilan Noble, dari program yang digunakan hingga gambar yang dihasilkan robot pengamat benda antariksa itu.
Dibantu teman satu timnya, Habib Adib Wahono, Nobby menjawab pertanyaan yang diajukan lewat video tersebut. Para pelajar dari tiga sekolah menengah atas Amerika itu memang tidak berada di tempat yang sama dengan Nobby. Mereka berada di Exploration Gallery, AERO Institute, Palmdale, California, sedangkan Nobby dan 11 pelajar Indonesia lainnya berada di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Meski terpisahkan oleh samudra dan memiliki perbedaan waktu lebih dari 12 jam, perbincangan dan diskusi robotika antara pelajar Indonesia dan pelajar Amerika lewat video conference Selasa (20/04/2010) itu berlangsung seru. Selain Madrasah Techno Natura, diskusi itu diikuti oleh pelajar SMA Labschool Jakarta dan SMA 28 Jakarta. Sedangkan pelajar Amerika diwakili oleh tim robotika dari SMA Lancaster dan SMA Antelope Valley di Lancaster dan Tehachapi High di Tehachapi, California.
"Asyik, pertama tegang, tapi lama-kelamaan asyik ngobrol, dan banyak belajar dari pengalaman mereka yang bisa membuat robot hanya dalam waktu enam minggu," kata Nobby, yang sudah beberapa kali membuat line tracking robot.
Tak hanya mendemonstrasikan robot serta bertukar informasi dan pengalaman membuat robot, para pelajar dari kedua negara itu juga saling berbagi kebudayaan. Darynaufal Mulyaman, pelajar SMA Labschool, bahkan memainkan angklung, yang ternyata belum pernah dilihat teman baru mereka dari Amerika tersebut.
Meski berbeda budaya, para pelajar tersebut ternyata menemukan bahwa mereka memiliki banyak kesamaan, seperti menyukai musik, film, novel, termasuk online game. Mereka juga aktif menggunakan situs jejaring sosial ,seperti Facebook atau MySpace. "Menyenangkan, kami bisa bertukar budaya karena mereka belum tahu tentang Indonesia, mungkin mengira Indonesia itu hutan," kata Darynaufal. "Tapi mereka sama saja seperti kita, ramah dan senang membanyol."
Beberapa pertanyaan yang diajukan para pelajar California itu memang terdengar aneh. Salah satunya ketika mereka menanyakan kendaraan apa yang digunakan para pelajar Indonesia untuk berangkat ke sekolah, karena mereka menggunakan mobil. Para pelajar Indonesia sempat terkejut dan saling kasak-kusuk sebelum menjawab pertanyaan itu. "Kami juga naik mobil," kata Rizkyastari, siswa SMA Labschool. "Meski ada bus Transjakarta, bajaj, kereta api, dan delman, atau kereta yang ditarik kuda."
Direktur Komunikasi Strategis dan Direktur Bidang Pendidikan Pusat Penelitian Penerbangan Dryden-NASA, John R. O'Shea, menyatakan kegiatan lewat video conference itu merupakan bagian dari kebijakan pemerintahan Presiden Barrack Obama untuk meningkatkan ikatan global. "Memberikan kesempatan bagi para pemuda untuk mengenal dan mempelajari robot serta budaya satu sama lain," ujarnya. "Ini juga bagian dari keinginan NASA untuk memberi inspirasi bagi para pemuda untuk menekuni sains karena mereka adalah kekuatan masa depan."
Kegiatan yang digelar oleh Departemen Pendidikan dan badan antariksa Amerika Serikat (NASA) itu juga menghilangkan batasan geografi yang memisahkan kedua bangsa untuk saling mengenal dan berbicara. O'Shea berharap kegiatan semacam ini dapat memberi semangat bagi pemuda dari kedua negara untuk memiliki inisiatif dalam mencapai impian mereka di masa depan tanpa mempedulikan latar belakang dan kemampuan finansial. Selama ini NASA telah melibatkan sejumlah ilmuwan terkemuka di sekolah-sekolah untuk menjadi role model bagi para pelajar. "Ini sesuai dengan keinginan NASA, yakni menginspirasi dan mendorong para pelajar untuk memiliki cita-cita tinggi," katanya.
TJANDRA DEWI