TEMPO Interaktif, Jakarta - Dengan penuh percaya diri, Vennie Melyani melenggang ke aula Grand Indonesia, Jakarta. Dandanannya sungguh mencolok malam itu. Rambut disasak ke atas dan sekuntum bunga warna cokelat diselipkan di telinga kanannya. Gaun tanpa leher dengan bagian punggung terbuka yang ia pakai menambah keanggunan.
Vennie bukanlah model acara peragaan busana. Panitia memang mewajibkan undangan tampil pol dalam acara pemutaran perdana film Sex and the City 2 itu. Tapi bukan film tentang kisah cinta empat wanita asal New York City itu yang ditunggu Vennie. "Acara ini akan mengumumkan pemenang kuis di Twitter yang kami ikuti," katanya Rabu malam lalu.
Twitter adalah situs microblogging yang sekarang popularitasnya membuntuti Facebook. Bedanya, sementara Facebook menyediakan fitur lengkap, seperti menyimpan catatan, foto, bahkan video, Twitter hanya berisi "cicitan" penggunanya berupa teks maksimal 140 karakter.
Namun cicitan inilah yang membuatnya lebih efektif. Soalnya, tweeps--sebutan untuk pengguna Twitter--bisa saling sahut meski tidak saling terhubung. Efektivitas inilah yang ditangkap banyak perusahaan untuk mempromosikan produknya. Salah satu bentuk promosi yang kerap memanfaatkan kerumunan tweeps adalah kuis berhadiah.
Vennie termasuk salah seorang tweeps paling beruntung. Hampir semua hadiah kuis yang diselenggarakan di Twitter pernah diraihnya. Belasan tiket konser musik, buku, dan produk jatuh ke tangannya. Satu unit iPad, yang masih jarang tersedia di Indonesia, pernah ia peroleh. Bahkan sebuah televisi LED 32 inci saat ini sudah teronggok di rumahnya di kawasan Jakarta Barat.
"Teman-teman sampai menganugerahi saya gelar Ratu Kuis," katanya sambil terkekeh.
Mendapatkan hadiah itu, kata Vennie, memang gampang-gampang susah. Gampang karena pertanyaan yang diajukan tidak terlalu sulit jawabannya. "Hanya perkara kreativitas saja," ujarnya. Ia memberi tip: mencari jawabannya melalui mesin pencari Google.
Sulitnya, terkadang beberapa penyelenggara menambahkan syarat selain menjawab pertanyaan. Seperti undian yang diselenggarakan oleh satu produsen susu yang Vennie ikuti. Mereka meminta peserta mengerahkan teman-temannya melakukan voting atas jawaban yang dikirimkan. Pemenangnya adalah yang memiliki voting terbanyak.
"Saya sampai melibatkan seluruh keluarga dan sahabat di kampus dulu," kata Vennie. Untuk usahanya ini, ia diganjar satu unit iPad--peranti pembaca e-book nan canggih.
Kemudahan juga milik penyelenggara kuis. Produsen tinggal membuka akun di Twitter. Lalu, gelarlah kuis. Model kuis bisa macam-macam, atau populer disebut pop quiz dan trivia quiz.
Sebuah toko kacamata, misalnya, menyelenggarakan kuis dengan meminta peserta menebak produk yang sudah mereka tentukan. Setelah dikumpulkan jawaban yang benar, pemilik akun kemudian melakukan pengundian dan menentukan pemenang.
Ada lagi kuis dari acara televisi, seperti "Kick Andy" di Metro TV. Pengumuman kuis diumumkan lewat akun @kickandyshow sebelum program ditayangkan. Seusai acara, baru pertanyaan diberikan lewat akun itu. Biasanya pertanyaan tentang materi acara. Pemenangnya akan memperoleh hadiah buku terbaru.
Bahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia tidak mau kalah ikut menyelenggarakan kuis semacam ini. Lewat akun @usembassyjkt, mereka sering menggelar kuis dadakan. Pertanyaannya bisa seputar politik di Amerika Serikat, atau nama-nama tempat wisata di Negeri Abang Sam.
Reh Atemalem Susanti, 27 tahun, termasuk yang pernah menikmati gurihnya hadiah dari Kedutaan Amerika Serikat. Dalam tiap kesempatan, ia terlihat mendengarkan lagu dari iPod layar sentuh keluaran terbaru. Sama seperti Vennie, Reh masuk dalam komunitas "banci kuis"--sebutan untuk pengguna yang proaktif mengikuti kuis di Twitter. "Ikut kuis semacam ini enak. Iseng-iseng tapi bisa menghasilkan hadiah," kata perempuan yang sudah bersuami ini.
Twitter sebagai media promosi telah disadari potensinya oleh banyak perusahaan Indonesia sejak awal tahun ini. Seperti diakui Manajer Kampanye Produk PT Telkomsel Emir Gema Surya, cara ini efektif karena bersentuhan langsung dengan konsumen.
Berbeda dengan berpromosi lewat iklan, yang sifatnya massal. Dengan kuis seperti ini, pemilik produk bisa bersentuhan langsung dengan target produk. Kartu telepon seluler Simpati misalnya, yang ditujukan bagi anak-anak muda. "Dampak yang dihasilkan juga lebih kuat dari iklan," katanya di sela-sela acara di Grand Indonesia malam itu.
Jumlah audiensnya pun tak sedikit. Perusahaan riset comScore mencatat, pada akhir 2009 saja sudah ada sekitar 1,4 juta akun Twitter yang berasal dari Indonesia. Jumlah ini menduduki peringkat keenam pengguna Twitter dari seluruh dunia, dan peringkat pertama untuk Asia. Total pengguna Twitter seluruh dunia saat ini diperkirakan sekitar 60 juta orang. Sebanyak 50,8 persen dari jumlah itu berasal dari Amerika Serikat.
Keuntungan lain bagi perusahaan berpromosi via Twitter adalah bisa lebih massif dan murah. Pasalnya, karakter jejaring sosial adalah penggunanya bisa melintasi dunia meski berbeda bahasa. Pemilik produk bisa menggunakan situs microblogging ini tanpa harus membayar satu sen pun kepada pengelola Twitter. "Berpromosi lewat Twitter ongkosnya jauh lebih murah dan mudah ketimbang harus beriklan," kata Emir.
Biaya yang paling besar untuk promosi ini hanya biaya hadiah kuis. Hadiahnya bisa apa saja: buku, voucher belanja, telepon seluler, iPad, televisi, sampai produk yang dipromosikan itu sendiri. Untuk acara yang diikuti Vennie malam itu, hadiahnya berupa jalan-jalan selama seminggu ke New York, Amerika Serikat. Sejauh ini hadiah jalan-jalan itu merupakan hadiah terbesar yang pernah diselenggarakan di Twitter.
Menurut Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S. Dewa Broto, pemerintah tidak bisa mengawasi langsung penyelenggaraan kuis-kuis ini. Jika masih dinilai positif, kuis-kuis ini akan dibiarkan. "Tapi kami akan terus memantau perkembangannya," katanya melalui sambungan telepon Rabu lalu.
Gatot menyebutkan, tidak tertutup kemungkinan ada penyelewengan. Misalnya bila sudah berbau judi. "Kuis dan judi itu sangat tipis bedanya," katanya. Pemerintah saat ini memang sudah memiliki Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronika, tapi tidak serta-merta bisa menindak penyelenggara nakal. Walau sudah nyata masuk kategori judi, "Harus ada pengaduan dari yang dirugikan," katanya.
Mustafa Silalahi
BERITA TERKAIT LAINNYA:
Berkah Ketekunan Pembobol Akun Facebook dan PayPal
Agar Akun Facebook dan Twitter tak Dibobol Si Kerah Hitam