TEMPO Interaktif, Jember - Kawasan hutan konservasi yang dikelola Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Jember akan dijadikan kawasan penyerapan karbon sekaligus pengkajian untuk perdagangan karbon (carbon trade). Kepala Balai TNMB Herry Subagiadi mengatakan, kawasan hutan yang luasnya mencapai 58 ribu hektar itu, kini menjadi lokasi penyerapan karbon. Program itu diprakarsai oleh Balitbang Kementerian Kehutanan dan diawasi oleh lembaga donator asal Jepang Seven & I dan International Tropical (ITTO).
Saat ini, kata Herry, TNMB menyiapkan 40 plot sampel permanen (PSP), masing-masing berukuran 40 meter x 100 meter. PSP tersebut akan ditanami jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan buahnya tanpa perlu menebang pohonnya, seperti jenis asem, petai, sukun, dan tanaman lain yang bermanfaat bagi petani sekitar hutan. "Semua tanaman ini sifatnya tidak untuk ditebang," katanya.
Dalam program tersebut, masyarakat akan didampingi oleh Lembaga Alam Tropis Indonesia (Latin). "Ini masih dalam tahap pengkajian hingga tahun 2013, apakah masyarakat menerima atau menolak terhadap program ini," kata Herry. "Tugas kami kami menyiapkan PSP untuk meneliti berapa jumlah karbon yang bisa diserap, apakah plus ataukah minus."
Herry belum bisa memperkirakan jumlah karbon yang bakal diserap hutan yang terbentang di kawasan Jember bagian selatan dan Banyuwangi bagian Selatan itu, termasuk harga yang ditawarkan oleh negara industri maju sebagai pengganti karbon yang mereka hasilkan.